08. Menghadiri acara pernikahan

6.5K 310 9
                                    

Hampir selama satu jam lamanya, Aishla berdiri di depan kamera. Sesuai yang diinginkan ibu mertuanya, dia kembali menjadi model dadakan di tengah putranya yang tidak enak badan. Tak jauh dari mereka, ada Arrayyan yang terdiam mengamati. Anak laki-laki itu merasa bosan di dalam kamar dan berakhir menyaksikan sang Papa dan Bundanya yang terlihat sangat serasi.

"Papa." panggil Arrayyan dengan suara lemah.

Arsyan menoleh, kemudian beranjak menghampiri seraya melihat-lihat hasil potretannya. Tanpa sadar senyumnya terukir. Meskipun memakai pakaian tertutup, hal itu sama sekali tak mengurangi kecantikan yang terpancar dari wajahnya. Seketika, dia teringat pada Alisya. Arsyan melirik putranya sekilas. Dia harap, Arrayyan tak menanyakan mantan calon ibunya. Karena dia tak tahu keberadaan Alisya sampai saat ini. Arsyan merasa, jika ada seseorang yang memang sengaja menyembunyikan Alisya darinya.

"Pak Arsyan, sudah selesai 'kan? Kalo gitu, Aishla mau ganti baju." tanya Aishla pada sang suami yang berdiri membelakanginya. Tak mendapat sahutan, membuat gadis itu mengambil keputusan sepihak. Dia mengangkat kaki dari halaman belakang rumah menuju kamarnya. Tanpa mempedulikan bila Arsyan belum menjawab pertanyaannya.

"Hei! Tungguin, Array!!" teriak Arrayyan yang mengakibatkan langkah sang Bunda terhenti.

Aishla menggigit bibir bawahnya dan membalikkan tubuh secara perlahan. Dia mengangkat sebelah alis ke arah putranya yang berjalan mendekat. Setibanya di hadapan Aishla, Arrayyan menatapnya tajam. Dia menolehkan kepalanya ke arah sang Papa yang masih fokus pada kamera di tangannya.

"Jangan berpikir untuk merebut Papa dari Mama Alisya!!" pekiknya berhasil mengambil atensi Arsyan. Pria berkepala tiga itu tersenyum samar melihat ekspresi wajah Aishla yang bergeming. "Karena Papa dan Mama Alisya adalah orangtua Array!!"

Aishla mengangguk pelan, lalu mensejajarkan tubuh dengan putranya. Dia cukup sadar diri. Sampai kapanpun, dirinya tak akan bisa menggantikan posisi Alisya di hidup mereka. Meski baru bertemu pertama kali, dia bisa menyimpulkan jika Alisya adalah orang yang sangat disayangi keduanya. Hanya saja, Anatasya tak menyukai sesosok wanita yang dipilih oleh putranya.

"Iya, Bunda tau kok. Sekarang, Array makan dan minum obat lagi ya? Biar cepet sembuh." titahnya yang tak digubris oleh Arrayyan. Putranya itu justru pergi begitu saja. Meninggalkan sang Bunda yang menatap nanar kepergiannya.

Aishla menundukkan kepala, menyeka air mata yang mendesak keluar. Sekarang, hanya mereka yang dia miliki. Dia akan berusaha meluluhkan hati anak laki-laki tersebut. Tetapi tidak dengan Arsyan. Dia harus berpikir dua kali untuk itu. Karena Arsyan tak mungkin mencintainya. Lagipula, Arsyan bukanlah sesosok suami idaman Aishla.

"Arsyan! Aishla!!" teriak wanita paruh baya yang berjalan menuju mereka.

Arsyan menghela napas panjang. Dia teringat akan undangan pernikahan anak teman Mamanya. Yang pasti menyuruh dirinya dan juga Aishla untuk hadir. Padahal, dia sangat malas jika harus memperkenalkan gadis berhijab itu pada rekan-rekan bisnis. Karena kebanyakan dari mereka memamerkan aurat. Tidak seperti Aishla yang menutup rapat-rapat.

"Ibu." panggil Aishla sembari mencium punggung tangan ibu mertuanya.

"Gimana? Sudah pemotretannya 'kan? Ibu mau liat hasilnya, Syan!!" Anatasya merebut kamera dari tangan putranya. Dia mengangkat sudut bibir melihat hasil-hasil pemotretan yang sangat luar biasa. Selain berbakat dalam bidang bisnis, Arsyan juga menguasai bakat fotografi. Yang sayangnya harus dikesampingkan demi menjalankan bisnis keluarga Arkatama.

"Arsyan capek, mau tidur." tukasnya membuat Aishla menoleh. Tak sengaja, mereka bertatapan selama beberapa detik. Hingga akhirnya, Aishla sendiri yang memutuskan kontak mata dengan mantan duda itu.

(Bukan) Suami IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang