"Array... Ayo bangun, Sayang... Bunda udah masak loh..." ucap Aishla sambil menggoyangkan tubuh putranya.
"Pergi kamu! Array mau bangun siang!!" usirnya tanpa membuka mata lebih dulu. Arrayyan terbiasa bangun siang di hari minggu. Tetapi, tidak dengan Arsyan yang justru bangun pagi-pagi untuk mengurusi segala urusan bisnisnya. Pria itu jarang meluangkan hari libur untuk putranya. Membuat Arrayyan sering merasa kesepian. Namun, anak laki-laki tersebut tak pernah menuntut apapun dari Papanya. Karena dia cukup kehilangan sesosok ibu di dalam hidupnya. Arrayyan tak pernah tahu tentang Alyana—Ibu kandungnya. Karena wanita itu tak mau mengakui Arrayyan. Alyana hanya mengincar harta kekayaan keluarga Arkatama.
"Ya sudah. Kalau begitu, cokelatnya nggak jadi Bunda belikan ya?" tutur Aishla yang tak berniat mengancam. Dia hanya ingin Arrayyan membiasakan bangun pagi. Kemudian, setelah itu dia akan sedikit demi sedikit mendekatkannya kepada Allah. Karena di rumah ini, hanya mereka berdua yang jarang melakukan salat.
Arrayyan membuka matanya lebar-lebar. Dia mendecak sebal, dan berjalan menuju kamar mandi. Aishla tersenyum penuh kemenangan. Lalu, menyiapkan pakaian ganti untuk putranya. "Array! Bunda sudah siapkan pakaiannya ya!! Array jangan lama-lama mandinya!" teriak Aishla membuat putranya memutar bola mata jengah.
"Berisik!!!" Aishla terkikik mendengar teriakan putranya dari dalam kamar mandi. Setelah itu, beranjak ke dalam kamarnya sendiri. Menemui Arsyan yang tengah berkutat dengan laptop di sofa. Dia juga akan mengajaknya untuk makan. Mendengar suara pintu terbuka, membuat Arsyan segera mengalihkan pandangannya.
"Pak Arsyan, Aishla sudah masak. Ayo kita sarapan bersama." ajak Aishla tanpa menatap suaminya.
Mendengar suara dering ponsel, membuat Aishla mendongak. Gadis itu tersenyum kecut melihat Arsyan yang mengangkat telepon sambil menumpukkan berkas-berkas menjadi satu. Rasa ingin membantu terpaksa dia urung, ketika Arsyan melewatinya begitu saja. Arsyan belum menjawab ajakan istrinya. Pria tersebut lebih memilih untuk menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda karena mencari keberadaan Alisya.
"Ma! Arsyan pergi dulu!!" teriaknya berpamitan pada Anatasya yang masih berada di dalam kamar. Arsyan sama sekali tak menganggap keberadaan gadis yang sudah menyiapkan sarapan untuk mereka semua.
"Apa Pak Arsyan sesibuk itu?" lirih Aishla sedikit merasa sedih.
Tak mau terlarut dalam perasaannya, Aishla pun beranjak menuju ruang makan. Dia akan menunggu ibu mertua dan putranya. Sekalian meminta izin pada Anatasya tentang janjinya yang akan membelikan Arrayyan cokelat. Aishla tak mempedulikan kemarahan suaminya. Dia hanya ingin mengabulkan keinginan Arrayyan dengan harapan, jika hal tersebut dapat membuat hubungan mereka menjadi lebih dekat lagi.
"Maa syaa Allah... Anak Bunda ganteng banget sih?!" pekik Aishla menatap berbinar ke arah putranya yang berjalan menuruni undakan tangga. Arrayyan tak menyahut. Anak laki-laki itu langsung mendudukkan pantatnya di kursi tanpa berkata apa-apa. Moodnya cukup hancur, karena dibangunkan pagi-pagi oleh gadis tersebut.
Seorang wanita paruh baya mengulum senyum melihat menantu dan cucunya yang diduga tengah menunggu dirinya untuk sarapan bersama. Anatasya merasa yakin, jika Aishla mampu menjadi sesosok ibu yang didambakan oleh Arrayyan. Hanya saja, Aishla harus bersabar lebih dulu untuk menaklukkan hati putranya, dan juga hati suaminya. Sejak awal pertemuan pertama, Anatasya sudah jatuh hati pada gadis berhijab itu. Dia selalu memanjatkan do'a agar Aishla bisa menjadi menantunya, dan Tuhan mengabulkan dengan peristiwa hilangnya pengantin wanita tepat di hari pernikahan putranya.
"Selamat pagi..." sapa Anatasya yang kemudian mengecup pipi mereka bergantian.
Array mengembuskan napas gusar. Kemudian beranjak meninggalkan wanita berbeda usia itu. Anatasya yang sudah terbiasa akan sikap cucunya, kembali melanjutkan kegiatan sarapan. Berbeda dengan Aishla yang justru berlari menyusul. Gadis tersebut ikut duduk di teras rumah, tepat disebelahnya. Merasa tak nyaman akan keberadaannya, Arrayyan pun menggeser pantatnya menjauhi Aishla yang mengerucutkan bibir.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Suami Idaman
SpiritualAishla terpaksa menikah dengan duda beranak satu demi memenuhi permintaan sang majikan yang telah dianggapnya sebagai ibu. Aishla kira, dia akan diperlakukan dengan baik setelah menyelamatkan reputasi keluarga Arkatama. Namun, dugaannya salah. Justr...