14. Di Pinggiran Jalan

5.6K 289 9
                                    

Seorang wanita yang tangan dan kakinya terikat tersenyum mengejek pada wanita yang telah menculiknya tepat di hari pernikahannya dengan Arsyan. Dia adalah Alisya yang dapat bertahan sampai saat ini. Wanita itu merasa tak habis pikir pada Alyana yang memiliki pemikiran dangkal. Keluarga Arkatama tak mungkin menerimanya kembali. Kesalahan yang dibuatnya di masa lalu, tak akan bisa termaafkan. Meninggalkan suami dan anaknya yang masih kecil. Bahkan, Alyana sama sekali tak mengakui jika Arrayyan adalah putra kandungnya sendiri.

"Kenapa lo, Al? Habis liat Arsyan mesra-mesraan?" tanya Alisya menyeringai pada wanita yang bersedekap dada kepadanya.

"Lo pikir, cuma lo doang wanita yang pernah melakukan itu sama Arsyan? Gue akui, gue nggak pernah. Karena gue belum jadi istrinya. Tapi, Aishla? Arsyan nggak sebodoh itu, sampe menyia-nyiakan gadis cantik dan alim seperti dia." Alisya sengaja memanas-manasinya. Dia tahu, jika Alyana sangat mudah tersulut emosi.

"Mungkin sebentar lagi, kita semua bakal dapet kabar bahagia, kalo Aishla hamil penerus keluarga Arkatama."

PLAK!

Alisya tertawa. Dia sudah terbiasa mendapati siksaan fisik dari wanita itu ataupun bawahannya. Alisya tak merasa kecewa ketika mengetahui jika Arsyan menikahi wanita shalihah seperti Aishla dari perbincangan para pria yang menjaganya sebagai tahanan. "Cuih!" Alisya meludahi wajah Alyana yang berjongkok dihadapannya. Membuat wanita tersebut berteriak memanggil anak buahnya. Alisya merasa puas. Meski, dia harus merasakan siksaan yang pedih setelahnya.

"SIKSA DIA SEPERTI BIASA!!" perintah Alyana murka.

"Gue kuat kok, gue kuat." ucap Alisya bak sebuah mantra yang dapat membuatnya bertahan.

Darah-darah yang mengalir bahkan mengering, seolah bukan lagi masalah. Jika memang akhir hidupnya berada di tempat ini, dia ikhlas. Karena yang terpenting, pria yang sangat dicintainya telah bersanding dengan wanita shalihah seperti Aishla. Alisya merasa yakin, jika gadis berhijab itu dapat membawa Arsyan dekat dengan Tuhannya dan mengenalkan agama kepada Arrayyan.

'Semoga kalian bahagia dan terlindungi dari niat jahat Al-aakkhhhh!!' benak Alyana menahan sakit ketika cambuk mengenai bagian tubuhnya.

******

Arsyan menggelengkan kepala melihat tingkah laku adiknya yang tidak beda jauh dengan anak-anak. Lihatlah sekarang, lelaki itu terus membuntuti kakak iparnya yang tengah memasak di dapur. Segala hal ditanyakan oleh Arvan hingga membuat Aishla merasa pening sendiri. Bagaimana tidak, Arvan menanyakan hal-hal yang sama sekali tidak penting.

"Kak, kenapa sih, cobek masih aja ada? Padahal 'kan, sekarang udah ada blender bumbu. Terus, kenapa juga sih, Kak Aishla capek-capek masak. Kak Aishla 'kan, bisa suruh Bibi yang masak. Ah, Arvan tau. Pasti karena Kak Aishla udah cinta sama Bang Arsyan, kan? Sampe nggak biarin orang lain masak!!"

"Uhhhukkk!" Arsyan dan Aishla terbatuk bersama. Keduanya menatap ke arah Arvan yang menaik-turunkan alisnya. Lelaki itu tersenyum misterius ke arah kakak dan kakak iparnya.

"ARRAY!!! KAYAKNYA, SEBENTAR LAGI KAMU MAU PUNYA ADEK BAYI!!!!" teriak Arvan tiba-tiba.

"AKHIRNYA, BANG ARSYAN NGGAK DUDA LAGI, YA ALLAH!! BANG, LO UDAH UNBOXING 'KAN?!"

Puk!!

Arsyan melempar bantal sofa yang mengenai tepat di wajah adiknya. Pria itu merasa kesal. Tak seharusnya, Arvan menyeret hal tersebut. "Lo bisa diem nggak? Gue masih dalam mode sabar, Van. Kalo nggak, udah gue seret lo!" amuknya membuat Arvan mengerucutkan bibir.

"Puasin! Makanya jangan cari gara-gara sama Papa!" ejek Arrayyan yang muncul dari arah tangga. Anak laki-laki itu merasa cukup puas melihat Omnya mendapat amukan dari sang Papa.

(Bukan) Suami IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang