BAB 45 - MAP BERWARNA MERAH

6.4K 495 50
                                    

Anne menghirup napas dalam-dalam. Menghirup aroma oleh suasana balkon yang sudah tiga tahun ia tinggalkan. Situasinya masih tetap sama, membuat Anne meremas tangannya kemudian mengibaskan pandangan ke sekitar apartemen yang pernah ia tempati dulu.

"Tidak ada yang berubah, Ann. Semoga kau dan Aatreya betah tinggal di sini lagi."

Tapi Anne hanya tersenyum tipis, menghirup lagi napas dalam-dalam kemudian tanpa sepengetahuan Alfa, ia menggeleng.

Anne kemudian melihat Aatreya bermain dengan ayahnya. Sementara Alfa, tidak berhenti melihat wajah anaknya itu. Wajah Aatreya sangat mirip dengan dirinya, membuat Alfa merasa haru sekaligus merasa menyesal. Teringat akan kelakuannya dulu yang sempat tidak mau mengakui dia adalah anaknya.

Hidung mancung, bentuk rahang, bibir tipis, serta tatapan tajam milik Aatreya, sama persis dengan milik Alfa.

"Papa ... Papa."

Kemudian terdengar seruan lagi. Aatreya jelas masih merindukan ayahnya hingga Alfa harus menggendongnya berulang kali. Ketika Anne melihat pandangan itu, sungguh pemandangan itu sangat teduh, namun Anne sudah menentukan keputusannya sendiri.

Satu jam berselang, Aatreya baru mau turun dan bermain sendiri di sana. Dan di saat itu lah Alfa berjalan, menghampiri Anne dan berdiri tepat di samping Anne.

"Jadi selama ini kau tinggal di mana?"

"Di tempat bunda Airin. Aku pulang ke kampung halamannya."

Alfa menghela napas.

"Selama tiga tahun belakangan ini?"

Anne mengangguk. Sedangkan semua jawaban Anne membuat Alfa mengepalkan tangan. Seharusnya dulu ia mencurigai bunda Airin kalau selama ini beliau lah yang menyembunyikan Anne.

"Tapi mustahil kalau tidak ada yang mengenalimu. Wajahmu sudah tersebar di seluruh negeri."

Anne terkekeh. Ia mengeluarkan sebuah masker yang ada di dalam tas kecilnya lalu memakai itu untuk menutupi wajahnya.

"Selalu ada hal yang bisa membuatku berkamuflase jika aku keluar rumah."

Tapi entah lah, senyuman Anne malah membuat Alfa ketakutan. Ada sebuah perbedaan mencolok ketika Alfa melihat raut muka Anne tiga tahun yang lalu dengan wajah yang sekarang ini. Bahkan, ketika Anne tahu bahwa selama ini dia pergi meninggalkan dirinya, Anne justru bisa tersenyum secerah itu?

"Ann?"

"Ya?"

"Tapi, bagaimana kau bisa menghidupi Aatreya? Kau pasti perlu biaya untuk melanjutkan hidup kalian. Aku hanya tidak habis pikir kenapa ..."

"Jangan menyepelekan aku," Anne menyela.

"Ya, awalnya memang sulit," lanjutnya lagi. "Namun waktu itu, tiba-tiba Tuhan seperti memberiku jalan. Entah bagaimana aku menemukan sebuah website. Dan dari sana lah aku bekerja sebagai freelancer, mulai dari penulis artikel, admin website tata boga, admin di sebuah blog kecantikan, dan juga membuka jasa iklan. Ternyata banyak cara aku bisa mendapatkan uang meski minim keluar rumah."

Alfa mengerutkan kening.

"Kau melakukan semuanya?"

Anne mengangguk lagi sambil memandang Aatreya yang sibuk bermain dengan coretan-coretan kertas yang ada di atas lantai.

"Semua demi Aatreya."

"Padahal jika kau bersamaku. Kau tidak perlu melakukan semua hal itu.

Anne tersenyum kecut kemudian duduk di ujung balkon.

"Kenapa kau menghilang, Ann? Percaya lah, aku tidak pernah selingkuh."

"..."

"Aku bisa jelaskan."

"Tidak perlu. Maxime sudah menjelaskan tentang semuanya."

Kerutan yang ada di dahi Alfa kini mulai mengendur. "Ya, Maxime memang sudah tahu semuanya. Aku bahkan bisa membuktikan kalau aku dan Luna tidak pernah melakukan hal di luar batas."

Alfa kemudian mendekatkan dirinya kepada Anne. Menyentuh wajah itu dan mendekatkan wajahnya untuk menyium Anne. Tapi tiba-tiba Anne menghindar. Anne menoleh begitu saja kemudian melepaskan sentuhan Alfa dengan cepat.

"Kenapa Ann? Bukan kah kau sudah mendengar penjelasanku? Dan kau akan kembali lagi kan? Aku janji aku akan memperbaiki rumah tangga kita."

Anne berdiri lagi, meremas tangannya pada tepian balkon kemudian menatap ke arah Alfa lagi.

"Tapi, kenapa kau ke hotel waktu itu? Maksudku, saat Luna mulai merayumu."

"Aku hanya khilaf. Aku selalu percaya bahwa perempuan seperti ibuku perlu diperlakukan tidak semestinya. Tapi percaya lah, saat aku teringat wajahmu, tidak ada yang terjadi."

"Tapi tetap saja .. kau masih mempunyai niatan itu."

Alfa menggeleng.

"Bagaimana jika malam itu kau tidak ingat aku?"

"Maafkan aku. Tapi aku berani bersumpah kalau aku dan Luna tidak melakukan hubungan itu. Setelah kita menikah, hanya kau lah satu-satunya perempuan yang aku sentuh."

Anne melenguh. Menarik napas panjang kemudian mengembuskannya.

"Bisa kah kita melupakan apa yang sudah terjadi dulu? Aku mencintaimu, Ann. Kedatanganmu ke sini untuk kembali kan?"

Namun tiba-tiba, seperti mendapat kekuatan begitu saja Anne menggeleng. Sesuatu hal yang membuat Alfa terperangah hebat.

"Ann ...? Tolong jangan main-main."

"Aku tidak main-main."

"Aku ingin kita memulai lagi hubungan kita dari awal."

Tapi Anne tetap menggeleng.

"Ann, aku mohon."

Anne tetap menggeleng.

"Atau mungkin ... kau sudah tidak mencintaiku lagi? Bahkan kau juga sudah tidak perduli aku kecelakaan kan? Katamu kau memperkenalkan aku pada Aatreya lewat media, mustahil rasanya jika kau tidak tahu aku kecelakaan lewat berita yang tersebar di mana-mana."

"Aku memang tahu ..."

"Jadi?" Sesuatu hal yang berhasil membuat hati Alfa terasa ngilu. Jadi benar kalau Anne sudah tidak perduli lagi kepadanya?

"Dari dulu sampai sekarang, kenapa kau tidak berubah?"

"Apa maksudmu?"

"Kau selalu memanipulasi semuanya demi mendapatkan keinginanmu. Kau selalu memanfaatkan media untuk mendapatkan hal yang kau inginkan. Terkadang kau membuatku bingung. Aku sampai tidak tahu lagi kapan kau jujur dan kapan kau berbohong padaku."

"..."

"Saat berita kecelakaan itu tersebar, aku meminta bunda Airin untuk menjengukmu, namun ketika bunda Airin datang, dia tidak sengaja melihatmu berjalan. Sangat kontras dengan pemberitaan di media yang mengatakan kalau kau sedang koma."

"Aku bisa jelaskan ..."

Anne menarik napas panjang dan mengeluarkannya cepat.

"Maafkan aku, Anne. Andai kau tahu aku sudah berada di ambang putus asa."

Anne tertunduk, dapat Alfa lihat kalau dia sedang menghapus air matanya.

"Ann ..."

Namun tiba-tiba, terdengar langkahan kaki, Aatreya datang dengan membawa coretan tangan. Dia tersenyum, menengadahkan tangan ke atas ingin digendong lagi oleh Alfa.

"Maafkan aku ..."

Hingga sampai pada akhirnya, Anne sudah merasa cukup. Ia kemudian mengeluarkan lagi pada tas lain yang sudah ia bawa. Sebuah dokumen dengan map berwarna merah di depannya.

"Aku ingin kita berpisah. Dan ini surat yang harus kau tanda tangani."

Dan detik itu juga, sebuah petir menyambar tepat di ulu hati milik Alfa.

***

HAVING HIS BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang