Mata Alfa melebar saat melihat Anne terjatuh di atas lantai. Sorot matanya menatap ke arah perut yang sedari tadi Anne pegangi. Anne tampak merintih kesakitan, membuat Alfa segera melepas pelukan Meggi dan segera menolong Anne.
Alfano berusaha menarik tangan Anne, dan itu lah hal yang membuat emosi Meggi kembali meluap.
"Alfa! Apa-apaan kau ini?"
Baru saja Meggi menarik tangan Alfa, Alfa segera menghempasnya.
"Kau yang apa-apaan, Meggi?! Sudah aku katakan bahwa aku tidak pernah ada hubungan apa-apa denganmu. Bagaimana bisa kau mengatakan hal yang tidak-tidak kepada media?!"
"Alfa, kenapa kau ini ...? Menurutmu, setelah kita menghabiskan malam itu, kau masih menganggap kita tidak mempunyai hubungan apa-apa?"
"Ya. Dan kuharap kau tidak keberatan karena aku memang sama sekali tidak mempunyai minat sedikit pun padamu."
Tangan Meggi mengepal kuat. Napasnya memburu menahan emosi. Matanya kemudian menatap ke arah Anne yang terduduk di sana. Sudah dapat dipastikan lagi kalau semua itu memang karena perempuan itu. Perempuan kurang ajar yang telah merebut Alfa darinya.
"Kurang ajar!"
Tapi baru saja Meggi melangkah untuk menghajar Anne lagi, Alfa melindungi Anne dan menghempaskan Meggi dari sini.
Meggi terjatuh. Ia kembali syok tidak menyangka kalau Alfano mampu melakukannya.
"Alfa!"
"Sekali kau menyakitinya hingga bayiku kenapa-kenapa, aku tidak akan segan-segan untuk menyeretmu dari sini!"
"A-apa? Bayi?" Mata Meggi melebar saat mendengarnya. Ia syok setengah mati. Menatap ke arah Anne yang memang sedari tertunduk dan terus memegangi perutnya seperti melindungi.
Air mata Meggi nyatanya menetes deras. Emosinya kembali meluap. Tangannya mengepal kuat.
"Kurang ajar kalian! Kalian mempermainkanku?! Lihat saja! Aku akan membalas semua ini. Aku akan membuat kalian menderita. Aku akan katakan kepada media tentang semua ini. Tentang semua pengkhianatan ini dan kau yang menyelingkuhiku."
Alfa tercekat. Meggi sudah berada di luar kendali.
"Lihat saja! Aku akan menghancurkan namamu. Aku akan membuat karirmu hancur berantakan. Dan mari kita lihat, semua penggemarku akan menyerang kalian tiada ampun."
Tubuh Alfa dan Anne sempat bergetar akan ancaman itu. Meggi nyatanya tidak main-main. Ia pasti mampu melakukan semuanya hal itu karena Meggi memang bukan lah orang sembarangan.
Tapi belum lama Meggi tersenyum penuh kemenangan, tiba-tiba terdengar tepukan tangan yang keras. Max masuk ke dalam rumah Alfa dan bersiul nyaring.
"Ha ha ha. Dan aku juga bisa menghancurkan namamu hanya dengan ini ..."
Entah dari mana asalnya, Max sudah kembali ada di sini. Melemparkan begitu banyak foto tentang Meggi yang ternyata tidur dengan laki-laki lain, party, mabuk-mabukan, merokok, hingga hal buruk lainnya.
"Aku juga penasaran bagaimana fansmu akan menilai seperti apa dirimu jika foto itu tersebar."Tangan Meggi gemetar kuat. Matanya melotot tajam. Sedangkan Max tampak tersenyum bangga menatap ke arah Alfa.
"Dan kau Alfa, seharusnya kau berterima kasih padaku karena telah melakukan semua hal ini. Bukan hanya dengan Meggi, tapi semua wanita yang pernah bersamamu aku mempunyai catatan hitam terhadap mereka. Lihat lah, itu semua untuk mengantisipasi jika hal ini terjadi pada dirimu lagi."
Alfa bahkan juga tidak percaya dengan apa yang dilakukan Max.
Max luar biasa.
"Kau ... kurang ajar!" Meggi benar-benar meledak. Ia kemudian membating vas bunga yang ada di atas meja lalu keluar menangis terisak-isak tapi tidak ada yang memerdulikannya.
***
"Kemarikan wajahmu." Dan setelah semua kekacauan ini, Alfa kembali datang. Ia membawa satu baskom air hangat dan juga kain putih untuk mengompres wajah Anne dan menghapus darah yang mengalir di sudut bibirnya yang bahkan sudah mengering.
Max juga sudah pergi dari apartemen Alfa. Katanya, ia harus dengan cepat membereskan semua masalah ini. Mungkin jika tidak ada Max, Alfa akan kelimpungan. Untuk yang kesekian kalinya Alfa berhutang budi pada Max lagi.
"Aku bisa sendiri ..."
Tapi Alfa tetap meraih wajah itu. Membersihkan luka goresan itu hingga Anne meringis kesakitan. "Terima kasih."
"Bagaimana kondisinya?"
"Aku baik-baik saja."
"Bukan kau, tapi bayinya."
"Eh?" Anne mendongak. Salah besar jika Anne mengira kalau Alfa akan memperhatikannya, karena Alfa hanya memerdulikan bayinya.
"Tidak apa-apa."
"Bagus."
Alfa kemudian meletakkan baskom itu ke atas meja setelah selesai membersihkan luka Anne.
Dan setelah kepergian Alfa, hati Anne yang berubah gamang. Ia terus menatap ke arah pintu yang baru saja dilewari Alfa dengan tatapan nanar.
Hari ini, mata Anne seperti dibukakan begitu saja. Mengenai kehidupan Alfa dan juga mengenai semua kehidupan Alfa di masa lalu saat belum bertemu dengan Anne.
Hati Anne kembali sakit ketika teringat akan perkataan Meggi. Laki-laki itu ... nyatanya telah banyak menyakiti hati wanita. Selalu memilih salah satu, mengencaninya, dan kemudian ditinggalkan bagaikan sampah yang sudah tidak ada harganya lagi.
Tangan Anne kembali bergetar. Ia kemudian teringat akan pernikahannya beberapa waktu lagi.
Mungkin kah Anne akan benar-benar menikah dengan laki-laki seperti dirinya? Laki-laki yang bahkan tidak mempunyai moral dan tanggung jawab sama sekali?
Sekali lagi Anne dibuat gamang. Jujur, ia semakin takut kalau dia akan menghabiskan hidupnya bersama laki-laki itu selamanya ...
Dan sebelum semuanya terlambat, apakah Anne harus berpikir dua kali? Dan itu artinya ... Anne harus berani menghadapi dunia seorang diri?
***
Bersambung ...
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
HAVING HIS BABY
RomansaKedatangannya ke ibu kota ternyata telah membuat masa depannya hancur berkeping-keping. Bagimana mungkin ia bisa mengandung tanpa tahu sosok Ayah dari bayi yang ia kandung. Anne mencari, dan ketika Anne menemukan sosok itu, mungkin kah sosok itu mau...