Aishla menatap takut ke arah suaminya yang terus berdiri sambil bersandar di daun pintu. Mereka sudah kembali sejak satu jam yang lalu, dan Arsyan sama sekali enggan meninggalkannya. Sejenak, dia teringat kejadian di rumah sakit di mana Arsyan menolak dokter lelaki yang akan mengobati istrinya. Saat itu, rasanya Aishla ingin tersenyum di tengah rasa sakitnya. Namun, dia tahan karena tak mau membuat amarah suaminya semakin memuncak.
"Aishla laper," ucapnya membuka suara. Membuat Arsyan langsung berjalan keluar kamar. Pria itu berteriak meminta Bi Jumi untuk menyiapkan makanan. Lalu, dia kembali dan tak sengaja bersitatap dengannya. Sontak, Aishla pun langsung memalingkan wajah ke arah lain. Dia tak bisa lama-lama bertatapan dengan suaminya itu.
"Karena kamu, pekerjaan kantor saya jadi tidak kunjung selesai." tutur Arsyan merasa kesal atas insiden tersebut. Dia mendudukkan diri di sofa, lalu melanjutkan pekerjaan kantornya yang tertunda. Aishla hanya bisa menundukkan kepala sedalam-dalamnya. Gadis itu merasa bersalah karena ketidakhati-hatiannya, dia menjadi celaka seperti sekarang.
"Maaf," cicitnya.
"Tetap berada di kamar. Saya tidak ingin direpotkan jika luka kamu bertambah parah nantinya!!"
Aishla mengangguk pelan. Dia akan menuruti suaminya. Tak lama, Bi Jumi datang dengan membawa nampan berisikan sepiring nasi dan segelas air. Aishla yang memang lapar pun langsung memakannya. Sampai-sampai tak menyadari, jika Arsyan sudah mengangkat kaki dari kamar.
"Bi, temenin Aishla di kamar ya? Aishla nggak boleh keluar-keluar," pintanya pada Bi Jumi yang disuruh untuk menunggu Nyonya muda Arkatama yang tengah menikmati makanannya itu.
"Nggak bisa, Nyonya. Bibi harus selesein pekerjaan dapur dulu, kalo nggak, bisa-bisa dimarahi Tuan Arsyan." sahut Bi Jumi yang sangat mengenali sesosok Arsyan, pria yang menyukai kerapihan dan kebersihan.
"Ya udah deh. Aishla lanjut makan dulu ya, Bi?"
Bi Jumi mengangguk, kemudian berpamitan untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Meninggalkan Aishla yang melanjutkan kegiatan makannya sendirian. Setelah selesai, Aishla hanya bisa duduk bersandar di kepala ranjang. Dia tak yakin, bisa berjalan dengan luka yang masih basah itu. Lama-kelamaan, rasa kantuk mendatanginya. Aishla menguap panjang dan perlahan menutup mata.
******
Hampir seminggu, Aishla terkurung dalam kamar. Hanya Anatasya dan Bi Jumi yang mengunjunginya. Sedangkan Arsyan, pria tersebut tengah berada di luar kota. Membuat Aishla bisa leluasa melakukan apapun. Kondisi kakinya sudah jauh lebih membaik, bahkan ia sudah bisa berjalan. Gadis itu berniat untuk membelikan cokelat, seperti janjinya minggu lalu. Jujur saja, Aishla merasa bersalah kepada putranya. Selama ini, Arrayyan tak pernah sekalipun muncul dihadapannya dan selalu mengurung diri di dalam kamar. Setiap kali Aishla mengetuk pintu, Arrayyan akan langsung berpura-pura tidur. Aishla yang tak ingin menganggu tidur putranya pun, akhirnya mengangkat kaki dari sana.
"Bi, Aishla mau ke minimarket depan ya? Sebentar aja, kok. Terus, Aishla juga mau jalan kaki. Jadi, nggak usah suruh Pak Jamal untuk antar Aishla lagi ya!" pamit Aishla bergegas pergi keluar rumah. Dia ingin memberikan kejutan pada putranya yang masih berada di sekolah. Sekitar satu jam lagi, Arrayyan akan pulang dan Aishla harus sudah berada di rumah. Setelah berjalan kaki selama dua puluh menit, Aishla pun sampai di minimarket. Dia tak menyadari, jika ada seseorang yang mengikutinya dari belakang.
Dengan senyum sumringah, Aishla mengambil beberapa buah cokelat dan berbagai camilan. Selain itu, dia juga membeli mie instan, karena di kediaman Arkatama sama sekali tak tersedia. Aishla tak mengetahui, jika Arsyan melarang keluarganya untuk mengonsumsi makanan tersebut. Namun, Aishla yang dulunya hidup seorang diri sudah menjadikan mie instan sebagai bagian dari hidup. Setiap kali uang yang dimilikinya menipis, Aishla akan memakan mie instan selama berturut-turut. Sampai akhirnya, dia mendapatkan uang gajian dan kembali menyetok persediaan makanan. Mengingat kesusahan hidupnya, membuat Aishla tersenyum samar. Dibalik pernikahan yang tak diharapkan, ada sebuah hikmah yang didapatinya. Tanpa perlu bersusah payah mencari pundi-pundi rupiah, kini Aishla bisa menikmati segalanya. Meski, kehadirannya masih belum diterima oleh Arsyan dan Arrayyan.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Suami Idaman
SpiritualAishla terpaksa menikah dengan duda beranak satu demi memenuhi permintaan sang majikan yang telah dianggapnya sebagai ibu. Aishla kira, dia akan diperlakukan dengan baik setelah menyelamatkan reputasi keluarga Arkatama. Namun, dugaannya salah. Justr...