"Jadi bagaimana?"
Suara dari seberang telefon membuat Maxime kembali memijat kepalanya.
"Alfa pulang membawa anak dan istrinya."
"Jadi benar kalau Anne sudah datang?"
"Iya,"
Terdengar lenguhan panjang dari seberang. Sofia terdengar mengomel tiada henti.
"Sahabat macam apa dia, kenapa dia tidak menelefonku terlebih dahulu."
"Sepertinya Anne mempunyai maksud lain. Aku hanya takut kalau kedatangan Anne bukan untuk kembali, tapi dia kembali hanya untuk pergi."
Sofia juga merasa takut dengan semuanya. Setelah semua hal yang terjadi, Anne benar-benar menepati seluruh janjinya.
"Jadi di sana kau sendirian?"
"Ya, hanya ada aku dan beberapa kru film. Alfa langsung naik pesawat untuk pulang tanpa memikirkan apa-apa lagi. Katanya, dia menginginkan waktu berdua bersama dengan Anne."
"Lalu filmnya?"
"Entah lah. Aku juga sedang memikirkannya. Tapi mau bagaimana lagi? Aku harus memundurkan jadwal syuting entah sampai kapan. Yang pasti, sampai Alfa benar-benar siap dan menghubungiku lagi."
"Pasti biayanya akan semakin banyak."
"Jangan khawatir. Kau tahu aku bisa menyelesaikan semuanya."
"Ya, aku percaya padamu, Max. Jaga baik-baik dirimu di sana. Aku juga paham kalau Alfa pasti sangat membutuhkan waktu untuk bersama dengan Anne."
"Sof, bisa kah aku meminta bantuan padamu?"
"Apa?"
"Hanya kau yang dekat dengan tempat Alfa. Bisa kah kau mengunjunginya atau mengunjungi Anne untuk memastikan bahwa semua baik-baik saja? Aku hanya takut sampai terjadi apa-apa."
"Iya, akan aku lakukan."
"Sampai jumpa. Aku mencintaimu."
***
Lampu yang temaram membuat Alfa semakin kalut dengan kesedihan. Sedari tadi ia memandang wajah Aatreya yang sudah tertidur pulas di atas ranjang, anaknya yang sudah sejak lama ia rindukan.
Alfa kembali menangis terisak-isak. Ia kini paham, kenapa Anne sampai memberinya nama anaknya seperti itu.
Aatreya.
Seorang anak laki-laki yang bijak.
Apakah Anne berharap, bahwa nanti saat ia tumbuh, ia akan menjadi anak yang bijaksana? Sepertinya ... Anne memang tidak mau kalau Aatreya akan tumbuh seperti dirinya. Yang selalu salah dalam melangkah dan tidak pernah memikirkan apa pun konsekuensinya, dan hanya memikirkan diri sendiri.
Ya ... mungkin itu memang alasannya.
Hingga sampai pada akhirnya, Alfa kembali menangis dalam kegelapan. Sebuah surat yang jatuh teronggok di atas lantai semakin membuatnya hancur karena hatinya terasa semakin sakit.
Anne berkata,
"Aku akan mengirimkan surat itu lagi. Dan jangan lupa kau harus datang ke persidangan."
Adalah hal yang membuat Alfa semakin frustrasi ketika mengingatnya. Jadi, sejak kapan Anne merencanakan semua ini? Atau ketika dia pergi, dia benar-benar sudah mempersiapkan segala sesuatunya?
***
Di tempat lain, Anne melepas heelsnya, menenteng heels itu untuk menembus hujan hingga sampai ke halte bus. Dan di sini lah Anne kembali menangis patah hati ketika teringat lagi keputusan yang sudah ia buat.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAVING HIS BABY
RomansaKedatangannya ke ibu kota ternyata telah membuat masa depannya hancur berkeping-keping. Bagimana mungkin ia bisa mengandung tanpa tahu sosok Ayah dari bayi yang ia kandung. Anne mencari, dan ketika Anne menemukan sosok itu, mungkin kah sosok itu mau...