BAB 11 - HPHT

9.6K 546 8
                                    

Saat ini, Alfano benar-benar membawa Anne sampai ke dokter kandungan. Hanya saja, Alfano ingin membuktikan dengan matanya sendiri kalau perempuan ini tidak berbohong dan menipu dirinya.

Anne menarik napas panjang. Ia berbaring dan sedikit takut ketika seorang perempuan dengan menggunakan jas dokter datang ke arahnya.

"Hai, kau pasti Anne."

Anne mengernyit.

Kenapa dia tahu namaku?

Seorang dokter yang menggunakan name tag bertuliskan Jessica itu hanya mengernyit dan menatap ke arah Alfano.

"Max sudah menceritakan apa masalahmu."

Alfano melenguh. "Kenapa dia bocor sekali padamu?"

Jessica tertawa. "Ayo lah, kau, aku dan Max teman dekat. Sudah tidak ada rahasia di antara kita."

Alfano menarii napas panjang lagi.

Lalu kemudian, Jessica mulai memeriksa Anne. Masih tersenyum hingga membuat Anne merasa tenang. Jessica melakukan USG, mengukur ukuran janin yang ada di dalam perut Anne, dan kemudian mengetikkan sesuatu di atas keyboard.

"Selamat Anne, kau memang hamil. Sebentar lagi kau akan menjadi Ibu."

Ada wajah yang tiba-tiba pucat kala mendengar Jessica mengatakannya. Ternyata benar, Anne memang tidak berbohong dan Alfano wajib untuk bertanggung jawab. Membuat Alfano entah kenapa merasa sangat kesal karena ini adalah suatu kesalahan fatal yang pernah terjadi pada hidupnya.

"Dan usia kandunganmu sudah menginjak delapan minggu," ucap Jessica kemudian.

"Apa?!!!" Dan mendengar hal itu mata Alfano terbelalak lebar.

"Delapan minggu? Apa kau tidak salah?!"

"Ya, delapan minggu."

"Bahkan aku baru bertemu dengannya kurang lebih satu bulan yang lalu. Mustahil dia sudah hamil. Astaga ... ternyata memang benar kalau dia bukan hamil anakku."

Alfano mulai memekik menggebu-gebu. Raut wajahnya kembali cerah, sepertinya Alfano sedang memastikan kalau dia sedang ditipu. Anak itu bukan anaknya, dan untuk itu, Alfano tidak harus untuk bertanggung jawab, bukan?

Alfano mulai merasa ... lega ...

Lalu sebentar lagi, dia akan memberi perempuan itu pelajaran.

Sementara itu, wajah Anne memucat. Dia bahkan tidak pernah melakukan hal itu kepada orang lain.

"Hei, hei. Alfa. Aku belum memberimu penjelasan." Tiba-tiba Jessica mengatakan akan hal itu. Wajahnya tampak khawatir ketika menatap ke arah Anne. Hanya saja, Jessica takut kalau Anne akan merasa kecewa dengan ucapan Alfano.

"Kau harus tahu apa itu hpht. Untuk kehamilan memang seperti itu. Kehamilan dihitung saat hari pertama haid terakhir. Kalau pun memang kalian ... ehm, melakukannya satu bulan yang lalu, memang sudah wajar jika janin ini berumur delapan minggu," ucap Jessica panjang lebar ke arah Alfano.

Alfano menggertakkan giginya.

Sial! Alfano sudah sangat senang jika itu bukan bayinya.

Dan ketika Anne melihat ekspresi Alfano yang tampak kecewa, lagi-lagi Anne merasa sedih.

Bayinya ... dirinya ... memang tidak pernah diinginkan oleh orang yang ada di depannya saat ini.

"Oke, oke. Terserah kau saja. Baik lah. Lakukan lah dengan cepat. Aku sudah lelah, aku ingin segera pulang. Benar-benar merepotkan."

Alfano tampak melengos. Tanpa menoleh ke arah Anne yang masih terbaring di atas bed, Alfano pergi dari ruangan ini. Menyisakan Anne yang tanpa sadar kembali meneteskan air mata dan tiba-tiba ada tangan yang langsung meraih kedua tangannya.

"Sabar lah, kau pasti bisa melewati ini semua. Ingat, demi bayimu."

Anne melihat ke arah Jessica. Mengangguk, kemudian mengusap air matanya.

***

Semua akan baik-baik saja kan?

Sepanjang perjalanan, Anne terus terus berusaha menenangkan hatinya. Terkadang, ia curi-curi pandang ke arah Alfano yang duduk di depannya saat menyetir mobil.

Situasi hati Alfano sedang buruk dan Anne tahu itu. Alfano tidak bisa menyembunyikan rasa kecewanya kala mengetahui bahwa bayi ini memang bayinya.

Mungkin, Alfano berharap kalau bayi yang dikandung Anne bukan lah bayinya sehingga dia bisa lari dari tanggung jawab. Tapi ternyata ... membawa Anne ke dokter spesialis kandungan malah semakin menambah kenyataan kalau bayi ini memang anak kandungnya.

Tidak ada yang tahu sebegitu kecewanya hati Anne saat ini. Rasanya ... dirinya merasa dihina lagi. Rasanya ... menjadi orang yang tidak diinginkan ternyata sangat sesakit ini. Bahkan, hanya menarik napas saja, kenapa Anne terasa sangat berat?

Lalu pada akhirnya, mereka telah sampai di gedung apartemen. Alfano turun tanpa memperdulikan Anne yang masih berada di dalam mobil. Alfano terus berjalan hingga kemudian memencet tombol lift hingga bunyi ding terbuka.

"Alfano tunggu aku ..."

Dan hati Anne kembali sakit ...

Alfano tidak menunggunya ... yang bahkan, Anne sudah berusaha mengejar Alfano hingga pintu lift tertutup.

Anne ditinggalkan ...

Dan Alfano sudah naik menuju lantai atas tapi Anne masih berdiri menanti sampai pintu lift berikutnya terbuka lagi.

"..."

Anne meremas jantungnya sekali lagi. Hatinya ... benar-benar terasa sakit ...

***

Pintu apartemen nomor 224.

Setelah menyeka air matanya, Anne melangkah masuk ke dalam apartemen. Alfano sudah berada di sana. Duduk di atas kursi dengan botol minuman yang ada di depannya.

Entah apa yang sedang ia minum, tapi ... baunya sangat menyengat.

Anne sebenarnya ingin berlalu, tapi ketika ia ingat bahwa sudah sejak seharian ini dia belum makan begitu pun juga dengan Alfano, tiba-tiba Anne menghentikan langkah.

Mungkin ... jika Anne berusaha untuk bisa lebih dekat kepada Alfano, Alfano mau menerima dirinya dan bayinya.

"Kau mau makan apa? Aku bisa memasak untukmu,"

Mendengar Anne yang tiba-tiba menawarinya makan, alis Alfano terangkat.

Really?

Apa tadi dia benar-benar menawariku makan?

Lagi-lagi Alfano melenguh.

"Aku harap kau harus tahu bahwa pernikahan ini hanya karena aku terpaksa bertanggung jawab atas anak itu. Dan jangan mencoba untuk lebih dekat denganku hanya karena kita akan menikah."

Anne menahan napas.

"Dan aku harap, kau mau merahasiakan pernikahan ini dari siapa pun. Kita hanya akan menikah secara siri dan aku harap kau bisa menjaga namaku. Kau tahu aku seorang sutradara, ada banyak media di sekelilingku. Karirku bisa hancur jika ada kabar tidak mengenakkan dariku."

Tubuh Anne mulai bergetar saat Alfano mengatakan itu.

"Kau harus paham di mana posisimu, lagi pula kau yang harus bersyukur karena paling tidak aku mau bertanggung jawab."

Dan lagi-lagi, ucapan Alfano ... sangat menyakitkan. Ia kemudian pergi, berjalan berlalu dan meninggalkan Anne sendirian lagi.

HAVING HIS BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang