Semua anak-anak berhamburan keluar dari kelas masing-masing. Termasuk Arrayyan. Anak laki-laki itu berjalan gontai menuju gerbang sekolah. Mengabaikan pemandangan yang biasa dilihatnya. Di mana Ayah atau Ibu temannya akan menjemput anaknya pulang. Tidak seperti dirinya yang lebih sering dijemput oleh Pak Jamal.
"Mama Alisya!" teriaknya berlari menghampiri wanita yang berpenampilan persis dengan Alisya. Wanita itu berdiri membelakanginya.
Rasa rindu Arrayyan sudah tak tertahan lagi. Dia memeluk erat tubuh wanita tersebut dari belakang. Wanita yang selama ini telah memberi warna di hidupnya. Meskipun tahu, jika Papanya dan Alisya belum memiliki hubungan yang sah. Tetapi, dia akan tetap menganggapnya sebagai Mamanya.
"Array rindu, Mama!" ucapnya yang semakin mengeratkan pelukan.
"Array." Mendengar suara yang asing baginya, Arrayyan pun melepas pelukan. Dia menatap tajam wanita yang berbalik badan menghadapnya. Wanita itu bukanlah Alisya. Melainkan wanita yang mengikuti gaya penampilan Mamanya.
"Siapa kamu! Kenapa kamu berpenampilan seperti Mama Alisya!!" teriak Arrayyan dengan dada naik-turun. Dia sangat emosi. Merasa tertipu oleh wanita yang tersenyum smirk itu.
"Aku Alyana. Mama kandungmu, Ar." ucap Alyana seraya mengelus kepala putra kandungnya. Namun, segera ditepis kasar oleh Arrayyan.
Alyana meraih tangannya. Dia sudah bersusah payah mengikuti gaya penampilan dari musuh bebuyutannya demi menipu putranya sendiri. Sekarang, dia tidak mau kehilangan umpannya untuk mendapatkan Arsyan kembali.
"Ayo, ikut aku, Array!" pekiknya menyeret Arrayyan yang masih membeku di tempat.
"Lepas! Lepasin aku!" teriak Arrayyan menoleh ke kanan-kiri, berusaha mencari pertolongan. Tetapi, tidak ada siapapun. Semua orang sudah pulang ke rumahnya masing-masing. Dia telah mengambil keputusan yang salah dengan menunggu sekolah sepi dan meminta Pak Jamal menjemputnya satu jam kemudian dari jam pulangnya. Arrayyan menyesal. Dia tidak ingin pergi bersama wanita yang tak dikenalnya. Walaupun wanita itu mengaku sebagai ibu kandungnya.
"Yang nurut sama aku, Array! Aku ini ibu kandung kamu!" ucap Alyana kembali mengingatkan putranya.
"Nggak! Ibu kandung aku udah mati!"
Plak!
Tubuh Arrayyan membeku. Matanya berkaca-kaca. Wanita itu adalah orang pertama yang berani melakukan tindakan kasar padanya. Sejenak, dia tidak merasa bersalah ataupun menyesal karena mengatakan ibu kandungnya telah tiada. Alyana memang bukan sesosok ibu ataupun istri yang baik. Pantas saja, wanita itu meninggalkan mereka dan memilih pria yang lebih kaya dari Papanya.
Grep!
Seseorang mendekap tubuh mungilnya. Membuat dua anak sungai mengalir deras dari pelupuk matanya. Dia adalah Alisya yang baru saja tiba. Gadis itu menyaksikan langsung perlakuan kasar dari wanita yang kemarin-kemarin mengunjungi kediaman Arkatama. "Array yang tenang, ada Bunda di sini." bisiknya, kemudian melepas dekapan dan menyembunyikan Arrayyan di balik tubuhnya.
Alyana melipat kedua tangannya di depan dada. Dia mengangkat sebelah alisnya, merasakan kemarahan yang kentara di wajahnya. "Lo itu nggak pantes jadi ibu dari anak gue! Apalagi jadi istrinya, Arsyan!" ujarnya sambil mendorong bahu Aishla.
Plak!!
"Itu balasan karena kamu nampar anak aku, Mbak!" teriaknya hilang kendali. Entah mengapa, dia tidak bisa berpikir jernih setelah melihat putranya terluka. Ruam merah di pipi putranya, membuat amarahnya tersulut.
Aishla menggandeng tangannya dan berjalan meninggalkan Alyana yang memegangi pipinya. Dia membantu Arrayyan naik ke atas motor, kemudian menyalakan mesin motor. Selama perjalanan tidak ada pembicaraan sama sekali. Aishla yang biasanya berceloteh, kini terdiam. Merasa menyesal atas dirinya yang gagal mengontrol amarah. Tak seharusnya, dia menampar balik wanita tersebut. Namun, dia juga merasa bersalah karena datang terlambat hingga putranya mendapat tamparan dari wanita tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Suami Idaman
SpiritualAishla terpaksa menikah dengan duda beranak satu demi memenuhi permintaan sang majikan yang telah dianggapnya sebagai ibu. Aishla kira, dia akan diperlakukan dengan baik setelah menyelamatkan reputasi keluarga Arkatama. Namun, dugaannya salah. Justr...