Anne sedang dihadapkan oleh kekalutan yang luar biasa. Pikirannya bercabang. Seluruh pilihan yang ia pilih akan menjadi buah simalakama. Tidak ada keputusan yang mampu Anne pilih untuk saat ini. Tapi ... jika ini menyangkut bayi yang ada di dalam kandungannya, apakah menyerah adalah jalan yang paling baik?
Anne kemudian meraih ponsel yang ada di dalam tas kecil miliknya. Ia terus menimbang, satu-satunya orang yang harus ia hubungi adalah bunda Aimi. Penanggung jawab dirinya ketika di panti asuhan.
Apakah Anne harus jujur ...?
Apakah Anne harus mengatakan apa yang sebenarnya terjadi dan dengan tidak tahu dirinya memohon bunda Aimi untuk menerimanya lagi saat ia kembali pulang?
Anne bahkan tidak tahu dengan apa yang harus ia lakukan.
Tapi tanpa sadar ... Anne kemudian memencet tombol-tombol. Entah karena Anne memang putus asa, atau kan Anne memang benar-benar butuh pertolongan, pada akhirnya ia memberanikan diri untuk menelefon bunda Aimi.
"Halo, anakku Anne ..."
Dan suara merdu itu nyatanya mampu membuat Anne menangis. Bagaimana mungkin Anne mampu menyakiti hati bunda Aimi yang bahan sudah menganggapnya sebagai anak.
"Bunda apa kabar ...?"
"Syukur lah, nak. Baik. Bagaimana kuliahmu di sana ...?"
Anne meremas tangannya sendiri. Wajar jika Bunda Aimi menanyakan tentang bagaimana kuliahnya. Faktanya, Anne memang nekat datang ke kota besar untuk kuliah.
"Sebenarnya ..."
"Kau baik-baik saja kan, nak?"
Anne menghela napas berat.
"Bunda takut, kenapa baru menghubungi bunda sekarang nak? Ada sesuatu yang harus bunda beri tahu padamu ..."
"A-apa itu bunda?"
"Kota adalah sesuatu hal yang sebenarnya bunda takutkan. Ibu kota terlalu kejam, bunda takut kau ikut terjerumus ke dalam pergaulan yang tidak benar."
Kemarin malam, bunda mendapatkan kabar kalau ada salah satu anak perantauan di kampung ini yang baru saja kembali dari kota. Dia hamil di luar nikah tanpa ada suami yang mau bertanggung jawab. Lalu sekarang dia sedang ada di balai desa untuk di sidang."
Mendengar hal itu Anne tercekat. Tangannya tiba-tiba gemetar, ia merasa takut luar biasa.
"Jangan seperti itu ya nak. Bahkan sekarang keluarganya juga sedang dikucilkan di kampung ini. Lalu anak itu, kemungkinan juga akan diusir dari sini."
"A-apa?"
"Bunda mohon, jangan seperti itu ... kau harus jaga baik-baik nama bunda dan nama panti asuhan di mana kau berada sejak bayi."
Lalu, Anne tidak bisa berkata apa-apa lagi. Semua perkataan bundanya benar-benar tertancap jauh di dalam hatinya.
Seseorang yang sedang diceritakan bunda Aimi apakah juga sebuah gambaran mengenai dirinya di masa depan jika ia nekat pulang kampung dengan membawa janin di dalam kandungannya ...?
Sejauh apa pun Anne berusaha untuk melindungi dirinya dan bayi yang ada di dalam kandungannya. Faktanya, ia akan tetap menjadi pengecut yang ketakutan setengah mati jika ia tidak dapat diterima lagi dalam lingkungannya.
***
Ya. Anne telah benar-benar menjadi seorang pengecut dan pecundang.
Kini ia telah berada di depan Alfa. Di sebuah meja makan bersama dengan Alfa yang hanya memandangi Alfa menyendokkan makanan ke mulutnya setelah ia memesan makanan melalui aplikasi online.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAVING HIS BABY
Roman d'amourKedatangannya ke ibu kota ternyata telah membuat masa depannya hancur berkeping-keping. Bagimana mungkin ia bisa mengandung tanpa tahu sosok Ayah dari bayi yang ia kandung. Anne mencari, dan ketika Anne menemukan sosok itu, mungkin kah sosok itu mau...