XLVI

407 101 41
                                    

Mujin membuka pintu mobil dengan buru-buru dan langsung menggendong Jiwoo ke rumah sakit.
Hingga beberapa lama dokter selesai memeriksa Jiwoo dan kandungannya.

Dokter tersebut menghela nafas, "Syukurlah tidak terlalu banyak pendarahan dan baik-baik saja, hanya sedikit terguncang"

Mujin menghela nafas lega, melihat Jiwoo seperti ini saja sudah membuatnya hampir kehilangan setengah nyawanya apalagi jika terjadi sesuatu pada Jiwoo. Sungguh Mujin sudah sangat trauma dengan kehilangan anak pertamanya beberapa tahun yang lalu.

Jiwoo yang belum siuman sudah dipindahkan ke ruangan VIP. Mujin membersihkan dirinya karena badannya yang cukup kotor dan terciprat darah.

Mujin tersenyum tipis, ia duduk di tepi kasur dan mengusap lembut wajah istri tercintanya dan mengelus perut buncitnya.

"Terima kasih Jiwoo-ya, kau ibu yang kuat" Mujin mengecup kening Jiwoo.

Kepala Mujin terasa pening karena kelelahan. Akhirnya ia memilih duduk di kursi sambil menggenggam tangan Jiwoo dan merebahkan kepalanya di tepi kasur sembari menunggu Jiwoo sadar.

Jiwoo terbangun keesokan harinya. Ia bernafas lega saat melihat perutnya masih berisi. Sungguh ia tidak tau lagi apa yang akan ia lakukan jika harus kehilangan anaknya lagi.

Melihat Mujin yang masih terlelap, Jiwoo mengelus rambut Mujin yang tebal dan halus. Mujin terbangun dan tersenyum disaat cahaya matahari menyinari dari samping melewati kaca jendela, wajahnya yang teduh dan sangat tampan. Bahkan berhasil membuat jantung Jiwoo berdegup kencang walau ia sudah setiap hari melihat pemandangan wajah tampan suaminya.

"Tidurlah disini.." Jiwoo menepuk kasur disebelahnya. Kasur besar yang cukup menampung dua orang.

Mujin menaiki kasur dan memeluk Jiwoo menyandarkan kepalanya di ceruk leher Jiwoo.
Sangat nyaman dan damai itulah perasaan Mujin jika sudah memeluk istrinya.

"Maafkan aku, yeobo.." suara serak Mujin.

"Ssstt.. aku baik-baik saja, bukan salahmu" Jiwoo menepuk punggung suaminya.

"Aku tidak menjagamu dengan baik"

"Tidak usah di bahas lagi, yang penting aku dan anak kita tidak terluka"

Mujin mendongak dan mengecup rahang Jiwoo, ia mensejajarkan kepalanya dengan istrinya.

"Aku sangat takut kehilanganmu, aku tidak ingin kejadian itu terulang kembali" Mujin menatap Jiwoo dengan mata berkaca-kaca.

"Tidak akan terjadi, aku akan menjaga anak kita" Jiwoo terkekeh lalu mengecup kening Mujin menenangkan suaminya yang terlihat cengeng.

"Kemarilah" Mujin membenamkan kepala Jiwoo di dadanya, ia mengecup puncak kepala Jiwoo penuh kasih sayang.

"Aku sangat mencintaimu.." bisik Mujin.

"Aku juga mencintaimu.." balas Jiwoo.

Jiwoo mendongak dan Mujin menunduk untuk berciuman. Kecupan lembut yang lama-lama menjadi ciuman panas dan bergairah. Jiwoo menyusupkan tangannya ke dalam baju kaos Mujin dan mengusap dada bidang hingga perut berotot Mujin.

"Sayang.. jangan memancingku" ucap Mujin disela-sela ciumannya.

Jiwoo tidak menghiraukan perkataan Mujin, ia terus memainkan tangannya di dada dan punggung Mujin dengan ciuman yang tidak pernah lepas.

Mujin membelai perut buncit Jiwoo.

"Aku tidak sabar menantikannya" Mujin tersenyum lalu mengecup bibir bengkak Jiwoo.

Tok tok tok

Taeju membuka pintu dan membelalakkan matanya, ia berdeham sebentar melihat bosnya sedang bercumbu mesra dengan istrinya. Mujin hanya melihat sebentar ke arah Taeju dan mengangguk lalu melanjutkan kemesraannya dengan Jiwoo.

"Hyung, makanannya akan kutaruh disini, silahkan melanjutkannya" Taeju yang tidak di gubris, ia pun keluar dari ruangan.

"Yeobo, kau lapar? Ingin makan sesuatu?" tanya Mujin sambil mengusap pipi Jiwoo dengan jempolnya.

"Aku tidak lapar" ujar Jiwoo sambil mengelus perutnya.

"Tapi baby kita lapar, makanlah sedikit" bujuk Mujin.

Jiwoo mengangguk. Mujin turun dari kasur dan menyuapi Jiwoo.

"Yeobo, aku ingin pulang.." ucap Jiwoo dengan suara manja.

"Araseo, kita akan pulang.." Mujin mencubit gemas pipi istrinya yang chubby.

***

Hari hari yang ditunggu-tunggu akhirnya datang yaitu kelahiran buah hati keduanya.
Mujin dengan gugup dan cemas menunggu di depan ruang operasi. Karena melihat Jiwoo yang sangat kesakitan, Mujin menjadi sangat takut jika istrinya melahirkan normal, maka Mujin setuju untuk operasi saja.

Beberapa jam menunggu tidak membuat Mujin tenang, ia malah sangat gelisah. Sesekali ia menghela nafas panjang.

"Hyung, tenanglah.. Jiwoo dan anakmu tidak apa-apa" Taeju ikut pusing melihat Mujin yang mondar-mandir sedari tadi.

Akhirnya Dokter keluar dan tersenyum mengatakan bahwa semuanya berjalan lancar dan baik-baik saja, Jiwoo akan di pindahkan ke ruang intensif sementara.

Setelah Jiwoo dipindahkan ke ruangannya, Mujin ikut masuk dan menggenggam erat tangan Jiwoo yang masih tertidur karena obat bius. Hingga satu jam kemudian Jiwoo terbangun.

"Yeobo, terima kasih.. baby kita baik-baik saja. Sebentar lagi kita akan melihatnya" ujar Mujin tidak sabar.

Suster mendorong kereta bayi laki-laki ke ruangan Jiwoo. Mujin dengan kaku menggendong bayi mungil itu dengan canggung. Ini adalah pertama kalinya ia benar-benar menjadi seorang ayah.

Tidak dapat ia wakilkan seberapa besar kebahagiaannya saat ini. Sungguh ia bahkan menitikkan air mata saat mengelus sayang wajah yang sangat kecil di jarinya hingga pada saat bayinya dengan reflek memegang jari telunjuk Mujin.
Mata, bibir, hidung sungguh mirip dengannya. Sepertinya Jiwoo tidak mewariskan apapun pada anak mereka.

Jiwoo tersenyum bahagia melihat interaksi suami dan anaknya. Ia senang melihat Mujin yang sedang menggendong bayi mereka.

"Sayang, aku juga ingin melihat anakku"

"Maaf, aku lupa.." Mujin terkekeh lalu mendekati Jiwoo dan memberikan bayi mungilnya pada ibunya.

"Sangat tampan" Jiwoo mengusap kepalanya dengan jarinya.

"Tentu saja, dia sangat mirip denganku" ucap Mujin dengan bangga.

"Apa kau sudah memberi nama padanya?" tanya Jiwoo penasaran.


Akhirnya lahiran jg, yg mau souvenir antri yak 😌😌 maap kalo ada yang kurang, author blm pengalaman nulis lahiran 🤣 maap jg uda sebulan baru up 😭😭

Yuk bisa yuk vote 🫶🏻 biar author cepat-cepat up dan kelarin cerita yang ini  🥹
Vote nya jangan mau kalah sama lapak sebelah punya author ya 🤣🤭

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 29, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love Struck 2 : PainfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang