34. Abi-Ummi

6.5K 229 11
                                    

Seorang pria mendongakkan kepala saat mendengar pintu ruangannya terbuka. Ia segera menutup laptopnya dan menghampiri sang adik laki-laki. Mereka duduk di sofa ruangan ini. Hati yang selama ini gelisah semakin bertambah ketiga Arvan memberikan sebuah video di mana seorang wanita terluka di bagian lengannya karena ditusuk dengan pisau tajam.

"Gue dan Alisya udah ngumpulin semua bukti kejahatan Alyana. Dan itu, kejahatan terakhir yang dilakuin sama mantan istri lo, Bang. Lo tau 'kan siapa korbannya?" jelas Arvan menatap intens ke arah kakak laki-lakinya.

"Aishla," gumam Arsyan.

Dua anak sungai melolos begitu saja dari pelupuk mata pria yang merasa bersalah sekaligus menyesal. Dia lebih memilih menemui sang mantan kekasih daripada menemani istrinya. Sangat wajar, jika Aishla merasa kecewa dan pergi tanpa pamit. Namun, dia tak menyangka jika Aishla akan celaka di tangan mantan istrinya.

"Gue udah cek ke rumah sakit terdekat kejadian sama sekitar, tapi nggak ada. Sorry, gue cuma bisa bantu sampe di sini, Bang. Gue pamit kencan sama mantan calon istri, lo." Arvan menepuk pundak sang kakak, kemudian beranjak meninggalkan ruangan ini. Dia terkekeh melihat raut wajah frustasi pria tersebut.

Di lobi kantor, seorang wanita mengulum senyum menyambut kedatangan sang kekasih. Dia memejamkan mata sesaat ketika Arvan mengusak rambut hitam panjangnya. Lalu dia pun memeluk erat lengan kekar lelaki yang dulu menjadi calon adik ipar.

"Gimana reaksinya?" tanya Alisya sedikit penasaran.

"Sesuai prediksi," jawab Arvan tersenyum lebar.

Sedikit memberi pelajaran kepada pria yang menyia-nyiakan kakak iparnya tak masalah, bukan? Arvan hanya ingin membuat Arsyan tersadar, betapa berharganya seorang Aishla. Wanita yang rela berkorban demi menyelamatkan reputasi keluarga mereka. Wanita yang seharusnya menjadi tamu undangan kala itu, justru menjadi pengantin wanita dadakan.

"Kamu beneran kasih video cctv yang udah diedit itu 'kan, Yang?" Alisya tahu betul sosok yang menyelamatkan calon kakak iparnya. Karena dia dan Arvan yang selama ini berusaha mencari titik terang keberadaan Aishla. Namun, Arvan memiliki rencana untuk memberikan video yang sudah diedit. Lelaki itu menghapus sebagian video yang akan ditunjukkan kepada sang kakak. Mereka telah sepakat membantu Aishla bersembunyi di kediaman Abi, si duda tampan bergelimang harta yang tak kunjung mendapat belahan jiwa.

"Iya. Biarin bang Arsyan sendiri yang nemuin kak Aishla. Misi kita menguak kejahatan Alyana udah selesai," jawab Arvan. "Yang, jadi kencan 'kan kita?"

Alisya tersenyum malu-malu. Dia memukul pelan lengan sang kekasih. Arsyan dan Arvan memang sangat berbeda. Saat menjalin hubungan asmara dengan Arsyan, Alisya jauh lebih aktif dengan mengawali pembicaraan. Karena Arsyan cenderung pendiam jika tidak sedang bucin. Sementara Arvan sangat cerewet melebihi dirinya. Akan tetapi, hal itu bukanlah masalah. Sebab Arvan selalu pandai mencairkan suasana.

"Kamu udah janji, loh. Capek tau, selama sebulan kita jadi detektif amatiran. Seharusnya, tadi itu aku minta imbalan ke bang Arsyan. Lumayan 'kan, kalo di kasih tiket liburan ke luar negeri," cetusnya sambil tertawa kecil.

"Iya bener, Yang. Mana aku nganggur. Kamu juga jarang kerja. Sekalian minta gaji aja, deh. Jangan cuma tiket liburan doang," timpal Alisya ikut melepas tawa.

Tak terasa, mereka tiba di kediaman Arkatama. Arvan membukakan pintu mobil untuk sang kekasih, kemudian mereka saling bergandengan memasuki rumah. Suasana sepi tanpa ada kegaduhan yang biasa dilakukan oleh Arrayyan membuat sejoli itu keheranan.

"Bi, Array udah pulang?" tanya Arvan pada sang asisten rumah tangga yang hendak melewati keduanya.

"Sudah, Tuan. Tapi aden Array pergi lagi. Katanya mau nginep di rumah aden Alfi," jawab bi Jumi membuat mereka saling memandang.

***

Seorang anak laki-laki memberikan sebuah tas ransel besar yang diseretnya dari teras hingga ke dalam rumah. Dia menolak bantuan dari sang supir sebab tak mau jika ada orang lain tahu mengenai keberadaan Aishla di sini.

"Array sudah izin?" tanya Aishla lembut. Wanita itu menuntun sang putra menuju ruang keluarga. Di mana ada Alfi yang tengah video call dengan sang papi. "izin sama siapa?" tanyanya lagi.

"Bibi," jawab Arrayyan singkat.

Aishla mengangguk pelan. "Bunda bawa tas Array ke kamar Alfi, ya."

"Bunda di sini aja. Array masih kangen," ungkapnya memasang raut wajah memelas.

Alfi mencibir. Untuk kali pertama, dia menyaksikan kemanjaan seorang Arrayyan. Tuan kecil keluarga Arkatama yang dikenal dingin dan tak acuh. Alfi tiba-tiba tertawa mengingat kegalauan sang sahabat saat bundanya menghilang. Arrayyan persis seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Tidak memiliki arah dan tujuan hidup.

"Alfi kenapa?" tanya Aishla mengerutkan kening melihat putranya yang lain begitu asyik tertawa seorang diri.

"Bunda kayaknya kalo liat muka Array yang nelangsa bakal ngakak banget, deh. Alfi aja baru berani ketawa sekarang, hahaa..." Alfi berguling-guling di karpet berbulu sembari memegangi perutnya yang terasa sakit. Sementara yang ditertawakan menampilkan wajah cemberutnya.

"Kayak orang abis putus cinta tau, Bunda!" imbuh Alfi masih dengan tawa yang menggema ke seluruh ruangan di rumah ini.

"Emang kamu tau, orang putus cinta kayak gimana?" tanya Arrayyan menatap sahabatnya sinis.

Alfi mengangguk-anggukan kepalanya. Dia mengubah posisi menjadi duduk. Lalu menatap lurus ke depan. Kembali mengingat kejadian beberapa bulan lalu. Kejadian yang membuatnya terus mengejek sang papi.

"Tau. Dulu, papi pernah galau gara-gara gebetannya nikah duluan sama orang lain. Terus setiap hari papi selalu uring-uringan. Telinga Alfi sampe sakit tau, Bunda. Mana papi sok-sokan mogok makan sama mogok kerja. Alfi masih inget muka papi pas dimarahin grandpa dan grandma." Alfi kembali melepas tawa. Tanpa tahu orang yang ditertawakan tengah bersedekap dada di belakangnya.

Arrayyan tersenyum jahil. Dia yang semula berbaring di sofa dan menjadikan paha sang bunda sebagai bantalan kepala, segera bangkit. Dia duduk di depan Alfi. Menampilkan raut penasaran akan kelanjutan cerita mengenai papi Abi.

"Habis itu gimana?"

"Muka papi merah banget, Ar. Grandma ngomel sampe seharian. Terus besoknya, papi mulai dikenalin sama perempuan-perempuan pilihan grandma untuk dijadiin istri. Tapi ditolak semua sama papi. Mungkin, udah takdir papi Abi jadi duda abadi apa, ya?" Jari telunjuk putra semata wayang duda abadi alias Abi mengetuk-ngetuk dagu. Dia berpikir tentang sang papi yang sampai kini belum menemukan wanita yang cocok untuk menjadi ibunya.

Sementara Abi yang sedang dibicarakan oleh sang putra sudah tak bisa lagi menahan kesal. Pria itu tak terima dikatai sebagai duda abadi. "HEH! ENAK AJA KAMU NGATAIN PAPI!! DIAJARIN SAMA SIAPA KAMU, ALFI!!!"

Tubuh Alfi berjingkat mendengar teriakan lantang dari arah belakang. Sontak, ia pun menoleh dan mendapati sang papi yang menatap tajam ke arahnya. Sebelum duda abadi tersebut menangkap dirinya, dia harus segera pergi. Alfi bersembunyi di balik sofa yang diduduki wanita yang menahan tawa. Kini, bergantian Arrayyan yang menertawakan sahabatnya.

"ALFI!! SINI, KAMU!!" pekik Abi sambil berkacak pinggang. Persis seperti seorang ibu yang hendak memarahi anaknya jika berbuat salah.

"Nggak mau! Nanti Alfi dijewer," tolak Alfi yang hapal akan kebiasaan sang papi yang selalu menjewer telinga setiap kali dirinya berbuat salah. "lagian, emang kenyataannya kok, kalo Papi itu duda abadi. Om Arsyan aja udah nikah sama Bunda Aishla, lah, Papi?"

Abi menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. Menghadapi putranya yang satu ini memang butuh kesabaran ekstra. Apalagi dengan kehadiran Aishla di tengah-tengah mereka. Bagaimanapun juga, dia harus menjaga imej di depan wanita cantik tersebut.

"Kata siapa Papi duda abadi?" ujarnya membuat dua anak laki-laki mengerutkan kening bingung. "Papi udah punya pasangan, kok. Iya nggak, Ummi?" Abi menaik-turunkan kedua alis ke arah Aishla yang mengerjapkan matanya mata. Wanita itu masih mencerna perkataan pria baik hati yang selama ini sudah menolongnya.

"Ummi Aishla, Abi Abimanyu datang!!" seru Abi sambil merentangkan kedua tangannya. Mendekati Aishla yang bergeming di tempat.























Aduh, si Abi Abi!!

(Bukan) Suami IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang