01. Menjadi Model

24.4K 451 6
                                    

Seorang gadis berjalan tergesa-gesa menuju Butik—tempat kerjanya. Hari ini adalah hari minggu, namun sang majikan memintanya untuk segera datang. Aishla Hafeeza, hidup sebatang kara di kota Jakarta. Setelah lulus SMA, dia bekerja di salah satu Butik atas tawaran tetangganya. Aishla adalah satu-satunya karyawati yang berhijab. Dia merasa bersyukur, karena karyawan-karyawati lain mau menerimanya. Apalagi Nyonya Anatasya, pemilik Butik ini. Bisa dibilang Anatasya sangat menyayangi Aishla. Gadis itu adalah gadis termuda yang bekerja padanya. Aishla baru berusia 20 tahun, dan dia sudah bekerja selama dua tahun di sini.

Aishla melangkahkan kaki memasuki Butik. Dia langsung menuju ke ruangan wanita yang sudah dianggapnya sebagai ibu. Sama seperti karyawan yang lain. Yang menganggap Anatasya sebagai ibu kedua mereka.

"Assalamu'alaikum, Ibu..." ucap Aishla sambil membuka pintu. Ia tersenyum dan berjalan menghampirinya. Kemudian mencium punggung tangan Anatasya yang merasa senang atas ketersediaannya yang mau datang.

"Wa'alaikumussalam. Sini duduk, La." Anatasya menepuk tempat disebelahnya. Aishla mengangguk, lalu mendudukkan dirinya. Dia merasa nyaman setiap kali berada di sebelah wanita itu. Kedua orangtua Aishla sudah kembali ke pangkuan Tuhan. Sang Ayah meninggal saat dia berada di sekolah menengah pertama dan ibunya menyusul dua tahun kemudian. Membuat Aishla harus berjuang seorang diri demi mencari pundi rupiah untuk keberlangsungan hidupnya. Aishla tak pernah mengeluh akan takdir Tuhan yang diberikan kepadanya. Ia malah bersyukur karena masih ada orang-orang baik di sekitarnya.

"Ibu mau kamu jadi model."

Aishla membelalak. Dia sampai berdiri saking terkejutnya. Bagaimana tidak, dirinya tak pernah berkawan baik dengan kamera. Setiap kali berfoto, ia selalu mati gaya. Dan sekarang, Anatasya memintanya untuk menjadi model? Tidak. Aishla tidak bisa menerimanya.

"Kamu 'kan berhijab. Ibu itu, mau jual baju muslimah di Butik juga, La. Kayaknya sekarang, makin banyak gitu, orang yang berhijab."

Aishla menundukkan kepala sedalam-dalamnya. Ia menyadari, jika sekarang memang banyak wanita yang berhijab. Bukan karena untuk melaksanakan kewajibannya sebagai muslimah, melainkan mengikuti trend. Mereka berhijab, namun tak menjulurkan hijabnya. Tak jarang, hijab yang mereka kenakan diikat di leher atau dimodel sedemikian rupa hingga menampilkan buah dada yang seharusnya tertutupi.

"Maaf Bu, Aishla nggak bisa. Aishla selalu mati gaya kalo di depan kamera."

Anatasya tertawa. Wanita itu mengetahuinya. Karena dia tidak pernah melihat Aishla berselfie selama dua tahun bersamanya. Anatasya merengkuh tubuh gadis yang dianggap sebagai putrinya sendiri. Ia tersenyum dan mengangguk, mencoba meyakinkan jika Aishla bisa. Selama dia mau berusaha.

"Kamu pasti bisa. Nanti biar Ibu yang kasih tau, kamu harus gaya seperti apa." tutur Anatasya yang tak bisa membuat gadis itu mengelak lagi. Aishla yakin, jika karyawati lain pasti tak mau. Terkadang, dia juga mendapat pertanyaan dari teman-temannya. Mereka sering bertanya, apakah dirinya tak merasa gerah saat memakai pakaian serba panjang seperti itu?. Aishla hanya menggelengkan kepala menanggapinya.

"Nanti yang foto Aishla siapa, Bu?" tanya Aishla sedikit penasaran.

"Arsyan!" jawabnya mampu membuat Aishla membeku.

Arsyan adalah putra sulung Anatasya. Pria itu berstatus duda beranak satu. Aishla tak pernah sekalipun bertemu dengannya. Dia sering mendengar tentang Arsyan melalui Anatasya yang setiap kali merasa kesal pada putranya, wanita itu selalu mengeluarkan unek-uneknya di Butik ini. Dan Aishla-lah yang menjadi pendengarnya.

"A-Arsyan?"

Anatasya mengangguk. Kemudian, dia memberikan beberapa gamis yang sepaket dengan jilbabnya. Mau tak mau, Aishla menerimanya dan segera berganti pakaian. Dia tersenyum melihat satu gamis berwarna pink yang terlihat begitu cocok dengan dirinya yang memiliki kulit putih bersih. Setelah selesai, dia keluar, membuat Anatasya memekik kegirangan. Aishla terlihat sangat cantik. Apalagi, dengan sedikit memoles wajahnya.

(Bukan) Suami IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang