04. Menyelamatkan Reputasi

5.8K 252 1
                                    

Seorang gadis memandang sebuah undangan yang baru saja didapatkan. Besok adalah pernikahan anak dari majikannya. Sebenarnya, dia tak berniat untuk hadir. Selain merasa tak pantas menghadiri pernikahan mewah itu, dia juga malas datang ke pernikahan duda mesum sepertinya. Berbeda dengan Salwa yang begitu antusias. Gadis itu bahkan sampai membeli pakaian baru hanya untuk hadir di pernikahan tersebut. Sejenak, Aishla juga tersadar, jika dirinya tak punya pakaian yang bagus untuk dikenakan saat menghadirinya. Secara, Arsyan adalah seorang pengusaha sukses yang di mana pasti mengundang seluruh rekan kerja yang pasti berasal dari kalangan atas. Tidak sepertinya, yang berasal dari kalangan bawah. Jika bukan karena paksaan teman-temannya yang lain, Aishla tak akan mau datang ke sana.

"Baju mana yang harus aku pake?" gumamnya sambil melihat-lihat semua pakaian yang ada di dalam lemari.

Aishla mengembuskan napas gusarnya. Ia memutuskan untuk memakai gamis berwarna navy. Karena gamis itu masih cukup bagus dan jarang ia kenakan. Setelah itu, ia merebahkan tubuhnya di atas kasur. Hari ini semua karyawan di liburkan. Membuatnya bisa beristirahat sejenak. Meski pikirannya selalu tertuju pada pernikahan sang duda. Entah mengapa, hatinya menjadi tidak tenang. Padahal, yang akan menikah adalah Arsyan dan Alisya.

Keesokan harinya, Aishla pergi seorang diri. Ia sengaja datang sedikit siang, agar tidak menjadi pusat perhatian nantinya. Karena ia yakin, di pernikahan itu pasti para tamu banyak yang mengenakan dress-dress cantik. Bukan sepertinya yang memakai gamis syar'i.

"Bismillah..." ucap Aishla melanjutkan perjalanannya memasuki area gedung. Dia menggeleng-gelengkan kepala melihat banyak mobil yang berjejer rapi. Setelah memarkirkan motor, dia lebih dulu bercermin untuk membenarkan bentuk jilbab yang dikenakan. Tiba-tiba, kedua pergelangan tangannya dipegang erat oleh seseorang. Aishla tersentak. Dadanya bergemuruh kencang. Dia langsung menoleh dan mendapati dua orang pria bertubuh kekar yang menatapnya tajam. Pikiran Aishla sudah melayang-layang entah kemana. Dia takut, jika dua pria itu akan melakukan hal-hal buruk padanya.

"LEPASKAN AKU!!" teriak Aishla meronta. Namun tak diindahkan oleh mereka yang menyeretnya menuju samping gedung. Aishla menengok ke kanan dan kiri. Berharap dapat menemukan seseorang yang bisa membantunya. Sayangnya, tak ada siapapun, kecuali mereka bertiga. Aishla terisak. Dia didorong kasar ke dalam sebuah ruangan. Kemudian, dua pria itu menutup rapat-rapat pintu berwarna hitam membuat Aishla kalut. Dia terus menggedor-gedor pintu tersebut. Air matanya sudah mengalir deras. Dia ketakutan. Seharusnya, dari awal dirinya menerima tawaran untuk berangkat bersama-sama. Bukannya memisahkan diri hingga terculik seperti ini.

Dor dor dor

"TOLONG, BUKAKAN PINTUNYA!!!"

"APA SALAH AKU, SAMPAI KALIAN KURUNG AKU DI SINI!!!!"

"TOLOOONGGG!!!"

"Hikss... Ya Allah... Tolong Aishla..."

TubuhAishla meluruh. Dia memeluk kedua lututnya dan bersandar pada dinding di sebelah pintu. Dia masih tak mengerti, mengapa dua pria itu mengurungnya di ruangan ini. Seharusnya, penjagaan di gedung resepsi pernikahan Arsyan terjamin keamanannya. Bukan malah terjadi penculikan seperti ini.

"Hiksss... Ya Allah, kenapa Aishla diculik? Apa salah Aishla?" ucapnya melirih.

Salah satu pria yang menculik Aishla, melangkah menuju ruangan yang tak jauh dari tempat di mana gadis itu dikurung. Sesuai permintaan sang Nyonya, mereka telah mendapatkan gadis berhijab dan mengurungnya di ruang ganti. Acara akad nikah akan segera dimulai, namun mempelai wanita tak kunjung datang. Membuat Arsyan kelabakan. Apalagi setelah diberi kabar bahwa Alisya hilang, membuat pria itu tak bisa berpikir jernih. Jika bukan karena Anatasya yang memenangkannya, mungkin Arsyan sudah pergi sejak tadi.

"Nyonya, gadis itu sudah berada di ruang ganti." lapornya pada Anatasya yang langsung bergegas menuju ruangan tersebut. Disusul oleh Arsyan dan putranya.

Ngiiitt...

Pintu terbuka, membuat Aishla mendongak dan refleks memeluk tubuh Anatasya. Ia ketakutan dan menangis dalam pelukan wanita yang terus mengelus kepalanya yang terbalut jilbab.

"Ibu tolongin Aishla..."

"Shhhttt, Aishla yang tenang. Nggak ada orang yang bakal macem-macem sama Aishla." Aishla mengangguk. Tubuhnya menegang saat netranya tak sengaja melihat sesosok pria berjas yang bergandengan dengan anak laki-laki. Aishla duga, jika anak laki-laki itu adalah putra Arsyan Ayandra Arkatama.

Arsyan menggiring putranya masuk, kemudian menutup pintu. Aishla bersembunyi di balik tubuh Anatasya. Ia bisa merasakan jika sesuatu telah terjadi pada mereka. Hingga raut kecemasan begitu kentara di wajah Arsyan dan ibunya.

"Ibu mau aku menikah dengan gadis seperti dia?!" bentak Arsyan membuat seorang gadis tersentak kaget. Mata Aishla membulat. Gadis itu memberanikan diri menatap Arsyan yang mengepalkan tangannya erat-erat.

"Ma-Maksudnya?"

Anatasya menggiring Aishla untuk duduk. Dia memegang erat tangan mungil Aishla. Harapan satu-satunya adalah Aishla. Hanya dia yang bisa menyelamatkan keluarga Arkatama dari aib besar jika pernikahan ini gagal.

"Ibu mohon, Aishla mau ya menikah dengan Arsyan. Alisya tiba-tiba hilang dan nggak bisa dihubungi. Semua tamu sudah berkumpul. Kita nggak mungkin batalin pernikahan ini begitu saja, La! Ibu mohon, Aishla setuju untuk menikah dengan Arsyan. Cuma Aishla harapan Ibu satu-satunya..." pintanya menahan isak tangis.

Aishla menundukkan kepala sedalam-dalamnya. Hatinya berdenyut sakit mendengar isakan tangis sang majikan. Setelah sepeninggal Ibunya, Aishla benar-benar telah menganggap bahwa Anatasya adalah Ibunya juga. Selain sifat penyayangnya, Anatasya juga sangat pengertian. Membuatnya tak tega jika harus menolak permintaannya. Namun, bagi Aishla pernikahan hanya sekali seumur hidup. Ia tak berkeinginan menikah dengan seorang duda, apalagi dengan tanpa cinta. Aishla masih bisa merasakan, jika Arsyan sangat mencintai wanita itu.

"Aishla nggak bisa, Bu." tolaknya yang tak mau merebut sang duda dari calon istrinya.

"Ibu mohon, nak..." tutur Anatasya terjeda. Dia hanya menginginkan Aishla menjadi menantunya. Dia akan terus membujuk sampai gadis itu bersedia. Tak peduli dengan putranya yang jelas menentang keputusannya. Karena saat ini, menyelamatkan reputasi keluarga Arkatama itu yang utama. "Apa Aishla tega keluarga Ibu jadi bahan cemoohan orang-orang karena gagalnya pernikahan ini?" lanjutnya membuat Aishla bergeming.

"Ibu nggak sanggup untuk menahan malu jika, jika pernikahan ini benar-benar gagal, La..."

"Oke. Aishla setuju." tukas Aishla membuat semua pandangan tertuju padanya. "Tapi, Aishla hanya ingin menikah sekali dalam seumur hidup."

"Iya nak, Ibu paham. Ibu sangat berterimakasih padamu, nak..." Anatasya memeluk erat tubuh gadis yang sebentar lagi akan menjadi menantunya. Bahagia? Tentu saja. Aishla adalah sesosok mantu idaman. Dia harap, hadirnya Aishla dalam kehidupan Arsyan mampu membuat pria itu kembali dekat dengan Allah.

Arsyan menatap lekat-lekat manik mata cokelatnya. Dia tak menyangka, jika semudah itu membujuk gadis yang baru pertama kali bertemunya. Sejenak, dia merasa yakin jika gadis itu memiliki niat buruk dibaliknya. Secara, Aishla adalah seorang gadis yang berasal dari kalangan bawah. Pasti dia ingin menguasai semua hartanya. Karena semua wanita itu sama, yang mencintai harta. Kecuali Alisya yang sangat tulus pada dirinya dan putranya.

Alisya, kemana kekasihnya pergi? Arsyan merasa tak terima jika Aishla-lah yang menggantikan posisi calon istrinya. Seharusnya, Anatasya membiarkannya pergi mencari keberadaan Alisya. Baru setelah itu mereka akan melangsungkan pernikahan. Namun, wanita itu terus mendesak jika dirinya harus mencari gadis lain. Hingga mengusulkan Aishla yang akan menikah dengannya. Arsyan tak menyukai gadis berjilbab tersebut. Apalagi dengan pakaiannya yang serba panjang hingga menutupi setiap lekuk tubuhnya.

"Sebutkan namamu dan nama orangtuamu!!" titah Arsyan dengan amarah yang tertahan.



(Bukan) Suami IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang