35. Malam Ini

6.9K 249 17
                                    

Seorang wanita bergamis hitam tersenyum pada mereka yang menunggunya di ruang tengah. Malam ini, mereka berencana akan makan di luar sesuai keinginan sang ibu hamil. Abi yang melihat senyuman Aishla menjadi salah tingkah sendiri.

"Ummi udah siap?" tanya Abi dengan segurat senyum di wajahnya.

Arrayyan mendengkus kesal dan menatap Abi sinis. "Bunda bukan istri Om Abi, ya! Jadi, jangan seenaknya manggil Bunda dengan sebutan Ummi!!"

Abi mengedikkan bahunya tak acuh. Kemudian melenggang pergi meninggalkan dua anak laki-laki dan seorang wanita yang mengikutinya di belakang. Dia tidak peduli akan amukan, teguran, dan peringatan yang mereka layangkan agar tak memanggil Aishla dengan sebutan 'ummi'.

Senyuman miring terbit di wajah tampan duda abadi tersebut. Dia menjadi tak sabar menunjukkan pada semua orang, termasuk Arsyan, jika dirinya kini bersanding dengan Aishla. Di malam ini, mereka terlihat seperti sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis.

"Ummi jadi mau makan nasi padangnya?" tanya Abi menoleh ke arah wanita yang mengangguk kaku.

Arrayyan memutar bola matanya malas. Ia menarik tangan sang bunda menuju kursi belakang. Alfi yang tak mau kalah pun bergegas menyusul. Mereka duduk di sisi Aishla yang terkekeh. Sementara Abi memasang raut masam. Dia berdecak saat putranya itu lebih memilih duduk bersama Aishla daripada duduk di kursi samping kemudi.

"Alfi, pindah ke depan. Masa Papi sendiri. Berasa jadi supir ini, mah," gerundel Abi. "kalo nggak mau, mending Ummi aja, deh."

Tatapan tajam dari dua arah menyergap Abi tersenyum miring. "Kenapa? Nggak rela, ya?!" tanyanya seraya menaik-turunkan kedua alis.

"Sudahlah. Kalian ngeselin. Papi mau minta pak Agus untuk nyupir. Males banget dibabuin sama kalian berdua," seloroh Abi keluar dari kursi kemudi, lalu menghampiri supir pribadi yang sedang membukakan gerbang.

Selama perjalanan tak ada yang membuka suara. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Abi terhanyut memikirkan masalah pekerjaannya, sedangkan Aishla kembali teringat akan suaminya. Tak terasa mereka telah sampai di tempat tujuan. Alfi turun dari mobil dengan semangat, disusul oleh Arrayyan. Kedua anak itu langsung masuk ke dalam rumah makan padang dan duduk di kursi yang tersedia. Aishla sudah tak bisa lagi menyembunyikan senyum. Ia melirik ke arah Abi yang berdiri di sampingnya, kemudian mereka berjalan beriringan.

"Papi! Cepetan!! Kita udah kelaperan ini!!!" teriak Alfi tanpa tahu malu.

Arrayyan menatap sinis ke arah sahabatnya yang telah mengambil atensi semua pengunjung di sini. Ia membenci saat menjadi pusat perhatian dan Alfi malah dengan mudahnya membuat para pengunjung memandang ke arah mereka. Merasakan aura tak mengenakkan yang menguar dari arah samping, membuat Alfi menoleh ke arah Arrayyan yang memasang raut wajah datar.

"Hehehe... Peace!!" Alfi menunjukkan jari telunjuk dan tengahnya. Ia tercengir kuda. Menyadari kesalahan yang telah diperbuatnya hingga mengundang kemurkaan seorang Arrayyan.

"Malam ini kamu dilarang tidur bersama Bunda!" tandasnya membuat putra semata wayang duda abadi itu melotot. "Apa? Kamu mau protes?!"

Alfi menggeleng lemah. Ia akui jika dirinya dihadapkan dengan Arrayyan yang dilanda amarah, nyalinya akan menciut. Sorot mata yang tajam seolah dapat membekukan lawan bicaranya membuat Alfi tak bisa berkutik. Ia merutuki kebodohannya yang telah kelepasan berteriak hingga mengakibatkan tak bisa tidur bersama wanita tersayangnya.

"Array, jangan begitu. Aku tak bisa tidur kalo nggak dikelonin Bunda...," rengek Alfi berusaha membujuk.

"Apa peduliku?!" sarkas Arrayyan membuat Abi yang sejak tadi menonton bersama Aishla menyemburkan tawa. Pria itu sangat puas melihat ketidakberdayaan putranya yang menyebalkan.

(Bukan) Suami IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang