Part 9

25 7 3
                                    

Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam dan sampai saat ini juga Agha belum pulang ke frat dan belum mengabariku sama sekali. Biasanya di hari ini ia kuliah hanya sampai jam 1 siang saja. Ini aneh, Agha terlihat seperti menjaga jarak denganku setelah ia terlihat gugup kemarin. Tapi aku hanya terus berpikir positif, karena aku tidak mau pusing dengan memikirkan yang belum tentu benar adanya.

Akhirnya aku memutuskan untuk berkeliling menggunakan mobilku ke arah sungai Han, ketempat dimana aku dan Bima kemarin. Aku membuka kaca mobilku dan sekarang aku berada dipinggiran sungai Han, aku mengambil rokokku dan lupakan tentang larangan Bima saat ini karena sudah lama juga aku tidak menghisap rokok, rasanya menenangkan dan rasanya pun lega menyimpan beberapa pertanyaan yang terus berkeliling diotakku saat ini.

Tidak lama dari aku melamun, ada pesan masuk ke Handphone ku. Ku kira itu Agha, ternyata Bima, jika Agha belum menghubungiku berarti ia belum di frat saat ini. Sebenarnya ia kemana sih?setelah kemarin meminta maaf, mengapa tiba - tiba ia hilang begitu saja seperti menjauhiku. Ini bukan dia, setidaknya jika ia tidak akan pulang cepat pasti selalu mengabariku dahulu. Tapi ini tidak sama sekali.

Deepa Bimantara
Kau kemana Nadine?mobilmu ko tidak di frat?ini sudah malam untuk keluar sendirian. Beritahu aku posisimu

Mengapa disaat seperti ini justru malah Bima yang mengkhawatirkan akusih?Aku sedih, aku tidak tahu pikiranku berada dimana sekarang.

Nadine
Aku hanya menghirup udara segar sebentar

Deepa Bimantara
Can you tell me where are you now, Nad?

Nadine
Hei tidak perlu khawatirkan aku, Bim. Aku baik - baik saja. Ok? See u at frat.

Bima tak membalas pesanku lagi, mungkin saat ini ia sedang bersama Anna. Akhirnya aku menyalakan rokokku yang kedua, jika dipikir - pikir lucu memang aku menuruti apa yang Bima larang padaku padahal selama ini Agha melarangku untuk merokok aku sama sekali tidak bisa menuruti apa yang dia mau, sampai akhirnya Agha menyerah dan membiarkanku merokok tetapi hanya sedikit saja dan aku setuju untuk itu. Tiba - tiba saja aku tersenyum jika mengingat semuanya, tentang Agha tentang Bima, tentang semuanya.

Aku melamun saat ini, sambil menyesap kembali rokokku yang ketiga. Sudah setengahnya rokokku saat ini, karena aku buka jendela mobilku setengahnya jadi tangan jari yang memegang rokok aku taro diluar agar asapnya tidak terlalu banyak didalam mobil, sesaat aku mau menyesap lagi, rokokku tiba - tiba ada yang mengambil paksa. Aku terkejut jujur, ingin sekali rasanya marah pada orang itu, sesaat aku membuka pintu dan mau berteriak ternyata orang itu Bima. Ternyata Bima tidak membalas pesanku gara - gara ia menghampiriku kesini, ke sungai Han.

"Bima" ucapku sambil menatapnya sendu

"Bukankah sudah kularang untuk tidak merokok, Nadine?sudah berapa batang?" Tanyanya dingin

Sungguh ini adalah hal yang menegangkan bagiku. Aku seperti ketahuan melakukan kesalahan yang fatal.

Aku menunduk "tiga, ah tidak. Dua setengah, karena kau mengambilnya tadi"

Bima tiba - tiba saja memegang tanganku "kau ini sedang kenapa?kau bisa cerita, tidak perlu lari terus ke rokok, tolong Nadine"

Karena ini diluar mobil akhirnya aku cepat - cepat melepas genggaman Bima "bisa kita bicara didalam mobil saja?" tanyaku

Akhirnya kita berdua masuk kedalam mobilku. Aku masih terdiam dan belum berbicara apapun. Dan akhirnya Bima membuka pembicaraan.

"Kau kenapa Nad?"

Entah mengapa aku sangat tidak menyukai kata kenapa yang ditanyakan jika aku sedang merasa sedih dan banyak pikiran seperti ini, itu hanya akan membuatku semakin sedih dan mengeluarkan air mata begitu saja. Akhirnya aku menangis sejadi - jadinya disitu, didalam mobil, didepan Bima. Lalu Bima membawaku kepelukannya dan membiarkan aku menangis dahulu. Dan ini yang aku butuhkan saat ini. Hingga akhirnya aku sudah merasa tenang, aku pun duduk kembali dan melepaskan pelukan Bima padaku.

"sudah?mau cerita atau tidak?" Tuturnya

"Uhm, kemarin malam aku pura - pura tertidur setelah tahu Agha membuka pintu kamar. Lalu ia menghampiriku dan berkata maaf padaku. Lalu tadi pagi kulihat ia sudah tidak berada disampingku, karena memang hariini jadwal kuliah dia pagi. Dan kau pun tahu sendiri bukan jika hariini jadwalnya Agha hanya sampai siang?tetapi sampai saat ini ia belum sampai ke frat. Bukan hanya itu, ia pun tidak ada menghubungi dan mengabariku sama sekali sampai sekarang. Aku merasa ia seperti mencoba jaga jarak padaku setelah kejadian gugup kemarin" ceritaku panjang lebar padanya

"Mengapa kau tak coba menghubunginya duluan?" tanya Bima

"Karena ia tidak ada pamit, tidak ada izin apa - apa padaku. Aku tidak mau mengganggunya jika memang ia sedang sibuk. Dari tadi siang aku hanya berpikir positif saja karena tidak mau ambil pusing dengan semuanya"

"Aku mau bertanya sesuatu padamu" ucapnya

"Apa?"

"Jikalau, jika tapi ya. Bukan aku mengiyakan apa yang selama ini kau curigai. Jika Agha kenyataannya benar seperti apa yang kau curigai bagaimana?" Tanya Bima

Aku hanya tersenyum mendengar perkataannya "aku tidak apa - apa. tapi aku tidak mau jika itu akan merubah sikap Agha padaku."

Bima terlihat kaget dengan jawabanku barusan "What the f... Nad?"

"Aku serius Bim. Selagi itu tidak merubah kebiasaanya padaku, aku tidak masalah. Tapi"

"But, what"

"Aku akan begitu juga, mau dia tahu atau tidak tapi aku akan begitu juga. Seperti yang ia lakukan padaku. Semuanya harus fair." Ucapku dengan smirk yang aku perlihatkan pada Bima

"Balas dendam jadi maksudmu?" Tanya Bima masih tidak menyangka dengan apa yang aku ucapkan

"Tidak, bukan balas dendam. Seperti berlaku adil saja. Dia menikmati kasih sayang dari kedua wanita misalnya, aku pun harus merasakan dan menikmati kasih sayang dari kedua lelaki dong. Tidak bisa jika hanya satu tetapi dia dengan enaknya dua. Bukan prinsipku disakiti seperti itu" ucapku sambil terkekeh

Bima membuka mulutnya dan semakin terkejut dengan apa yang aku katakan "kau ini tidak punya hati atau bagaimana, Nad?mengapa kau tidak menyuruh Agha bertaubat saja jika kau tahu ia mendua?atau mengakhiri hubungan kalian?"

"Aku sudah bilang, jika ia tidak merubah kebiasaannya padaku, aku tidak apa - apa. Kecuali ia berubah dan lebih memilih wanita yang satunya. Sudah kupastikan aku akan mengakhiri hubungan kita, tidak peduli seberapa lama dan seberapa banyak kenangan kita bersama. Itu sudah menjadi prinsipku selama ini"

"Jadi mari kita lihat saja ia bersikap padaku bagaimana, baru saja aku mengetahui ia gugup dan bertanya ia telfon dengan siapa sudah seperti menjauh padaku, apalagi jika dia tahu bahwa aku tahu dia benar mendua" lanjutku

Bima terlihat menyender pada jok mobilku sekarang dan terlihat masih terkejut dan tidak menyangka caraku mempertahankan hubunganku dengan Agha seperti itu, bisa dibilang seperti balas dendam jatuhnya tapi bagiku itu adalah keadilan. Segala sesuatu itu harus adil bukan?agar keduanya bisa nyaman dan enak menjalaninya. Tidak perlu dibalas dengan yang susah - susah, cukup lakukan hal yang ia lakukan pada kita. Agar ia pun merasakan apa yang dirasakan oleh kita. Life is simple, but not easy.





To be Continued...

Gimana - gimana pada setuju gak sama prinsipnya Nadine?atau ada yang ga sreg?😅
Don't forget tap Vote or Comment bellow, thank you🥂

With Love,

My Min Sugar

Forbidden ✔️ [MMS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang