28. Alisya Kembali

5.8K 256 17
                                    

Arvan tertawa keras. Dia merutuki kebodohannya kakaknya sendiri. "Nggak yakin gimana? Lo yang tanam benih di rahim kakak ipar gue, 'kan? Lo kenapa tiba-tiba goblok gini sih, Bang?!"

Tangan Arsyan terulur memijit pelipisnya. Dia mendesah mendengar celotehan sang adik yang tak berujung itu. Dia menahan kesabaran hingga suara benda terjatuh akibat tersenggol lengan Arvan berhasil membuat lelaki itu bungkam.

"Lihat ini," titahnya menunjukkan layar ponsel pada Arvan yang melotot.

Dia merebut ponsel dari tangannya, lalu mengamati satu per satu foto dan video yang memperlihatkan seorang wanita dan pria yang tampak mesra itu. Tak mungkin jika kakak iparnya yang terlihat alim bermain di belakang kakak laki-lakinya. Dia yakin, jika foto dan video itu hanya sebuah editan saja. Namun, wajah sang wanita itu mirip dengan Aishla. Pantas saja, Arsyan dilanda keraguan atas kehamilan istrinya.

"Nggak mungkin Kak Aishla selingkuh! Gue nggak percaya!"

Kedua mata Arsyan terpejam sesaat, lalu menatap dalam ke arah adik laki-lakinya. "Percaya nggak percaya, gue pernah nangkap basah lelaki itu mantau rumah gue, Van,"

Arvan mengacak rambutnya frustasi. Dia juga tidak bisa memaksa Arsyan untuk bersikap baik kepada Aishla karena rasa kecewa. Meski kebenarannya belum terungkap, tetap saja hati Arsyan terluka. Wanita yang telah membuatnya jatuh cinta, justru memberikan luka dengan penglihatannya.

"Gue bingung, Van. Kebersamaan kita terlalu singkat. Array menolak kehadiran calon adiknya. Anak itu takut kasih sayang yang udah lama diinginkan akan terbagi," seloroh Arsyan menatap lurus ke depan.

Tangisan putra kecilnya kembali terngiang. Dia kembali terbayang akan masa lalunya yang kelam. Putra kecilnya hidup dalam kondisi perekonomian yang sulit. Tak ada figur seorang ibu yang memberinya kasih sayang. Arrayyan tumbuh dalam kemandirian. Saat kehadiran Alisya, hidup anak itu sedikit berwarna. Karena Alisya tak bisa memberikan waktu penuh padanya. Mereka hanya akan bersama di akhir pekan. Berbeda dengan Aishla yang memberikan kasih sayang sepanjang waktu. Arrayyan khawatir jika semua yang didapatinya akan berakhir setelah kelahiran seorang malaikat kecil di keluarga mereka.

"Gue bakal kasih pengertian ke Kak Aishla dan lo harus segera cari kebenarannya," tutur Arvan sebelum angkat kaki dari ruangan sang kakak.

Hati Arvan terenyuh melihat seorang wanita yang duduk melamun menatap ke arah jendela. Wanita itu tampaknya tengah menantikan kepulangan seseorang. Arvan mengalihkan pandangan pada sepiring buah-buahan yang sudah dikupas dan dipotong itu. Perlahan, dia berjalan mendekatinya.

"Kak."

Lamunan Aishla membuyar. Dia menoleh ke belakang dan mendapati adik iparnya menyodorkan sepiring buah padanya. Senyuman tipis terbit di wajah pucat Aishla. Wanita itu mengambil sepotong buah apel dan memakannya.

"Kak, jangan terlalu mikirin Bang Arsyan. Saat ini, perusahaan sedang ada masalah. Arvan harap, Kak Aishla memaklumi sikap Bang Arsyan yang berubah jadi emosian." Arvan menundukkan kepala. Dia terpaksa berbohong agar hubungan keduanya tak semakin menjauh. "Kak Aishla habiskan buahnya. Arvan mau ke kamar dulu."

Dua anak sungai melolos dari pelupuk matanya. Dia merasa telah gagal menjadi seorang istri. Permasalahan serius yang dialami suaminya saja dirinya tidak mengetahui. Pikiran buruk yang selama ini menghantuinya seketika menghilang. Dia telah mengetahui masa lalu pahit Arsyan dengan mantan istrinya. Dia menduga jika Arsyan merasa trauma.

"Maafin Aishla, Mas," ucapnya seraya menyeka air mata.

Keputusan Aishla telah bulat. Setelah mencuci wajah dan berganti pakaian, dia melangkah keluar rumah tanpa berpamitan pada ibu mertuanya yang tengah bertelepon di dalam kamar. Aishla menghentikan taksi dan memberitahukan alamat tujuannya pada sang supir. Namun, perjalanannya tak selancar yang diharapkan.

(Bukan) Suami IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang