XXXVIII

284 77 37
                                        

Lagunya boleh sambil diputar ya readers karena berhubungan dengan ending chapter ini 🤣🤣

Semoga tidak terlalu buruk 😆😆
Okay.. lanjuttt 😌😌


Hoek.. hoek..

Jiwoo terbangun saat mendengar suara Mujin di dalam kamar mandi. Ia segera bangun dan berjalan ke sana dan melihat suaminya sedang muntah. Sudah sebulan sejak pulang dari Swiss dan beberapa hari ini Mujin mulai mengalami muntah-muntah di pagi hari.

Jiwoo juga sudah memeriksa kandungannya yang sehat. Hanya diawal kehamilannya yang baru 7 minggu ini ia harus lebih berhati-hati dan tidak boleh kelelahan.

"Yeobo, gwaenchana?" Jiwoo mengelus punggung Mujin.

"Gwaenchana.." Mujin berdiri dan berjalan keluar dari kamar mandi dan duduk di kasur.

Jiwoo ikut duduk di samping Mujin dan menyodorkan air putih untuknya. Suaminya meminum sampai habis dan menaruh gelasnya di nakas.

"Apa jangan-jangan kau mengalami morning sick?" tebak Jiwoo dengan mata terbelalak.

"Mungkinkah?" tanya Mujin sambil merebahkan tubuhnya di kasur dan kepalanya berbantal paha istrinya. Jiwoo membelai rambut suaminya dengan kasih sayang.

"Aku rasa ini terjadi karena kita sering bercinta? Hm.. kalau begitu sepertinya kita harus berhenti sampai aku melahirkan.." ucap Jiwoo.

"Aku lebih memilih muntah setiap hari daripada harus berhenti bercinta denganmu, sayang" Mujin menggenggam tangan Jiwoo dan mengecupnya.

"Kau yakin?" Jiwoo terkekeh.

"Tentu saja. Aku tidak bisa menahan diri pada pesonamu" balas Mujin tersenyum.

"Ternyata seperti ini rasanya muntah-muntah saat hamil, kau pasti sangat kesusahan" Mujin duduk dan menatap istrinya dengan penuh cinta lalu memeluknya.

"Semua wanita sering mengalami itu di awal kehamilan" Jiwoo melepaskan pelukan Mujin.

"Lebih baik aku yang mengalami morning sick ini daripada istriku, aku tidak tega melihatmu kesusahan dan kau harus mengandung selama 9 bulan lamanya" Mujin merebahkan tubuhnya dan menarik Jiwoo untuk memeluknya.

"Aku benar-benar beruntung mempunyai suami perhatian sepertimu" Jiwoo menarik selimut dan tidur diatas tubuh suaminya, memeluk tubuh hangatnya.

"Aku senang dapat berbagi hal yang biasa kau lalui saat hamil, setidaknya aku juga dapat menggantikanmu" Mujin mengeratkan pelukannya dibalik selimut sambil mengecup kening Jiwoo.

"Sebaiknya seharian ini kita beristirahat saja" Jiwoo memejamkan matanya mencium aroma tubuh suaminya yang menenangkan dirinya.

***

Pagi-pagi Mujin sudah pergi bekerja, akhir-akhir ini ia menyuruh Taeju memajukan jadwalnya dan memangkasnya sebagian, agar ia bisa cepat pulang dan menemani istrinya yang sekarang sangat manja kepadanya dan tidak bisa jauh darinya. Kehamilan Jiwoo berbeda dengan kehamilan sebelumnya yang hanya mengidam makanan dan manja biasa. Kali ini Mujin bahkan tidak bisa menjabarkan seberapa manja istrinya sekarang.

"Taeju-ya, apa jadwalku hari ini?" Mujin memijit pelipisnya dan menelan ludahnya, rasa mual tiba-tiba mulai menyerangnya.

"Hari ini kita harus melihat produksi di busan" jawab Taeju sambil melirik ke spion dan melihat wajah Mujin yang terlihat pucat.

"Sajangnim, anda baik-baik saja?" tanya Taeju khawatir.

"Tidak apa-apa, baiklah kita ke busan sekarang, bisakah kau berhenti sebentar"

Love Struck 2 : PainfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang