Part 10

28 8 2
                                    

Setelah aku menceritakan semuanya pada Bima, tidak terasa waktu pun menunjukkan pukul 12 malam. Dan handphoneku pun berdering saat ini. Kulihat layar ternyata itu Agha. Jika ia baru menelfonku sekarang, berarti ia baru sampai frat saat ini, aku sengaja tidak mengangkatnya, aku ingin tahu respon dia seperti apa jika aku sampai di frat nanti.

Tetapi Bima menyuruhku untuk mengangkat telfon dari Agha "angkat Nad, dia pasti akan marah jika tahu jam segini kau masih diluar dan tidak tahu keberadaanmu"

"Aku sengaja tidak mengangkatnya, supaya aku tahu bagaimana respon dia nanti begitu aku sampai di frat"

"Jika begitu kau hanya akan mencari masalah saja, Nadine"

"Tolong kali ini saja, aku ingin bertindak sesuai dengan mauku, bisa?" Ucapku tegas pada Bima

Akhirnya Bima menghela nafasnya "baiklah, yasudah kita pulang sekarang. Biar aku mengikutimu dari belakang"

"Uhm baiklah"

Setelah Bima keluar dari mobilku menuju mobilnya yang berada tepat dibelakangku. Aku pun menyalakan mesin mobilku dan berlaju menuju jalan pulang ke frat house. Aku tidak sabar melihat reaksi Agha, aku tahu aku akan dimarahi olehnya, tetapi biarkan saja agar aku bisa membahasnya sekalian dengan hariini mengapa dia menghilang begitu saja.

Sampai di halaman frat house, aku memarkirkan mobilku begitu saja. Lalu aku turun dan memasuki pintu utama. Kulihat anak - anak semua masih terbangun dan sedang minum seperti biasanya. Lalu Tae menoleh kearahku, tetapi aku berlalu begitu saja. Dan kulihat Agha sedang mondar - mandir di halaman belakang, sambil terus menelfonku disana karena saat ini handphoneku terus berdering.

Sesaat aku menaiki tangga, Agha melihatku. Lalu memanggilku keras "NADINE". Aku terus saja menaiki tangga, aku tidak mau jika harus bertengkar disaksikan oleh anak - anak semuanya, jadi aku sengaja kekamar agar kita bertengkar cukup dikamar antara aku dan Agha saja.

Ku dengar Agha terus memanggilku dan ku dengar juga langkahnya mengejarku, akhirnya aku sudah sampai dikamar, disusul dengan Agha. Bersama dengan wajah dan tatapan sinisnya saat ini "darimana?mengapa tidak mengangkat telfonku?" Tanyanya

Aku duduk ditepian kasur dan hanya terdiam tidak menjawab apa yang ditanyakan Agha.

"Kau tidak lihat sudah jamberapa ini Nadine?!kau keluar sendirian, tidak meminta izinku pula, sudah berani kau seperti itu?!" Tanyanya dengan suara yang ia tinggikan beberapa oktaf.

Aku terpancing emosi, bisa - bisanya disaat ia menghilang begitu saja ia membahas izin padaku?

"Kau harus sadar diri, Agha! Kemana kau seharian ini?! Kau juga baru pulang tengah malam kan?! Apakah kau juga izin padaku?! apakah kau ada menghubungiku?! Satu pesanpun?!" Tanyaku sambil berteriak emosi

"Kau itu perempuan, jadi kau harus memberitahuku jika kau pergi kemana mana, izin padaku sebentar memang tidak bisa?" tanyanya menghangat

"Lalu kau?! Izin padaku sebentar saja memang tidak bisa?! Jadi jika kau tidak bisa, mengapa aku harus?!" jawabku dengan seringaian dari wajahku

"Itu berbeda, Nadine"

"Apa yang beda?! Kau berlaku seenaknya padaku, sedangkan aku tidak boleh berlaku seperti itu padamu?! Kau pikir kau siapa bisa bertindak seperti itu? Mengapa kau tidak jawab kemana hari ini?huh?!"

Kulihat Agha terdiam dan duduk lemas di meja sambil tertunduk. Aku tahu, mungkin saat ini Agha terkejut dengan emosiku yang tidak pernah aku perlihatkan padanya. Memang baru kali ini aku perlihatkan padanya, karena memang Agha salah disini. Ia tidak pernah berlaku seperti itu padaku, tapi seolah - olah disini ia menyalahkan aku dan tidak sadar dirinya bagaimana hari ini.

Forbidden ✔️ [MMS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang