Dari lantai atas, Arsyan menyaksikan istri dan anaknya diantar oleh lelaki itu. Entah mengapa, ada perasaan tidak suka yang menyelimuti hatinya. Dia segera melesat turun ketika mereka memasuki area rumah. Lalu, duduk di sofa single yang ada di ruang tengah. Tak lupa, tatapan tajamnya yang mengarah pada pintu utama.
"Oh, bagus sekali! Lihat, sekarang jam berapa? Dan kalian, baru pulang ke rumah?!" ucap Arsyan saat mereka baru melangkah masuk.
Aishla tersentak. Perlahan, dia mendongakkan kepala dan tak sengaja bersitatap dengannya.
"Kemana motor saya?"
"I—Itu Pak, motor Pak Arsyan hilang."
Mereka pulang terlambat bukan tanpa alasan. Seusai mengobati luka di rumah sakit, Aishla kembali ke tempat motornya berada. Namun, motor milik suaminya menghilang. Dia dan yang lainnya bertanya kesana-kemari dan terus mencari-cari sampai menjelang sore. Sayangnya, tak ada petunjuk apapun yang mereka dapatkan. Membuat Aishla pulang dengan kehampaan. Dia tidak memiliki uang untuk mengganti motornya yang hilang.
"Array, masuk ke kamar. Mandi, lalu makan. Papa mau bicara dengan dia!" Arsyan menunjuk Aishla yang semakin ketakutan. Gadis itu jua merasa bersalah. Untungnya, Arsyan tak mempermasalahkan tentang dirinya yang menjemput Arrayyan menggunakan motor.
"Iya, Pa." sahutnya menatap sekilas ke arah sang Bunda. Kemudian, beranjak menuju kamar.
"Mulai sekarang, kamu tidak boleh keluar rumah tanpa seizin saya, Aishla. Jika kamu melanggar, kamu akan saya kurung selamanya di rumah ini! Dan juga, berhenti memanggil saya 'Pak'. Mengerti!"
"I—Iya, Mas."
Arsyan menghela napas panjang. Lalu, bangkit dari duduknya. Malam nanti, dia memiliki janji menemui pelaku yang telah membahayakan istri dan anaknya. Arsyan sudah mengetahui, jika Alyana adalah orang menyuruh para preman itu. Ariel sudah mengatur jadwal pertemuan mereka di sebuah restoran ternama. Karena Alyana sangat suka kemewahan. Arsyan hanya ingin wanita itu setuju menemuinya, kemudian dia akan memberi peringatan. Tetapi, tidak semudah itu. Alyana memiliki banyak rencana untuk membuat Arsyan kembali ke dalam pelukannya.
"Mas, Arvan kemana?" tanya Aishla yang berhasil menghentikan langkah suaminya.
"Kenapa kamu tanyain Arvan?" ucapnya ketus.
"Nggak papa. Aishla cuma nanya aja kok. Katanya nanti malem Arvan mau kasih hadiah untuk Array."
Saat malam tiba, Arsyan tergesa-gesa keluar dari kamarnya. Sampai mengabaikan Aishla yang tengah menyiapkan makan malam. Gadis itu tak memiliki keberanian menegur suaminya yang terlihat begitu tampan dengan balutan kemeja berwarna putih. Sejenak, dia berpikir. Apakah, suaminya akan menemui seseorang? Lebih tepatnya seorang wanita? Tidak, itu tidak mungkin. Karena cinta Arsyan hanya diperuntukkan pada Alisya saja bukan?
"Sudahlah, terserah dia mau pergi kemana dan dengan siapa. Sekarang, lebih baik aku jemput Array." ucapnya seraya menarik sudut bibir membentuk senyuman manis.
Ponsel Arsyan berdering. Dia berdecak membaca pesan dari Alyana. Yang mengatakan jika dirinya sudah tiba. "Sial! Mengapa dia begitu antusias bertemu denganku, ya Tuhan!" pekik Arsyan sambil menyalakan mesin mobil. Dia harus segera tiba di restoran. Alyana sudah menunggunya sejak sepuluh menit yang lalu.
Jarak kediaman Arkatama dengan restoran tersebut tidak terlalu jauh. Hanya membutuhkan waktu sepuluh menit untuk sampai di sana. Seketika, perasaan Arsyan tak enak. Dia harap, rencananya akan berjalan dengan lancar. Bagaimanapun juga, dirinya tidak bisa bersikap kasar terhadap wanita. Semoga saja, rencana yang dia pilih bersama Ariel dapat memberinya sebuah bukti.
Setibanya di restoran, Arsyan merasa kebingungan dengan suasana yang begitu sepi. Hanya ada Alyana sebagai pengunjung restoran. Tanpa merasa curiga, Arsyan berjalan mendekat. Di malam ini, dia akan membuatnya mabuk hingga memberi pengakuan. Rencananya tidak cukup sulit. Karena Alyana sangat suka dengan minum-minuman.
"Kenapa kamu ingin bertemu denganku, Syan?" tanya Alyana lembut. Tak lupa, tangannya mulai bermain. Mengusap-usap lengan kekar mantan suaminya.
Arsyan berusaha berlakon dengan baik. Membuat Alyana percaya padanya, dan kemudian mengorek kebenaran yang terjadi saat wanita itu mabuk adalah tujuannya saat ini.
"Kau benar, Al. Aku tak bisa melupakanmu. Alisya sudah pergi, dan aku tak menyukai istriku itu." ucap Arsyan menatap lekat manik mata mantan istrinya.
"Jelas saja kau tak menyukai istrimu. Dia sama sekali tak bisa membuatmu bergairah!" Alyana tersenyum smirk. Satu tangannya yang berada di bawah meja, dia gunakan untuk mengelus paha pria di sebelahnya. Arsyan mulai merasa tidak nyaman, dan akhirnya memutuskan memesan minuman.
Tak lama, pelayan pun menyajikan minuman favorit Alyana dan dua buah gelas. Arsyan tersenyum dan menuangkan minuman tersebut ke dalam gelas. Kemudian, memberikan salah satunya kepada Alyana.
"Mari minum bersamaku, Al!" ajak Arsyan yang diangguki olehnya. Mereka saling bersulang dan meminum minuman tersebut.
Arsyan merasa ada yang tidak beres dengan minumannya. Dia merasa tubuhnya sangat panas. Senyuman yang terbit di wajah Alyana membuatnya tersadar jika wanita itu telah mencampurkan sesuatu ke dalam minuman mereka.
"Kau campurkan apa di dalam minuman ini, Al?!" bentak Arsyan yang sudah tidak tahan.
"Tanpa bertanya, kamu juga sudah tahu bukan? Jadi, ayo kita melakukannya! Aku juga merasa sangat panas!!"
"Wanita gila!"
Hasrat Arsyan semakin menjadi. Pakaian seksi yang digunakan Alyana sangat menggodanya. Apalagi, dengan situasi sepi. Seperti tidak ada orang selain mereka. Semua para pekerja restoran ini bagai hilang ditelan bumi. Alyana menyeringai. Dia mengangkat dress yang dikenakannya, lalu duduk di atas pangkuan Arsyan. Wanita itu juga sudah tidak bisa lagi membendung hasratnya. Dia merasa sangat panas, meski dengan pakaian seksinya. Perlahan, Alyana membuka kancing kemejanya satu per satu, membuat Arsyan menggeram. Dia tidak akan melakukan hal tersebut dengan mantan istrinya ini. Dia hanya akan melakukannya bersama wanita yang telah menjadi istri sahnya.
"Alyana!! Menyingkirlah!!" teriak Arsyan berusaha mengusir Alyana dari pangkuannya.
"Aarrkhh!! Jika kau malu melakukannya di sini, aku akan mengajakmu ke dalam ruangan restoran ini, Arsyan! Malam ini, aku akan memuaskan dirimu!!" pekik Alyana sambil melucuti pakaian yang dikenakannya.
Bruukkk
Arsyan menjatuhkan wanita itu begitu saja. Lalu, berlari keluar restoran. Dia sudah tidak tahan. Dengan kecepatan tinggi, dia mengendarai mobil. Berharap dapat segera tiba di rumah. Dia sangat membutuhkan Aishla saat ini. Hanya gadis itu yang dapat menolongnya.
Tiiiinnnn
Terburu-buru, supir yang berjaga di halaman rumah keluarga Arkatama segera membuka gerbang. Arsyan yang sudah tidak tahan, langsung keluar dari dalam mobil. Semua kancing kemejanya sudah terbuka. Dia bertelanjang dada. Membiarkan perut kotak-kotaknya terlihat dengan jelas.
"Aarrgghh!!"
"AISHLA!!" teriaknya berjalan cepat menuju kamar. Untungnya, Anatasya dan Arvan tidak ada di rumah. Mereka sedang berjalan-jalan keluar kota. Jika tidak, maka keduanya akan heboh dengan hal yang akan dilakukan Arsyan malam ini.
Tubuh Aishla tersentak kaget mendengar suara pintu yang terbanting. Kemunculan Arsyan yang tiba-tiba, membuatnya beringsut mundur. Pria itu melepas kemeja dan mendekati Aishla yang baru saja ingin bersiap tidur. Namun karena kehadirannya, Aishla tak jadi membaringkan tubuhnya di atas kasur empuk itu.
"Aku sudah tidak bisa menahannya!" pekiknya dibalas gelengan kepala oleh Aishla.
"Aishla belum siap, Mas!"
"Aku, aku akan melakukannya dengan lembut. Aku berjanji!"
Aishla memejamkan mata saat suaminya melepas jilbab yang dia kenakan, lalu beralih menurunkan resleting gamis di bagian depan tubuhnya. Dan menarik leher istrinya mendekat. Arsyan, pria itu mencium bibir istrinya dengan rakus.
"Mas! Mmpphhh!!"
Arsyan menghentikan ciumannya ketika sang istri mulai kehabisan napas. Pria itu terlihat sangat bergairah. Hasratnya semakin menjadi akibat efek obat yang dicampurkan ke dalam minumannya. Rencana Arsyan yang ingin menjebak, malah dirinya yang terjebak dalam rencana Alyana. Karena wanita itu, dia terpaksa menyentuh istri mungilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Suami Idaman
SpiritualAishla terpaksa menikah dengan duda beranak satu demi memenuhi permintaan sang majikan yang telah dianggapnya sebagai ibu. Aishla kira, dia akan diperlakukan dengan baik setelah menyelamatkan reputasi keluarga Arkatama. Namun, dugaannya salah. Justr...