Alfa dan Maxime mengerahkan semua tenaga yang ada. Kedua sahabat itu sadar, bahwa mereka bertekad akan memulainya dari nol kembali. Tanpa melibatkan sponsor, tanpa melibatkan dukungan dengan nama-nama besar, mereka yakin bahwa mereka akan kembali membawa lagi kursi itu untuk mereka duduki bersama.
Anne melihat dengan betul ketika Alfa mencurahkan seluruh hari-harinya untuk ini. Pagi siang malam bahkan kadang tanpa jeda sedikit pun. Hingga sampai pada akhirnya, mereka kembali melakukan proses syuting. Alfa mempelajari bahwa genre horor baru digemari oleh masyarakat maka dari itu Alfa tidak membuang semua kesempatan itu.
Hanya menggunakan tiga pemain. Di sebuah rumah kosong dengan harga sewa yang jauh di bawah rata-rata tentu saja untuk menekan semua pengeluaran yang ada.
Maxime merangkap tugas di bagian promosi. Untung saja Maxime mempunyai banyak teman, mulai dari selebgram, publik figur dan influencer. Meski beberapa dari mereka menolak karena takut akan terkena dampak karena kasus Alfa cukup berat, tapi ada sebagian yang masih mendukung Maxime.
"Kau yakin akan tetap menggunakan namamu?" Dahi Maxime mengernyit. Anne juga ikut khawatir saat Alfa mengatakan bahwa akan tetap menggunakan namanya sendiri.
Alfa mengangguk.
"Apa tidak memakai nama samaran saja. Aku sudah mengatakan pada seluruh pemain dan kru bahwa mereka akan merahasiakan identitasmu. Kau tahu masih banyak orang yang membencimu."
"Aku yakin, Max. Aku akan membalas mereka dengan karya. Aku akan membuktikan bahwa aku tidak akan pernah jatuh seperti kemarin."
Anne dan Maxime saling tatap. Jujur mereka takut dengan apa yang akan terjadi ke depannya. Tapi mereka bisa apa ...? Alfa terlalu keras kepala ketika ia sudah memutuskan sesuatu.
Maxime menghela napas.
"Baik lah."
"Aku juga sudah mempunyai rencana lain." Alfa menengadah menatap ke arah Anne. "Max, kau masih memegang seluruh media sosialku kan?"
"Ya, tapi sudah terlalu lama aku tidak melihatnya. Terlalu banyak komentar buruk hingga aku harus menutup halaman komentar."
"Buka saja. Mulai aktifkan lagi dan ..."
"Dan apa?"
Alfa berdiri kemudian menggandeng tangan Anne. Ia menyentuh perut Anne yang sudah terlihat sangat besar.
"Aku akan melakukan foto studio dengan Anne. Maternity sepertinya bagus juga." Alfa merapikan anak-anak rambut istrinya itu kemudian tersenyum.
Hingga sampai pada akhirnya mereka paham apa yang akan dilakukan Alfa. Anne berusaha membaca pikiran Alfa. Mungkin bagi dia, media sosial memang sepatutnya digunakan untuk bersandiwara lagi. Memutar balikkan fakta dan mengatakan bahwa rumah tangga mereka selalu baik-baik saja.
Alfa paham bagaimana dia harus bersikap. Bagaimana ia harus meracuni pikiran orang-orang.
"Maksudmu, Al?"
"Aku akan tunjukkan pada mereka bahwa hubunganku dengan Anne baik-baik saja. Sehingga mereka kebingungan dengan fakta yang ada. Toh, selama ini aku belum pernah memberi klarifikasi apa pun, kan?"
Anne yang mulai ketakutan dengan sikap Alfa lagi. Max yang berdiri di sana pun juga mulai melihat kilatan di mata Alfa.
Alfa memang tidak pernah gagal jika disuruh untuk melakukan kamuflase. Menggunakan media sosial sebagai tempat tipu daya dan bersandiwara.
Diam-diam Maxime menatap ke arah Anne. Maxime menangkap wajah ketakutan di muka Anne. Maxime tahu jalan pikiran Anne yang mungkin dia juga khawatir apakah rencana Alfa, akan semakin merugikan dirinya.
"Aku sudah menelefon rekanku yang bekerja sebagai fotografer." Dan tiba-tiba saja Alfa sudah meraih tangan Anne untuk ikut dengannya.
***
Anne benar-benar telah melakukannya. Ia masih membeku saat ketika ia menatap pada dirinya sendiri dengan make up tipis di depan cermin. Baru saja satu jam yang lalu dia melakukan foto bersama dengan Alfa. Ia juga masih tidak percaya akan seulas senyum yang sudah ia berikan ketika dirinya di potret dan saling menatap satu sama lain.
Anne menarik napasnya panjang kala melihat semua foto itu. Ia tertegun sampai-sampai tidak sadar Maxime melangkah ke arah Anne.
"Kau yakin tidak keberatan aku memposting foto ini?"
Anne menelan salivanya kemudian menoleh ke arah Maxime.
"Ya, tidak apa-apa. Biarkan semua berjalan sesuai rencana Alfa. Aku ingin melihat Alfa berada di kesuksesannya lagi."
"Kau yakin?" Lagi-lagi Maxime bertanya kepada Anne.
Anne mengangguk.
Tangan Maxime memijat pelipisnya.
"Dengar, Ann. Sejujurnya, aku juga tidak tahu apa yang sedang Alfa rencanakan. Tapi percaya lah, dalam hal ini aku berada di pihakmu. Jika semua hal ini akan merugikanmu, aku dan Sofia akan pasang badan di depanmu."
"Terima kasih."
Maxime kemudian segera bergegas ketika melihat Alfa sudah selesai mengganti pakaiannya. Berjalan ke arah Anne kemudian mengecup kening itu.
"Percaya lah, semua akan baik-baik saja."
Faktanya, Anne tidak bisa mempercayai itu.
***
Sesuai arahan Alfa, pada akhirnya Maxime memposting foto itu pada seluruh media sosial Alfa. Ketika masyarakat melihat bahwa rumah tangga Alfa baik-baik saja, kini semua orang terpecah menjadi dua. Sebagian dari mereka ada yang masih membenci Alfa, sebagian dari mereka mulai tertipu hingga meragukan keaslian rekaman yang sudah beredar.
Alfa menyedekapkan tangannya menikmati semua yang ada dengan kopi yang ada di depannya. Max ikut memantau segala perkembangan, sedangkan Anne diam membisu.
Diam-diam Anne juga melihat beberapa komentar, walau pun masih ada yang membenci Alfa, rupanya Alfa masih mempunyai banyak dukungan.
Para wartawan sepertinya kembali sibuk untuk mencari keberadaan Anne dan Alfa untuk melakukan wawancara. Mereka sangat menginginkan Alfa dan Anne melakukan klarifikasi tapi Alfa melarang Anne untuk memberikan statement apa pun.
"Biar kan mereka hanyut dalam pikiran mereka sendiri." Ucap Alfa pada Anne. sedetik kemudian ia menatap ke arah Maxime. "Sekarang, waktu yang tepat untuk merilis series itu, Max."
Maxime mengangguk. Alfa jauh lebih cerdik untuk memanfaatkan keadaan yang ada. Disaat namanya kembali tersorot, dia cepat-cepat segera mengunggah series yang sudah satu bulan ia persiapkan.
Dan ternyata benar apa dugaan Alfa, belum dua puluh empat jam Alfa merilis series yang ia sutradarai kembali, ia sudah mendapatkan lebih dari dua juta view. Sebuah rekor yang berhasil membuat Alfa tertawa kembali.
Sebagian dari mereka ingin tahu karya Alfa setelah tersandung skandal.
Sebagian dari mereka hanya ingin berkomentar dengan sumpah serapah.
Sebagian dari mereka hanya penasaran.
Sebagian dari mereka yang memang ingin menikmati sebuah karya dari Alfa lagi.
Tapi Alfa tidak perduli. Yang ia pedulikan hanya viewers yang semakin merangkak naik. Dan mungkin kah, kursi itu akan kembali Alfa duduki kembali?
Di balik kesenangan Alfa, ada Sofia yang duduk di sebelah Anne. Meraih tangan itu kemudian menggenggamnya erat. Sofia jelas tahu apa yang saat ini Anne khawatirkan dan kelegaan yang bercampur menjadi satu.
"Tenang lah, jika ini benar-benar sukses, kau sudah tidak mempunyai hutang janji lagi kepada Alfa," ucap Sofia.
Anne berdegup tidak karuan. Ia ikut mencengkeram tangan Sofia berusaha menenangkan dirinya sendiri.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
HAVING HIS BABY
RomanceKedatangannya ke ibu kota ternyata telah membuat masa depannya hancur berkeping-keping. Bagimana mungkin ia bisa mengandung tanpa tahu sosok Ayah dari bayi yang ia kandung. Anne mencari, dan ketika Anne menemukan sosok itu, mungkin kah sosok itu mau...