Part 22

14 5 1
                                    

Saat ini aku menyusuri malam di Seoul menuju Sungai Han. Bima dan juga Tae sudah berangkat lebih dulu, lalu bagaimana caraku meminta izin pada Agha?aku bilang Mina memintaku untuk menemaninya sebentar dan ia pun mengizinkanku.

Sesampainya aku disungai Han, aku keluar dari mobilku dan aku duduk bersandar pada mobilku saat ini. Tiba - tiba saja ada yang memelukku hangat, aku tahu wangi parfume ini, ini Bima. Langsung saja aku berhamburan memeluknya balik.

"Aku rindu, terimakasih sudah pulang lebih awal dan terimakasih sudah selalu bertanya kabarku pada Tae" ucapku sambil mencium pipinya singkat

Aku merasakan ia menegang ditempat "kita masuk kemobil dulu bagaimana?" Ucapnya

Akhirnya aku dan Bima masuk kemobil, kita berada dikursi belakang saat ini. Bima memelukku lagi "kau tahu?aku tidak menikmati liburanku, aku terus memikirkanmu disana. Aku gila karenamu, sebelum aku berangkat kau membuatku marah, kau merokok lagi. Bahkan saat ini, kau masih" ucapnya

"Maafkan aku" ucapku lirih

"Tidak apa apa, mungkin memang akunya saja yang keterlaluan melarangmu langsung padahal kau sebelumnya secandu itu, aku tahu rasanya" ucapnya

Tiba - tiba saja aku memanggilnya "Bim..."

"Ya Nad?" Ucapnya sambil melepaskan pelukannya dan menatapku serta mengelus pipiku lembut

"Apa boleh aku menyebutkan jawabanku mengenai pertanyaanmu waktu itu?" Tanyaku

Lalu Bima mengangguk "of course, Nad. Apapun jawabanmu aku terima"

Kuambil tangannya lalu kuusap pelan, aku cium tangannya "semoga ini keputusan yang baik, uhm.. a-aku.." ucapku menggantung kalimatku

"Aku..?" Tanya Bima penasaran

Aku menatapnya dalam sebelum melanjutkan perkataan yang belum tuntas aku sampaikan padanya "a-aku.. mau jadi yang keduamu, Bim" ucapku berani padanya

Kulihat Bima terkejut dan membeku "kau bercanda Nadine, aku tidak apa - apa jika kita hanya seperti ini Nad. Atau bahkan jika kau tidak nyaman kita bisa sudahi"

Lalu aku membantahnya "aku serius Bima, aku mau jadi nomor duamu. Aku sudah pikirkan ini secara matang, selama kau tidak ada, aku bingung harus bagaimana. Saat tubuhmu digerayangi oleh Anna jujur aku marah, aku tidak sanggup melihatnya, lalu tanda yang berada dilehermu pun, makanya mengapa aku sangat marah kemarin dan berani merokok kembali didepanmu. Dan juga saat ada kabar darimu dan kau pulang, hatiku terasa senang sekali, kau obat dari segala lukaku Bim." Jelasku panjang lebar padanya

Bima tersenyum, memelukku serta mengelus kepalaku "terimakasih Nadine, sungguh aku tidak tahu mengapa aku sangat senang sekali. Aku khawatir waktu Tae bilang bahwa Agha dari pagi sudah pergi, aku tahu kau pasti sedih. Ditambah aku mendapat kabar juga bahwa Agha pulang dini hari, aku tahu mungkin kamu tidak memperdulikannya tapi sebenarnya kau sangat sedih kan?aku yang menyuruh Tae untuk menemanimu ke Sungai Han. Karena aku takut jika kau sendirian, aku sedih sekali tidak bisa menemanimu disaat kau mungkin butuh ditemani"

Aku pun membalas pelukannya saat ini, aku memeluknya erat, nyaman rasanya. Tidak ada hal lain yang membuatku senang saat ini.

"Terimakasih walaupun kau jauh dariku, kau malah mengkhawatirkan aku. Aku jadi merasa bersalah pada Anna. Tetapi jika kulihat dadamu ini, mungkin dia tetap senang dan menikmatinya" ucapku bercanda sambil menunjuk tanda merah yang terlihat dari balik kemejanya saat ini

Bima tersenyum dan merapihkan helaian rambutku yang menghalangi "tolong, jangan membuat dirimu cemburu lagi, Nadine" ucapnya

"Kau yang membuatku cemburu, membuat tanda kepunyaanmu pada Anna dihadapanku kemarin. Cukup lakukan itu di kamar kalian berdua saja jangan di hadapanku" ucapku menjadi kesal teringat kejadian dua hari lalu

Forbidden ✔️ [MMS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang