09. Emosi

6.4K 300 11
                                    

Aura mencekam muncul disekitar tubuh Arsyan, membuat gadis disebelahnya langsung tersadar akan apa yang dilakukannya. Aishla segera menjauhkan diri, namun tangan kekar Arsyan justru menarik pinggangnya. Hingga membuat tubuh mereka berdekatan. Aishla melotot. Dia berusaha melepaskan diri. Sayangnya sebuah tatapan menuntutnya untuk diam. Arsyan hanya berlakon. Pria itu ingin menunjukkan kepada orang-orang, jika dirinya tidak menyia-nyiakan gadis yang telah menyelamatkan reputasi keluarga Arkatama. Tetapi, yang terjadi malah sebaliknya. Arsyan selalu bersikap tak acuh pada Aishla yang berpikir bila dirinya akan diperlakukan baik olehnya. Itu adalah kesalahan besar yang diharapkan Aishla. Gadis  tersebut terlalu berpikiran sempit yang menganggap bahwa dirinya telah berjasa menyelamatkan reputasi keluarga majikannya, dia akan diperlakukan layaknya seorang istri yang dicintai.

"Beraktinglah dengan baik. Jika tidak, saya akan meninggalkan kamu sendiri di sini dan menjadi santapan pria hidung belang seperti mereka." bisik Arsyan membuat istrinya ketakutan.

"Ja-Jangan tinggalin Aishla. Aishla takut..." cicitnya yang semakn merapatkan tubuh pada Arsyan yang diam-diam menahan tawa.

Seketika, Arsyan termenung. Dia seperti berada di dalam diri lain ketika bersama gadis berjilbab itu. Dia  bukanlah tipe pria yang senang menjahili seseorang seperti yang dilakukannya tadi. Setelah menguasai diri, Arsyan menyuruh istrinya berjalan dibelakangnya. Dengan tangan yang bergandengan. Mata Aishla terus tertuju pada tangan mereka. Seumur hidupnya, dia baru pertama kali bergandengan dengan lawan jenis yang berstatus sebagai suaminya. Tanpa sadar, bibir Aishla berkedut menahan senyum.

Mereka naik ke atas pelaminan. Aishla hanya mengikuti Arsyan. Dia tersenyum pada mempelai wanita dan bersalaman. Tetapi tidak dengan mempelai pria. Aishla justru menangkupkan kedua tangan di depan dada tanpa menatapnya sama sekali. Membuat Arsyan mengerutkan kening. Apakah, Aishla begitu menjaga dirinya untuk tidak bersentuhan dengan lelaki? Itulah yang terbersit di benak Arsyan.

"Langsung pulang." ucapnya seraya menarik tangan Aishla.

"Tapi, Aishla laper. Makan prasmanan dulu ya, Mas?!" sahut Aishla memohon. Dia hanya menuruti perintah Arsyan yang menyuruhnya untuk berakting dengan baik.

"Nggak."

Arsyan merasa seperti ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan di dalam perutnya. Dia masih tidak percaya, jika Aishla memanggilnya dengan sebutan 'Mas'. Karena mantan istri dan mantan kekasihnya, tak pernah memanggilnya dengan sebutan itu.

"Kamu tunggu di sini." ucap Arsyan meninggalkan istrinya di salah satu meja. Dia menghampiri rekan bisnis sang Mama untuk berpamitan pulang. Dia merasa jengah berada di gedung resepsi ini. Karena semua mata terus tertuju pada Aishla. Dan entah mengapa, dirinya merasa tak suka.

Aishla mengibrit menyusul suaminya, ketika seorang pria berjalan menghampirinya. Karena merasa takut, dia langsung memeluk lengan Arsyan dengan tatapan ke arah belakang. Aishla menatap pria tersebut yang ternyata tengah menatapnya juga. Tersadar akan tatapan lapar dari pria yang suka bermain wanita, Arsyan pun langsung merangkul bahu istrinya.

"Sepertinya, istri saya tidak nyaman berada di sini. Kalau begitu, saya pamit Pak Diego. Permisi."

Diego tersenyum tipis. "Iya. Jaga istrimu baik-baik, Syan!"

Sepanjang perjalanan pulang, Aishla terus menekuk wajahnya. Dia takut setengah mati saat ditinggal sendiri oleh Arsyan. Hingga membuat dirinya dihampiri oleh pria tersebut. Selain itu, perutnya juga terasa lapar. Sejak siang Aishla belum memakan apapun. Dia kira mereka akan makan di resepsi pernikahan itu. Tetapi kenyataannya tidak.

Pluk

Sekotak tisu mendarat di atas paha Aishla. Siapa lagi, jika bukan Arsyan pelakunya? Pria itu masih fokus menyetir. Aishla yang tidak paham pun hanya membolak-balikkan sekotak tisu yang sudah berada di tangannya.

(Bukan) Suami IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang