XXXIII

323 43 36
                                    

Sore ini Mujin pulang lebih cepat dari biasanya, ia sangat merindukan istrinya.
Jiwoo sedang membereskan kamar, ia melipat selimut dan tiba-tiba kedua tangan Mujin menyusup dan memeluk perut Jiwoo.

"Yeobo! Kau mengejutkanku" Jiwoo mencubit gemas pipi Mujin.

"Aku sangat merindukanmu seperti orang gila, sayang" Mujin mengecup tengkuk Jiwoo.

"Apa sekarang sudah tidak gila?" Jiwoo terkekeh, walau tidak biasanya Mujin bersikap manja tapi ia menyukainya.

"Hm.. masih sayang.." Mujin membalikkan tubuh istrinya dan merangkul pinggangnya.

"Wae...?" Jiwoo mengalungkan tangannya dileher Mujin.

Mujin menyandarkan kepalanya di bahu Jiwoo, memejamkan matanya sebentar.
Jiwoo mengerti, sepertinya hari ini suaminya melalui hari yang lelah. Ia membiarkan Mujin beristirahat. Ia membelai rambut Mujin yang masih rapi dan mengusap punggung suaminya memberi kehangatan.

Setelah beberapa menit, Mujin mengangkat kepalanya dan menatap istrinya penuh cinta.

"Jiwoo-ya, berjanjilah jangan pernah meninggalkanku..hm?"

"Araseo, yeobo, aku tidak akan kemanapun tanpamu"

"Apa kau sudah merasakan baikan?" Jiwoo mengusap pipi Mujin.

Mujin mengangguk pelan.

"Baiklah, aku akan menyiapkan air hangat untukmu dan mandilah" Jiwoo mengecup bibir Mujin.

"Tunggu, aku harus mengisi daya hidupku" Mujin menarik lengan Jiwoo, mendekapnya dan mencium bibir istrinya. Jiwoo tersenyum mendengar gombalan suaminya.

Keduanya terus berciuman, saling melumat penuh perasaan dan cinta. Mujin menyusupkan tangannya ke dalam kaos longgar mengusap kulit mulus punggung hingga pinggang istrinya dan berpindah mengusap perutnya. Mujin melepaskan ciumannya.

"Oh..Yeobo.. aku sangat mencintaimu, aku tidak bisa hidup tanpamu.." Mujin menangkup wajah Jiwoo menatapnya dalam-dalam.

"Aku juga sangat sangat mencintaimu Mujin-a" Jiwoo mengecup telapak tangan suaminya.

"Sayang, tidak usah menyiapkan air hangat, aku akan langsung mandi saja" Mujin mengecup kening Jiwoo.

Jiwoo mengangguk, ia lalu membantu Mujin melepaskan pakaiannya. Setelah Mujin masuk ke kamar mandi, Jiwoo keluar dari kamar dan ke dapur mengupas beberapa buah kesukaan Mujin dan menyiapkan segelas jus jeruk.

10 menit kemudian, Mujin keluar dari dengan kaos hitam polos yang mencetak jelas tubuh berototnya dan celana jogger abu dengan rambut setengah basah yang turun menutupi dahinya, wangi maskulin yang menyapa indera penciuman Jiwoo membuatnya menelan ludah.

Jiwoo sedang duduk di sofa sambil menonton drama. Ia terpana dengan Mujin yang sangat tampan, ya sejak kapan suaminya tidak tampan, ia bahkan hampir kenyang karena melihat ketampanan suaminya setiap hari.

Mujin menghampiri Jiwoo dan merebahkan tubuhnya di sofa menjadikan paha istrinya sebagai bantal.

"Ahh.. sangat nyaman" Mujin tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya.

Jiwoo merapikan rambut Mujin yang berantakan. Ia mengambil buah yang dari meja dan menyuapi Mujin. Suami penurut itu membuka mulutnya seperti anak bayi yang lucu, sesekali Mujin sengaja menggigit pelan jari Jiwoo yang tidak fokus menyuapinya buahnya bahkan hampir masuk ke hidung Mujin karena Jiwoo menonton drama dengan serius.

"Sayang.." Mujin memanggil dengan suara berat nan manja.

Jiwoo tidak menanggapi karena fokus menonton.

Love Struck 2 : PainfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang