10. Berbuat Mesum?

7.6K 307 16
                                    

Seorang gadis berdiri menatap lurus ke arah jendela kamar yang sengaja dibuka. Kejadian tadi sore masih terngiang di pikirannya. Aishla merasa jika Arsyan hanya mengambil kesempatan untuk bisa bersentuhan dengannya. Karena saat tiba di parkiran, Arsyan langsung melepas jas dan mengikatkannya pada pinggang Aishla. Jika pada akhirnya, jas tersebut yang menutupi bercak darah di pakaian Aishla, mengapa Arsyan bersusah payah menggendongnya?

"Apa itu modusnya Pak Arsyan aja ya?" gumam Aishla yang entah merasa sedikit yakin akan dugaannya.

Aishla menghela napas. Kemudian, menutup jendela dan beranjak menuju kamar Arrayyan yang sepertinya masih belum tidur. Aishla mengerutkan kening mendengarkan rengekan putranya di dalam kamar. Merasa sangat penasaran, dia pun langsung menerobos masuk dan mendapati Anatasya yang terus menolak permintaan cucu kesayangannya.

"Oma, ayo, beliin Array cokelat!!" pintanya yang dibalas gelengan oleh Anatasya.

"Nggak Array, Papa ngelarang Array makan cokelat 'kan? Oma nggak mau nanti Papa kamu marah-marah." sahut Anatasya yang tak mau mencari masalah pada putranya.

"Sekali ini aja, Oma... Array, janji..." ucapnya memohon.

Anatasya mengembuskan napas gusar. Kemudian, beranjak meninggalkan kamar Arrayyan. Wanita itu sudah merasa letih dan ingin segera beristirahat. Meladeni Arrayyan yang terus meminta cokelat, tak akan ada ujungnya. Karena anak laki-laki itu akan terus merengek sampai keinginannya dikabulkan.

"Oma!!! Papa lagi nggak ada di rumah! Ayo, beliin Array cokelat!!" teriaknya yang sangat ingin memakan cokelat.

"OMAA!!! ARRAY MAU COKELAT!!!!"

Dada Arrayyan naik-turun. Dia merasa kesal karena tak ada seorang pun yang mau menuruti keinginannya. Padahal, keinginannya begitu mudah. Hanya sebuah cokelat. Sebuah tangan terulur memegangi pundak mungilnya. Sontak, Arrayyan menoleh dan mendapati Aishla yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Array mau cokelat? Nanti Bunda belikan, tapi nggak sekarang ya, nak. Sudah malam. Sekarang, Array bobo." ucapnya lembut yang dibalas tatapan sinis oleh Arrayyan.

"Pergi! Array nggak percaya sama kamu!!" teriaknya menggema.

Aishla menarik sudut bibirnya. Dia harus sabar menghadapi Arrayyan yang masih tak suka padanya. "Bunda janji, Sayang. Besok siang, Bunda bakal beli cokelat. Array mau berapa cokelatnya?" ucap Aishla bertanya.

Arrayyan dapat melihat kesungguhan melalui netranya. Dengan ragu, dia menjawab. "Tiga."

"Oke, tapi sebelum itu, Bunda cek suhu tubuh Array dulu ya?" Aishla menempelkan punggung tangannya di kening Arrayyan. Membuat anak laki-laki itu bergeming, karena setelah itu tidak tubuhnya melayang. Yeah, Aishla menggendongnya dan meletakkannya di atas kasur. "Panas Array udah turun kok. Jadi, besok Bunda beli lima cokelat khusus untuk Array. Tapi, nggak boleh dimakan sekaligus ya... Nanti Bunda dimarahin Papa kalo Array sampe sakit gigi."

"Kamu do'ain Array sakit gigi?!" sarkas Arrayyan menatapnya sinis.

"Bukan begitu, Array. Bunda cuma nggak mau kalo Array kebanyakan makan cokelat, malah sakit gigi nantinya. Udah ya, sekarang Array tidur. Bunda bacakan surat Al-Mulk ya..."

Tak ada sahutan apapun, membuat Aishla langsung mengambil wudhu. Kemudian, meraih Al-Qur'an yang berada di atas meja belajar putranya. Arrayyan hanya memperhatikan Bundanya dalam diam. Dia merasa nyaman dan damai saat Aishla mulai membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an. Perlahan, dia mulai menutup mata. Namun, telinganya masih mendengarkan suara merdu dari gadis yang kini menjadi ibu sambungnya.

Setelah selesai, Aishla menarik sudut bibir. Lalu, mengelus puncak kepala Arrayyan. "Bunda sayang Array..." lirihnya yang masih tak percaya akan takdir Allah yang membuatnya menikah dengan duda beranak satu. Mengingat hari pernikahan yang tidak diharapkan, mengakibatkan buliran bening mengalir deras dari pelupuk matanya. Arsyan bukanlah sesosok suami idaman Aishla. Gadis itu menginginkan suami yang dapat membimbingnya menuju surga. Bukan seperti Arsyan yang sepertinya jauh dari agamanya sendiri.

***

Arsyan mendecak menyadari keberadaan seorang wanita sexy yang bersandar di mobilnya. Dia baru saja bertemu dengan klien di sebuah restoran. Namun, saat dirinya tiba di parkiran, Alyana langsung berlari menghampirinya. Wanita gila itu mengalungkan tangan di leher Arsyan. Untungnya, suasana di parkiran cukuplah sepi. Arsyan berusaha menjauhkan mantan istrinya, tetapi Alyana langsung menyerang dengan melumat bibir Arsyan.

Bruk!

Arsyan mendorong Alyana dengan kasar. Dia mengutuk kelancangannya yang sudah berani mengajaknya bermain. Wanita itu tahu, jika Arsyan hanya pernah berhubungan badan dengannya saja. Karena selama menjalin kasih bersama Alisya, mereka hanya berani berpelukan dan berciuman. Tidak dengan yang lain.

"Cih! Kau berpura-pura menolak, padahal sebenarnya kau ingin sekali bukan? Selama bertahun-tahun, kau tidak pernah lagi melakukannya, Arsyan. Aku tahu, kau cukup menahan diri dari mantan kekasihmu. Dan aku juga yakin, kau tidak akan menyentuh gadis sok alim itu!!!" ucap Alyana setelah berdiri. Dia menatap Arsyan penuh hasrat. Bagaimanapun, dirinya adalah wanita pertama di hidup pria yang sudah lama menduda. "Karena hanya aku, teman bermainmu!" bisiknya membuat rahang Arsyan mengeras.

"Apa kau tidak sadar diri, Al? Kita tidak memiliki hubungan apapun. Kau yang menceraikan aku demi pria kaya itu bukan? Lalu, mengapa sekarang kau kembali dan mencoba mendapatkan aku lagi, hm? Apa pria selingkuhanmu itu sudah jatuh miskin? Hingga membuatmu kembali mengejar aku yang sudah kaya ini?"

Alyana tertegun. Dia tak pernah menyangka, Arsyan akan mengungkit kesalahan fatal yang dilakukannya di masa lalu. Arsyan menyeringai. Pria itu tahu, maksud kedatangan Alyana yang hanya menginginkan hartanya. Bukan dirinya ataupun Arrayyan. Karena wanita tersebut tak pernah menanyakan putra mereka kepadanya.

"Carilah mangsa lain. Karena aku sudah tidak tertarik dengan jalang sepertimu!!" ucap Arsyan, lalu pergi meninggalkannya. Tangan Alyana terkepal. Lihat saja apa yang akan dia lakukan, agar Arsyan bisa kembali ke dalam pelukannya.

"Aku hanya perlu mencari waktu yang tepat, Sayang." gumamnya seraya tersenyum menyeringai.

Setibanya di rumah, Arsyan langsung menuju kamarnya. Dia menghembuskan napas melihat Aishla yang begitu menutup rapat tubuhnya. Padahal mereka sudah menikah, namun Aishla masih enggan menampakkan lekuk tubuhnya pada suaminya. Karena gadis itu tersadar, jika Arsyan adalah pria mesum. Aishla tak akan membiarkan Arsyan menyentuhnya lebih lanjut bila hal tersebut tidak didasarkan sebuah cinta. Melainkan nafsu.

Perlahan, Arsyan merebahkan tubuhnya. Dia menghadap ke arah Aishla yang terlihat nyenyak dalam tidurnya. Mata Arsyan terpaku pada bibir ranum istrinya yang begitu menggoda. Mungkin, karena tak pernah memandang wajah Aishla dalam durasi lama, membuat Arsyan baru menyadari, jika dirinya telah menikahi gadis yang begitu rupawan. Pantas saja, para pria di gedung resepsi itu menatap lapar ke arah istrinya.

"Dia mencium bibirku." ucapnya seraya mendekatkan wajahnya ke wajah Aishla. Arsyan dapat merasakan deru napas teraturnya. Tanpa berpikir panjang, dia langsung menempelkan bibirnya pada bibir mungil Aishla. Merasa tak ada pergerakan, Arsyan pun mulai melumatnya. Dia tersenyum sinis. Tak percaya jika bibir Aishla jauh lebih nikmat dari pada bibir Alisya ataupun Alyana.

"Eeuuhh..." Lenguhan Aishla membuat Arsyan langsung menjauhkan dirinya. Dia berpura-pura tidur saat merasakan pergerakan Aishla yang mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk.

"Tadi apa ya?" gumamnya menatap ke sekitar. Sontak, Aishla membulat melihat Arsyan yang bertelanjang dada. Segera, dia memalingkan wajahnya yang seketika saja memerah. Di dalam napasnya yang tidak teratur, Aishla menyangka jika hal itu adalah perbuatan Arsyan. Dia teramat yakin, karena pria yang menutup kedua matanya adalah pria mesum.

'Ya Allah... Sekarang, bibir Aishla yang udah nggak suci lagi... Terus, besok-besok apa lagi? Pria mesum itu udah berani berbuat kemesuman pada Aishla... Hwaaa... Salwa... Aku mau nginep di rumah kamu aja...'


(Bukan) Suami IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang