BAB 41 - 1200 HARI

6.1K 456 17
                                    

Sayangnya, waktu tidak akan pernah terulang. Waktu akan terus berjalan maju tanpa perduli dengan apa pun. Hari telah berganti minggu, minggu telah berganti bulan, dan bulan telah berganti menjadi tahun.

Yang awalnya hanya satu tahun ...

Kemudian dua tahun,

Sampai tiga tahun lamanya.

Tapi bagi Alfa, waktunya ternyata tetap sama. Menjadi sebuah mimpi buruk kala ia kehilangan Anne, dan sampai sekarang pun, ia masih tetap berusaha untuk menemukan keberadaan Anne. Seluruh tenaga sudah Alfa kerahkan semaksimal mungkin, tapi entah lah, Anne memang sangat pintar untuk bersembunyi.

"Kenapa belum datang juga? Aku sudah menunggumu."

Sebuah panggilan telefon dari Maxime yang mungkin sudah ke sepuluh kalinya. Sedangkan Alfa hanya berdehem untuk menjawab telefon dari Max. Setelah telefon ia matikan, Alfa segera menginjak gasnya kemudian melajukan mobilnya pergi.

Hanya perlu waktu tiga puluh menit Alfa sampai di sini. Di kediaman Sofia dengan orang-orang yang sudah berkumpul riuh sambil bertepuk tangan. Rupanya, Alfa datang terlalu terlambat. Sepertinya Maxime sudah menyematkan cincin di jari Sofia dan seluruh keluarga besar berkumpul menjadi satu.

Ucapan selamat terus terdengar ketika Alfa masuk ke dalam ruangan. Sebuah dekorasi sederhana tapi dibentuk dengan begitu cantik ketika Maxime dan Sofia baru saja melakukan prosesi pertunangan.

Alfa lebih memilih berdiri seorang diri di belakang sudut. Tersenyum simpul karena pada akhirnya sahabatnya itu bisa tersenyum lebar seperti itu.

Maxime yang baru tahu Alfa datang langsung melangkah menghampiri Alfa.
"Dasar kurang ajar. Kenapa baru datang?"

Maxime meninju bahu Alfa agar keras, tapi Alfa hanya mengangkat sedikit bibirnya. "Sorry, Max. Kau selalu tahu apa yang terus aku lakukan setiap hari."

Maxime dan Sofia saling tatap merasa menyesal. Ya, mencari Anne. Tentu saja.
Tapi Alfa tiba-tiba tertawa. Dia tidak mau di acara bahagia seperti ini, dia datang dengan membawa kesusahan.

"Tapi selamat. Pada akhirnya aku bisa melihatmu melamar seorang gadis kan?" Alfa menepuk pundak Maxime. Memeluk sahabatnya itu karena ikut bahagia melihat pertunangan mereka.

"Thanks, Al."

"Sofia, jaga sahabatku ini. Terkadang dia lebih licik dari rubah."

"Tenang saja. Aku sudah menjinakkan dia sebaik mungkin."

Tawa mereka lepas kembali. Senyum Alfa merekah bersama dengan Maxime dan Sofia. Tapi tentu saja semua orang tahu, kalau Alfa sedang memamerkan senyuman palsu.

"Loh, Alfa. Sendiri saja? Ke mana istrimu?"

Orang tua Maxime datang, bersalaman kepada Alfa sekaligus memeluknya.

"Oh, Anne ..."

Buru-buru Sofia menjawab. "Anaknya rewel, Tante. Maklum, anak tiga tahun sedang tantrum-tantrumnya."

"Oh," Tante Mia sedikit menyesal.
Sofia, Maxime dan Alfa saling tatap. Dan begini kah kebohongan-kebohongan yang selalu mereka ciptakan demi menyembunyian keberadaan Anne.  Mungkin hanya dengan ini lah cara mereka selama tiga tahun belakangan ini. Maxime juga selalu sadar bahwa ia memang harus melindungi Alfa. Anne juga sudah terlalu berkorban, media bisa saja memberitakan yang tidak-tidak jika tahu akan fakta sebenarnya.

"Emm, saya permisi dulu, Tante."

Dan lagi-lagi Alfa selalu seperti ini. Lebih baik menyingkir jika ada orang yang menanyakan keberadaan Anne.

HAVING HIS BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang