Anne sudah tidak bisa menangis lagi untuk menanggapi semua kebencian yang ada. Hingga sampai pada pagi hari, di mana hari ini Anne mendapatkan jatah libur, Anne lebih memilih untuk menyibukkan diri di dalam kamar untuk beristirahat.
Anne memang sengaja menjaga jarak kepada Alfa, tapi ketika ia teringat bahwa dia belum membuatkan Alfa sarapan, Anne bangkit kembali.
Sungguh. Mau sampai kapan Anne menjadi orang tolol seperti ini? Anne menyadarinya, tapi Anne masih saja tutup mata. Seperti zombie, ia pergi ke arah dapur dan masih berbaik hati untuk membuatkan Alfa makanan."Ann ..."
Baru saja Anne mengambil pisau, tiba-tiba Alfa sudah berdiri di belakangnya.
"Aku sudah membeli ini untuk kita sarapan."
Anne melongok ke arah pintu. Sedikit terkesiap dengan pintu yang terbuka.
"Kau sudah berani keluar?"
Alfa menghela napas. "Benar katamu. Semua sudah tidak bisa berubah lagi. Aku harus memikirkan apa yang harus aku kerjakan ke depannya. Aku laki-laki, Ann. Aku yang harus bertanggung jawab menafkahimu dan calon anak kita kelak."
Anne mengernyit.
"Sebenarnya, aku bisa membuat makanan. Kau harus menyimpan tabunganmu. Kau tahu kalau beberapa bulan ke depan kita harus irit."
Tapi Alfa menggeleng. "Terima kasih sudah menjadi istri yang pengertian. Tapi tenang saja, walau pun aku bangkrut, bukan berarti aku langsung nol, aku masih mempunyai tabungan sisa."
Anne mengangguk untuk semua basa basi ini. Ia kemudian mengambil dua buah piring untuk ia hidangkan di atas meja.
Huft. Sejak kapan Alfa menjadi perhatian seperti sekarang ini?
Alfa menatap ke arah Anne.
Sejak kemarin, Anne berubah menjadi acuh tidak acuh.
Alfa menghela napas sebentar, sedangkan Anne langsung menyalakan televisi. Niatnya ingin mencari hiburan untuk mengatasi kecanggungan yang tersisa, namun Anne lupa pemberitaan Alfa masih terus berseliweran.
"Tidak apa, Anne. Jangan dimatikan."
"Kau yakin?"
"Aku sudah tidak apa."
Anne membiarkan semua itu. Ia kemudian mulai menyendokkan makanan tanpa berbicara lagi. Alfa curi-curi pandang ke arah Anne. Melihat Anne yang jauh lebih pendiam, Alfa semakin khawatir.
"Ann,"
"Ya."
"Aku ingin kita memulai hidup baru lagi. Dan aku berpikir kita bisa memulai berbisnis saja."
Anne mengangguk.
Sebuah respon yang kembali membuat Alfa menahan napas. Anne menanggapinya dengan begitu dingin.
"Kau bisa bantu aku ...?"
"Memang kau ingin memulai bisnis apa?"
"Sebenarnya, aku sedang memikirkannya."
Anne menghela napas.
"Aku pikir kau sudah tahu apa rencanamu."
"Maafkan aku. Aku masih bingung bagaimana lagi aku harus mencari uang."
"..."
"Tapi bagaimana pun aku akan tetap berusaha. Aku akan menjadi tulang punggung bagi keluargaku. Aku juga tidak tega melihatmu bekerja dengan kondisi hamil seperti itu, Ann."
Entah lah, Anne seperti sudah mati rasa untuk mempercayai seluruh ucapannya.
"Ann, kau percaya padaku kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HAVING HIS BABY
RomanceKedatangannya ke ibu kota ternyata telah membuat masa depannya hancur berkeping-keping. Bagimana mungkin ia bisa mengandung tanpa tahu sosok Ayah dari bayi yang ia kandung. Anne mencari, dan ketika Anne menemukan sosok itu, mungkin kah sosok itu mau...