Kini, Meggi mampu tertawa dengan sangat keras ketika melihat siaran televisi. Nama baik Alfa kini sudah hancur berantakan, karirnya akan langsung terjun merosot hingga kerugian mencapai jutaan dolar.
Meggi tersenyum puas. Ia meminum kembali cairan yang berwarna merah pekat itu kemudian meletakkannya ke atas meja. Di sampingnya, sudah ada begitu banyak koper, ia sudah berencana untuk segera pergi dari negeri ini.
Setelah ia dicampakkan dengan begitu sakitnya, ia sudah berjanji akan menghancurkan hidup Alfa. Meggi sengaja menunggu sekian lama untuk menyebarkan video itu. Tepat sebelum film itu dirilis akan membuat semuanya menjadi semakin sempurna.
Alfa akan mengalami kerugian yang sangat besar. Alfa akan bangkrut. Seluruh tim dan manajemen akan membenci dirinya. Nama baik Alfa tercoreng, bukan hal mustahil film garapannya akan dilarang diputar di seluruh teater. Dan juga ... sudah mendekati seratus persen, istrinya akan menceraikan Alfa.
"Ha ha ha." Meggi tertawa lagi. Big combo yang sangat memuaskan.
Meggi kemudian memakai kaca mata hitamnya ketika managernya sudah berada di belakang.
"Kita harus segera berangkat, saya takut kita akan ketinggalan pesawat."
"Ya, baik lah."
Meggi berjalan, lalu baru saja Meggi membuka pintu, seluruh wartawan langsung mengerubunginya.
"Bagaimana tanggapan anda mengenai berita yang tersebar mengenai Alfa? Apakah benar kalau selama ini Alfa memang sosok bermuka dua seperti yang diberitakan? Lalu, bagaimana cara anda menyikapi ketika beberapa waktu yang lalu, Alfa memutar balikkan fakta mengingat anda pernah dirugikan dalam hal ini?"
Meggi terkekeh. Semua orang, semua wartawan, kini berpihak kepadanya.
"Banyak yang bilang kalau diam itu emas. Tenang saja. Bangkai yang selalu ditutupi akan tercium juga." Meggi tertawa bangga. "Lagi pula, aku sudah tidak memperdulikannya lagi. Aku sedang mengejar karirku di luar negeri dan aku akan mulai proses syuting mulai minggu depan."
Tidak ingin menjawab apa pun lagi, kini Meggi melengang pergi. Masuk ke dalam mobil kemudian tertawa dengan sangat puas. Rencananya, sudah berhasil ia laksanakan.
***
Karir Alfa benar-benar hancur. Semua masyarakat kini beralih membencinya. Begitu banyak komentar buruk terhadapnya di media sosial hingga Maxime harus berulang kali memijat kepalanya. Telefon masuk berdering, Maxime sudah kesal karena harus mengangkatnya satu persatu. Sedangkan Alfa masih di sana. Berdiam diri lalu duduk tanpa melakukan apa-apa. Ia melamun. Karirnya memang sudah hancur berantakan. Di depannya masih ada sebuah video yang membuat semua orang murka.
Beberapa bulan yang lalu, Alfa ingat betul ketika Alfa mengantarkan Anne untuk memilih baju pengantin kemudian dia dan Maxime berada di rooftop kafe di seberang jalan.
"Saat anakku sudah berhenti menyusui, mungkin itu lah saat yang tepat. Kita hidup di dunia peran, kau ingat itu. Bisa kah kau membuat drama jika Anne selingkuh, atau Anne mengkhianatiku agar kita bisa secepat mungkin berpisah?! Mungkin hanya itu lah satu-satunya cara agar hak asuh bisa berpihak kepadaku!"
Alfa terus memutar video itu terus menerus. Ketika Meggi datang, Alfa kira Meggi tidak mendengarkan apa pun pembicaraan mereka. Kala itu Meggi masih mengemis cinta padanya, menangis histeris seperti tidak terjadi apa-apa.
Tapi Alfa lupa ...
Kalau Meggi adalah artis yang hebat. Wajar saja jika dia dapat menyembunyikan raut kagetnya dan malah mampu merekam seluruh pembicaraannya.
Tangan Alfa mengepal kuat. Ada setitik air mata turun di kedua pipinya.
Tidak ... tapi bukan itu yang paling ia pikirkan.
Tapi Anne ...?
Alfa memikirkan perasaan Anne ketika dia mendengar seluruh ucapan bejatnya saat itu. Ketika tadi Alfa ditinggalkan oleh Anne, Alfa sama sekali tidak pernah tahu apa alasannya. Sampai pada akhirnya, ia melihat sendiri penyebab kenapa Anne memilih pergi.
"Kenapa kau diam saja seperti itu?! Bantu aku untuk menjelaskan semuanya?!"
"Pergi lah, Max."
"Apa kau bilang?! Kita bisa mencari cara lagi untuk memulihkan nama baikmu! Jika kita tidak segera bertindak, kita akan mengalami kebangkrutan. Kau akan diseret untuk bertanggung jawab atas semua masalah ini."
"Terlambat. Semua bukti sudah jelas, bagaimana aku harus memperbaiki semuanya?!"
"Kau seperti bukan Alfa yang aku kenal! Lihat lah data ini?!" Maxime melemparkan beberapa lembar dokumen ke arah Alfa hingga mengenai mukanya. "Kau akan dituntut jutaan dolar! Kau akan rugi besar! Karirmu hancur berantakan!"
"Aku tahu."
Untuk yang kedua kalinya air mata itu menetes lagi.
"Kau tahu tapi kau masih diam saja?! Cepat! Kita harus pergi untuk membereskan semuanya!"
Tapi Alfa menggeleng. Dari sorot matanya saja Alfa sudah tahu bahwa semua ini sia-sia belaka. Bagaimana ia akan menjelaskan dan mengklarifikasi semuanya kalau semua video mengenai dirinya sudah tersebar di seluruh media masa? Semua orang sudah tidak ada yang percaya lagi padanya.
Alfa sudah berada di suatu titik di mana dia tidak akan mempunyai apa-apa lagi. Suatu titik di mana ia sangat mirip dengan Ayahnya yang ada di masa lalu. Ketika semua orang akan satu persatu meninggalkannya karena dia sudah tidak mempunyai apa-apa.
"Al ...?"
"Pergi lah, Max. Biar aku yang akan menghadapi semuanya sendiri. Aku takut kau akan terlibat. Karirmu masih dapat diselamatkan, sedangkan aku tidak."
"Alfa, tapi kau ...?"
"Bertahun-tahun aku berkecimpung dalam hal ini, mustahil kalau aku tidak mempunyai tabungan. Habiskan seluruh tabunganku untuk membayar ganti rugi yang telah disebabkan karena aku."
"Tapi, setelah ini. Kau akan menjadi gelandangan."
Alfa tertawa. "Mau bagaimana lagi? Aku sudah tidak memikirkan semuanya. Satu-satunya yang aku pikirkan saat ini hanya lah Anne."
"..."
"Katakan, di mana Anne. Aku tahu, kau sebenarnya tahu ke mana Anne pergi."
"..."
"Kita sudah berteman sejak lama. Mustahil aku tidak dapat menebak raut wajahmu. Aku janji, tidak akan menyakitinya lagi. Aku hanya ingin memastikan kalau dia akan meninggalkanku."
"Kau sudah mengkhianatinya. Aku tidak mungkin melihat orang sebaik Anne disakiti lagi olehmu."
"Aku berani bersumpah kalau aku sama sekali tidak pernah mengkhianatinya."
"Apa?! Jangan bodoh. Lalu, bagaimana kau bisa menjelaskan padaku tentang Luna? Bertahun-tahun aku juga mengenalmu, mustahil kalau aku tidak tahu kalau selama ini kau pintar berbohong."
"Tidak, sejak aku jatuh cinta padanya."
Maxime tertawa. "Kebohongan apa lagi ini, Al?"
Mata Alfa mulai memerah. Raut wajahnya tampak sungguh-sungguh. Ia menatap Maxime dengan tatapan putus asa.
"Al?"
"Sudah aku katakan kali ini aku tidak berbohong."
Maxime masih mengerutkan kening.
Ini kebohongan lagi atau bukan?
Serunya di dalam hati.***
Yeay! Update.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAVING HIS BABY
RomanceKedatangannya ke ibu kota ternyata telah membuat masa depannya hancur berkeping-keping. Bagimana mungkin ia bisa mengandung tanpa tahu sosok Ayah dari bayi yang ia kandung. Anne mencari, dan ketika Anne menemukan sosok itu, mungkin kah sosok itu mau...