"Aku suamimu, Aishla," bisik Arsyan, lalu menenggelamkan wajah di cekuk leher sang istri.
Tubuh wanita itu menegang tatkala tangan kekar Arsyan melingkar di pinggangnya. Namun, hal itu tak berlangsung lama karena kedatangan Arvan. Sontak, Arsyan pun menjauhkan diri dari Aishla.
"Alisya udah sadar, Bang," papar Arvan membuat sang abang bergegas menuju ruang rawat sang mantan kekasih.
Aishla menatap nanar kepergian kakak-beradik itu. Dia tersenyum masam. Alisya jauh lebih dulu dikenal oleh keluarga Arkatama. Tidak seperti dirinya yang baru beberapa bulan hidup bersama mereka. Mengabaikan perasaannya yang campur aduk, dia beranjak meninggalkan ruang rawat ini. Tatapan wanita itu lurus ke depan. Saat tak sengaja melihat sesosok pria masuk ke salah satu ruang rawat, membuat langkahnya terhenti. Aishla mengintip melalui kaca transparan di bagian tengah atas pintu ruang rawat tersebut.
"Mas Arsyan," gumamnya menyaksikan mantan pasangan itu berpelukan.
Kecupan cukup lama di kening Alisya membuat benteng pertahanan Aishla roboh. Dia menitikkan air mata. Merasa sesak di bagian dada. Tak kuasa melihat kemesraan mereka, dia berlari melewati lorong-lorong rumah sakit yang sepi. Seharusnya, dia tersadar untuk tidak terlalu mempercayai perkataan Arsyan. Pria itu memang suaminya. Sementara dirinya hanya seorang istri pengganti. Kembalinya Alisya membuat posisinya terancam. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Di satu sisi, dia merasa ingin memiliki Arsyan seutuhnya. Namun, di sisi lain, dia tidak bisa egois jika mereka masih memiliki rasa cinta yang sama. Sejak awal, kehadirannya hanya dijadikan sebagai pengganti.
"Aku udah nggak papa, Syan. Luka-lukanya juga nggak terlalu parah," ucap Alisya mencoba menenangkan pria yang pernah singgah di hatinya.
"Nggak terlalu parah gimana? Kepala kamu luka, tangan dan kaki kamu juga lecet-lecet." Arsyan mendengkus melihat wanita yang sok kuat itu.
Arvan tersenyum kecil. Selain mereka pernah menjadi sepasang kekasih, atasan dan bawahan, mereka juga bersahabat. Jika dilihat dari luar, keduanya memang terlihat sangat mesra dan romantis saat menjalani hubungan asmara. Akan tetapi, jika sedang berduaan seperti ini, mereka seringkali beradu mulut.
"Astaga! Aku meninggalkan Aishla. Sebentar, aku akan ke sini lagi," pamit Arsyan melangkah lebar menuju ruang rawat istrinya.
Napas pria itu tercekat kala tak mendapati Aishla. Dia membuka pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Kosong. Tak ada istrinya di sana. Seketika perasaan Arsyan berubah tidak enak. Dia segera menghubungi Arvan untuk meminta bantuan mencari istrinya yang diduga kabur.
"Ayo, Aishla, kamu kuat," gumam seorang wanita yang kemudian menghentikan angkutan umum yang hendak melewatinya.
Aishla memutuskan untuk mengunjungi rumah kontrakan sahabatnya—Salwa. Saat ini, dia membutuhkan tempat untuk menenangkan hati dan pikiran. Dia harap, Salwa menerima kehadirannya.
Di depan sebuah gang, Aishla menghentikan angkutan umum tersebut. Setelah membayar ongkos, ia berjalan menelusuri gang yang menjadi jalan pintas agar bisa sampai dengan cepat di kontrakan Salwa . Rasa pening yang tiba-tiba menyerang, membuat wanita itu memejamkan mata sesaat.
"AISHLA!!" teriak seorang gadis menghampiri sahabatnya yang terlihat sangat pucat. Dia segera memapah tubuh Aishla menuju kontrakan yang menjadi tempat berteduh dari panasnya matahari dan lebatnya hujan.
"Kamu ngapain ke sini, La? Orang lagi hamil juga, bukannya banyakin istirahat, malah keluyuran!" omel Salwa membuat wanita berbadan dua itu terkekeh. "Eh! Aku serius, ya! Jangan ketawa gitu. Muka kamu juga pucat banget, La. Mau ke dokter aja?"
Aishla menggeleng, "Nggak perlu, Wa. Aku mau nginap di kontrakan kamu boleh, 'kan? Nanti aku cerita semuanya, tapi aku numpang tidur dulu, ya? Kepalaku pusing banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Suami Idaman
SpiritualAishla terpaksa menikah dengan duda beranak satu demi memenuhi permintaan sang majikan yang telah dianggapnya sebagai ibu. Aishla kira, dia akan diperlakukan dengan baik setelah menyelamatkan reputasi keluarga Arkatama. Namun, dugaannya salah. Justr...