03. Mereka

7.2K 256 4
                                    

Seorang pria melangkah masuk ke dalam kamar putranya. Dia mendengkus melihat Arrayyan masih setia berada di bawah selimutnya. Perlahan, Arsyan naik ke atas kasur. Tangannya terulur membelai rambut sang putra. Sejenak, dia merasa kasihan pada putranya yang tidak bisa merasakan kasih sayang dari ibunya. Saat usia Arrayyan dua tahun, mantan istri Arsyan—Alyana menggugat cerai. Wanita itu tak mau hidup miskin. Kala itu, perusahaan milik Arsyan diambang kebangkrutan. Tetapi setelah berjuang selama enam tahun, dia berhasil menjayakan perusahannya kembali.

"Sayang, ayo bangun! Katanya mau diantar sekolah sama Mama." ucap Arsyan yang mampu membuat putranya langsung membuka mata lebar-lebar.

Arrayyan setuju jika Alisya menjadi Mamanya. Di pertemuan pertama mereka, dia sudah jatuh hati pada sifat keibuan yang dimiliki calon istri Papanya itu. Dua minggu lagi, Arsyan dan Alisya akan resmi menjadi sepasang suami-istri. Mereka saling mencintai dan menyayangi. Alisya tulus memiliki kasih sayang pada Arrayyan. Yang terkadang mendapat cibiran yang mengatakannya hanya mengincar harta keluarga Arkatama. Padahal kenyataannya, tidak sama sekali.

Arrayyan, bocah berumur delapan tahun itu tidak sabar bertemu wanita yang sudah dipanggilnya Mama. Setidaknya, lewat Alisya dia bisa merasakan kasih sayang seorang ibu. Tidak seperti Maminya yang pergi meninggalkan dirinya dan sang Papa.

"Array mandi dulu ya, Pa! Kasih tau Mama untuk cepet siap-siap biar nanti Array nggak telat!" ucap Arrayyan berlari ke kamar mandi.

Rencananya, mereka akan menjemput Alisya di rumahnya. Baru setelah itu akan mengantar Arrayyan ke sekolah. Selama berpacaran, Arsyan dan Alisya tak pernah melakukan lebih dari ciuman dan pelukan. Mereka akan sabar menanti hingga hari pernikahan tiba.

"Syan! Malam ini 'kan, keluarga Alisya dateng ke rumah. Mama mau suruh Aishla ke sini. Kue kering buatan dia enak loh. Mama yakin, kamu baka suka." ucap Anatasya sambil mengolesi roti tawar dengan selai cokelat kesukaan putra dan cucunya itu.

"Terserah Mama." sahutnya singkat.

Sembari menunggu Arrayyan bersiap-siap, Arsyan pun memainkan ponsel. Dia cengar-cengir mendapat ucapan selamat pagi setiap harinya dari sang kekasih. Alisya memang pintar mengambil hatinya dengan kata-kata manis.

Calon Nyonya Arkatama

|Cepet mandi sana! Array lagi mandi juga

Arsyan menggelengkan kepala. Alisya memang menggemaskan. Dari segala tingkah lakunya, dia suka. Tak ada satu pun hal yang tidak disukainya dari seorang Alisya, wanita yang sebentar lagi akan menjadi istri sahnya.

"Oma!! Kaos kaki Array kok nggak ada!!" teriak Arrayyan membuat sang Papa bergegas menghampiri ke dalam kamar.

"Cari yang bener, Ray. Kemarin Mbak udah masukin semua baju kamu ke lemari." ucap Arsyan mengobrak-abrik isi almari putranya.

Di keluarga Arkatama asisten rumah tangga hanya dipanggil tiga minggu sekali. Mereka tak membiarkan orang luar untuk berlama-lama berada di sini. Sang asisten rumah tangga pun akan segera pulang setelah menyelesaikan tugas. Kecuali supir dan satpam rumah. Alasannya, karena pernah ada asisten rumah tangga baru yang berani menggoda Arsyan. Karena itulah, mereka tak membiarkan asisten rumah tangga untuk berada dua puluh empat jam di kediaman keluarga Arkatama.

"Duduk." titah sang Papa yang dituruti oleh Arrayyan. Bocah itu duduk, membiarkan Arsyan memakaikan kaos kaki dan sepatu di kakinya. Setelah itu, dia membawa tas Arrayyan. Mereka akan sarapan lebih dulu, setelah itu menjemput calon istri Arsyan dan calon Mama Arrayyan.

(Bukan) Suami IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang