BAB 4 - NAMAKU ANNE...!

10.7K 644 5
                                    

Suasana bar benar-benar riuh ketika Alfa akhirnya datang ke tempat ini. Dentuman-dentuman musik serta lampu kerlap kerlip, mampu membuat mata dan telinga semua orang rusak jika mereka menghabiskan satu malam saja berada di bar. Max memang gila, dia mampu merubah bar ini dengan begitu dahsyat. Hampir semua orang yang datang ke sini adalah teman-teman bajingannya, sebagian dari kru film dan sebagian lainnya merupakan teman dekat Max dan juga Alfa.

"Wohoo, akhirnya kau datang juga man...!" Max datang dengan ditemani dua orang wanita yang dirangkulnya di sisi kanan dan kiri. Mencium kedua wanita itu secara bergantian lalu memberikan sebotol anggur untuk menyambut kedatangan Alfa.

"MARI KITA SAMBUT BINTANG KITA MALAM INI...! ALFANO!!

Dan tiba-tiba saja seorang MC yang ada di atas sana meneriakkan nama Alfano. Membuat para gadis yang sejak tadi menantikan kedatangannya dan terperangah. Buru-buru mereka berkumpul dan berlarian ke arah Alfa. Menerikkan namanya dan langsung menghamburkan diri ke pelukan Alfa.

"Max, apa-apaan ini?!"

Tetapi Max hanya tertawa. "Nikmati saja... semua wanita di sini benar-benar mengidolakanmu, bahkan mereka rela untuk bergantian membuatmu puas malam ini." Ucapnya, sambil mengedipkan sebelah matanya penuh arti. "Anggap saja ini selingan sebelum kau menemukan korban baru." Bisik Max lagi sebelum dia kemudian pergi meninggalkan Alfa.

Alfa merasakan penat dua kali lipat saat duduk di sudut bar. Ditemani dua wanita cantik tapi malah membuat Alfa benar-benar muak. Alfa sedang tidak bergairah sama sekali, entah lah, mungkin karena Alfa sudah benar-benar lelah dan dipaksa untuk datang ke acara ini, atau mungkin, karena Alfa masih merasa ingin muntah ketika teringat akan perlakuan orang-orang di filmnya yang mempunyai muka dua, terlebih Freddy sang pemilik MN entertainment. Alfa tidak tahu, tetapi tiba-tiba, Alfa merasa jenuh untuk terus bermain-main dengan wanita murahan seperti dua wanita ini. Sedang berada di suasana hati terburuk dan tidak bernafsu sama sekali. Lagi pula, bukan wanita seperti ini yang membuat Alfa berniat untuk bermain-main, tetapi wanita yang benar-benar Alfa inginkan sebagai korban, membuatnya terlena akan kesempurnaan Alfa hingga membuat mereka benar-benar cinta mati terhadapnya lalu menghempaskannya begitu saja.

"Pergi lah, kalian membuatku muak!" Ucap Alfa tiba-tiba, membuat para wanita itu terperangah kaget akan sikap Alfa. Dua orang wanita murahan ini terlalu mudah untuk Alfa campakkan.

"Kenapa, sayang...? Apa aku tidak lebih cantik dari mantanmu yang bernama Meggi itu?" Ucap salah seorang perempuan itu, dengan sensual dan juga manja. Membuat Alfa semakin ingin muntah mendengarnya.

"Aku akan pergi tetapi setelah aku mendapatkanmu malam ini..." Salah seorang lainnya mengatakan itu sambil mengecup bibir Alfa tipis. Mengusap kedua pipi Alfa yang berjambang dan mengisyaratkan sesuatu hal yang mengarah kepada keintiman.

Alfa mendengus kesal. Ucapannya sudah benar-benar mengisyaratkan betapa murahnya wanita ini. Jalang dan tidak mempunyai harga diri sama sekali. Tetapi tetap saja, Alfa tidak tergoda padahal mereka menawarkan sebuah kenikmatan secara gratis.

Alfa tiba-tiba membutuhkan sesuatu yang baru, sesuatu yang Alfa benar-benar inginkan, yang benar-benar menantang bagi dirinya lalu tidak sabar untuk membuatnya patah hati. Seorang wanita seperti Ibunya yang baik di luar ternyata busuk di dalam sana. Alfa tiba-tiba sudah bosan dengan para wanita yang selama ini ia goda, para wanita-wanita seperti ini terlalu mudah untuk ia taklukkan dan terlalu mudah untuk dicampakkan. Alfa benar-benar membutuhkan sesuatu yang baru, sesuatu yang sama persis seperti Ibunya.

Tiba-tiba terdengar sorak sorai dari pengunjung di lantai tengah sana. Mereka berteriak dan saling berbisik satu sama lain ke arah seorang gadis yang telihat kebingungan di tengah-tengah pesta. Wajar saja gadis itu menjadi bahan pergunjingan, seluruh pakaiannya tidak sinkron sama sekali dengan situasi sekarang. Alfa mengernyit, meminum botol anggurnya lalu memandang dingin gadis itu.

Kemeja panjang, celana jins, rambut dikucir kuda serta tas polkadot berwarna putih merah sedang celingukan di tengah pesta seperti mencari seseorang. Gadis itu tidak sadar ketika banyak orang memandangnya dengan tatapan aneh. Kaca mata yang melingkar di matanya serta kedua tangannya memeluk sebuah buku. Buku ekonomi – akutansi. Membuat semua orang ternganga dan setengah tertawa melihat tingkah gadis itu. Alfa menggeleng, apakah dia tersesat? Apakah dia ingin belajar kelompok di tempat seperti ini?

Alfa meminum lagi anggurnya sampai habis. Dan ketika Alfa menatap lagi gadis aneh itu, tiba-tiba gadis itu sudah menatap dirinya dengan tajam. Lima detik Alfa dan gadis aneh itu saling tatap, hingga akhirnya gadis aneh itu dengan terburu-buru datang ke arah dirinya. Membuat Alfa sedikit terkesiap ketika gadis itu langsung berdiri di hadapannya.

"Ikut aku, kita harus bicara." Ucap gadis itu. Alfa kemudian menoleh ke kanan dan ke kiri untuk tahu siapa orang yang diajak perempuan ini bicara. Kedua perempuan seksi yang ada di samping Alfa terlihat juga sama bingungnya dengan Alfa. Melihat anak gadis di bawah umur kini malah menarik tangan Alfa.

"Hey, apa yang kau lakukan pada Alfa?" Teriak salah seorang perempuan itu.

Alfa menepis tangan gadis aneh itu yang kini ingin menarik lengannya. "Kau siapa?!" Celetuk Alfa. Menunjuk pada wajah gadis aneh itu dan berusaha ingin mengusirnya.

"A-apa? Apa kau lupa wajahku?"

Alfa semakin mengerutkan dahi karena tidak tahu apa yang sebenarnya gadis ini katakan. Kau...?! Siapa?! Berani-beraninya kau datang dan berbuat seenaknya!"

Seperti disambar petir ketika mendengar Alfa mengucapkan hal seperti itu tepat di depan mukanya. Apa dia lupa dengan apa yang terjadi malam itu? Apa dia lupa dengan apa yang ia lakukan hingga ia menjadi seperti sekarang ini?

"A-apa? Apa kau bilang? Apa kau lupa dengan apa yang kau perbuat malam itu? Dan kau harus tahu akibat tentang perbuatanmu!" Alfa semakin tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya gadis ini katakan. Diamatinya wajah gadis itu sekali lagi, tetapi Alfa juga benar-benar tidak tahu siapa gadis ini. Dan apa yang ia katakan...? Perbuatannya malam itu? Seingat Alfa, Alfa tidak pernah bermain-main dengan gadis kecil seperti ini.

"Anne, namaku Anne. Minuman seperti itu yang kau berikan padaku malam itu." Anne kemudian menunjuk pada sebotol wisky yang ada di atas meja. Sebotol minuman yang tadi di minum oleh salah satu gadis perempuan yang saat ini masih menggelendoti tubuh Alfa.

Dan detik itu juga Alfa terkesiap. Menatap gadis itu dari bawah sampai atas.

Anne? Dahi Alfa Mengernyit.

Kini Alfa berdiri, satu langkah menuju ke arah gadis kecil itu dan kini berdiri tepat di hadapannya. Menatap tajam pada wajah gadis itu yang tadi terkena cahaya lampu diskotik yang warna warni untuk memperjelas penglihatannya.

Kerutan di dahi Alfa semakin menyatu, mengulang lagi menatap gadis ini dari atas sampai bawah. Tapi, bukan penampilan seperti ini yang Alfa ingat. Tetapi seorang gadis dewasa dengan dress mini berwarna biru dengan belahan dada yang terbuka. Gadis yang sama murahnya dengan gadis-gadis lainnya. Lalu melihatnya seperti ini sangat bertolak belakang dengan penampilannya beberapa waktu yang lalu.

"Anne...?" Ucap Alfa dengan mata yang tajam menatap ke arah Anne.

"Ya, aku Anne dan kau harus bertanggung jawab."a

***

HAVING HIS BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang