SELAMAT HUT RI KE-78 🇮🇩🇮🇩
MERDEKA!!!
***
"Apa kamu tau di mana Aishla?" tanya Arsyan dengan raut cemas yang kentara sekali di wajahnya.
Kebimbangan melanda Salwa. Dia merasa tak tega melihat putra bosnya yang terlihat begitu frustasi atas perginya Aishla. Namun, dia juga tidak bisa jujur. Aishla membutuhkan tempat untuk menenangkan diri. Mungkin beberapa hari tidak bertemu dengan sosok suaminya itu, akan membuat pikiran Aishla sedikit jernih dan terbuka. Karena menghindari masalah tidak akan menyelesaikan apa-apa. Justru semakin memperkeruh keadaan.
"Nggak tau, Pak. Saya udah seminggu ini nggak tukar kabar sama Aishla," jawab Salwa tak berbohong.
Setelah hubungan mereka membaik, Aishla selalu berbagi kabar dengan sahabatnya melalui pesan. Jika berada di rumah sendirian dan kebetulan Salwa tengah luang, sepasang sahabat itu akan bertelepon atau video call melalui aplikasi hijau itu. Namun, sudah seminggu lamanya Aishla tak mengirim dan membalas pesan dari Salwa. Kemudian dia tiba-tiba muncul di sekitar rumah kontrakannya saja.
"Kamu nggak bohong, 'kan?" Arsyan memicingkan mata, merasa sedikit tak percaya pada gadis yang bekerja sebagai karyawati butik sang mama.
"Nggak Pak. Saya nggak bohong!" elak Salwa berusaha menahan gugup yang menyelimuti. "Terakhir kali Aishla ada di mana, Pak? Saya bakal bantu cari sahabat saya sampe ketemu."
Arsyan menggeleng, "Nggak perlu. Kalo gitu, saya permisi."
Salwa menghela napas lega saat pria itu sudah masuk ke dalam kendaraan beroda empat dan meninggalkan rumah kontrakannya. Lalu dia segera menuju pedagang bubur ayam yang biasa mangkal di depan ruko jalan raya. Setelah berjalan selama sepuluh menit, Salwa pun sampai dan memesan dua porsi bubur.
Suara deru mesin mobil yang menjauh membuat Aishla tersadar, jika suaminya telah pergi. Dia menarik sudut bibir. Merasa tidak percaya bila Arsyan yang turun tangan mencarinya. Haruskah, Aishla luluh dan percaya? Akan tetapi, melupakan sosok dari masa lalu tidak mudah, bukan? Arsyan dan Alisya gagal menikah karena sebuah peristiwa yang sampai kini belum terungkap. Sangat tidak mungkin, bila Alisya tiba-tiba menggagalkan pernikahan yang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari.
"Assalamu'alaikum, Lala! Aku pulang!" teriak Salwa dengan wajah ceria.
Gadis itu mengambil dua mangkuk dan dua gelas air untuk mereka. Setelah mewadahi bubur ke dalam mangkuk, dia pun memanggil Aishla dan menyuruh wanita yang tengah hamil muda itu untuk segera memakan bubur selagi hangat. Aishla tak henti-hentinya tersenyum. Ia merasa gembira karena mengidamnya telah dituruti oleh sang sahabat tercinta.
"Makasih, ya, Wa. Alhamdulillah, aku udah kenyang sekarang," ucap Aishla memegangi perutnya yang sudah tidak kelaparan lagi.
"Sama-sama. Nanti malem mau makan sama apa, La? Aku nggak masak, nih. Biar nanti sekalian aku beli pas sore gitu," seloroh Salwa sangat antusias mengabulkan keinginan ibu hamil di sampingnya.
"Nasi padang kayaknya enak, ya, Wa? Tapi pake uang aku aja." Aishla merogoh saku gamis dan mengambil selembar uang berwarna biru yang tersisa. "Ini ya, Wa. Maaf ngerepotin kamu lagi."
"E-eh, nggak usah, La. Uang aku masih ada, kok," tolak Salwa mengembalikan uang tersebut.
"Nggak papa, Wa. Biar gantian, supaya kamu nggak tekor."
Pada akhirnya, gadis yang masih melajang itu pun menerima. Kemudian mereka saling bercerita dan bercanda tawa. Salwa merasa lega, karena sahabatnya sudah tak sedih lagi. Tak terasa azan asar berkumandang. Dia segera mencari pakaian yang sekiranya bisa dipakai oleh Aishla. Mengingat selama ini, Aishla selalu memakai gamis dan jilbab.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Suami Idaman
SpiritualAishla terpaksa menikah dengan duda beranak satu demi memenuhi permintaan sang majikan yang telah dianggapnya sebagai ibu. Aishla kira, dia akan diperlakukan dengan baik setelah menyelamatkan reputasi keluarga Arkatama. Namun, dugaannya salah. Justr...