Dengan usaha yang agak keras, pada akhirnya Anne berhasil membawa Alfa pulang ke rumah. Ia tertatih-tatih, berusaha membawa tubuh Alfa yang lebih berat darinya yang dibantu oleh supir taksi online yang sengaja ia pesan tadi.
"Terima kasih, pak."
"Sama-sama, nona."
Sopir itu kemudian pamit, pergi dari sini hingga menyisakan Anne bersama Alfa yang sudah tidur di atas ranjang.
Sampai sekarang pun, Alfa masih tampak mengigau. Dia meracau tidak jelas. Mungkin karena efek alkohol yang Alfa teguk, Anne tidak tahu. Anne tidak pernah mempunyai pengalaman sama sekali untuk menangani orang mabuk.
Tapi, Anne segera berlari ke arah Alfa. Membuka dua buah kancing kemejanya juga melonggarkan ikat pinggangnya, lalu menyopot kedua sepatunya agar Alfa bisa sedikit merasa lebih nyaman.
Samar-samar Alfa melihat bayangan Anne yang ada di hadapannya, setengah sadar tangannya mengibas-ibas.
"Pergi kau! Pergi dari sini!"
"Istirahat lah, kau hanya perlu istirahat."
"Jangan mencampuri urusanku." Alfa tertawa, kemudian menangis. Ia melihat ke sekeliling tempat yang ternyata ia sudah berada di rumah. "Kurang ajar! Kenapa kau membawaku pulang. Aku masih ingin bersama gadis-gadis itu sebelum aku menghancurkan hati mereka."
Semua kicauan itu nyatanya membuat hati Anne kembali sakit. Ia mencoba menahan diri, tapi kemudian ia berbalik.
Anne juga tidak tahan melihat Alfa yang terus menerus seperti ini.
Baru saja Anne menutup pintu, nama Max kembali muncul dari layar ponselnya hingga Anne mengangkatnya.
"Hallo, Anne. Apa kau sudah berhasil membawa Alfa pulang?"
"Alfa sudah berada di rumah ..."
Ada helaan napas yang sangat lega ketika Max menghubungi Anne. Alfa bahkan tidak tahu, betapa Max sangat mengkhawatirkan Alfa karena takut jika nanti Alfa akan membuat masalah lagi.
"Aku sudah berada di bandara sekarang. Sebentar lagi aku akan pulang dan memberinya pelajaran."
Lalu sambungan itu terputus. Di dua tempat yang berbeda, Bukan hanya Max saja yang menghela napas, tapi Anne juga.***
Mau sampai kapan pun Anne memikirkannya, Anne tetap akan selalu berada di jalan buntu. Masa depannya saat ini dipertaruhkan, semalam dia baru saja mempunyai keputusan untuk tetap tinggal, tapi melihat perlakuan Alfa tadi malam, lagi-lagi membuat Anne plin plan.
Rasa takut untuk pulang ke kampung halaman jauh mengerikan, tapi menikah dengan Alfa, akan menjadi malapetaka.
Anne kembali gamang. Hingga pada akhirnya tetes air mata itu kembali keluar juga. Anne bahkan tidak tahu kenapa akhir-akhir ini ia selalu cengeng seperti ini.
Lalu tercium bau gosong, detik itu juga Anne dibuat sadar. "Astaga."
Anne segera mematikan kompornya. Gorengan daging terakhir sepertinya tidak bisa dimakan. Membuat Anne melenguh dan segera membuangnya ke tempat sampah.Pukul delapan lewat lima belas menit sarapan sudah siap. Anne melirik ke arah pintu kamar Alfa tapi tidak ada tanda-tanda Alfa bangun dari tidurnya.
Bukan kah aneh jika Alfa belum bangun di waktu seperti ini?
Anne mulai penasaran, ia kemudian berjalan ke arah pintu itu lalu membukanya. Tapi ternyata benar, Alfa masih meringkuk membelakanginya, hingga membuat Anne tidak berani menganggu tidurnya.
Lebih baik Anne pergi, melangkah ke meja dapur lalu menunggu Alfa bangun untuk menawarinya sarapan.
Tapi,
KAMU SEDANG MEMBACA
HAVING HIS BABY
RomanceKedatangannya ke ibu kota ternyata telah membuat masa depannya hancur berkeping-keping. Bagimana mungkin ia bisa mengandung tanpa tahu sosok Ayah dari bayi yang ia kandung. Anne mencari, dan ketika Anne menemukan sosok itu, mungkin kah sosok itu mau...