BAB 27 - BULSHIT

6.2K 406 12
                                    

Di pagi harinya, Anne masih berusaha untuk terlihat biasa saja. Ia sedang sibuk berkutat di dapur, memasak sarapan untuk Alfa, dan masih menunggu Alfa untuk bangun dari tidurnya.

Anne tersenyum ketika semua pekerjaannya hampir selesai. Rumah sudah rapi, masakan sudah siap, sedangkan kini, ia tinggal menunggu mesin cuci berhenti agar ia bisa segera menjemur pakaian yang sedang ia cuci.

Ketika ia melihat ke arah kamar, Alfa masih tertidur. Buru-buru ia segera ke belakang untuk menyelesaikan pekerjaannya. Ada rasa ngilu ketika ia mengambil semua pakaian itu dari mesin cuci dan membentangkan kemeja putih yang kemarin Alfa pakai. Bekas lipstik itu memang sudah menghilang, tapi nyatanya, pikiran buruk yang mulai menyergap Anne, tidak bisa Anne enyahkan.

Anne menggelengkan kepala ketika masih berusaha untuk berpikir positif. Buru-buru ia segera mengambil seluruh pakaian itu dan segera menjemurnya. Dan ketika ia berbalik untuk menuju ruangan depan lagi, tiba-tiba Alfa sudah berada di sana. Duduk di meja makan sambil memijat pelipisnya.

"Alfa, kau sudah bangun?"

Alfa mengangguk. "Baru saja."

Anne kemudian menghampiri Alfa dan ikut duduk di sampingnya.

"Aku sudah memasak makanan untukmu, ini makan lah."

"Kapan kau bangun? Kenapa baru jam enam pagi semua sudah selesai?"

"Aku sengaja bangun lebih awal karena aku takut kau akan pergi lagi dan tidak sempat sarapan."

Alfa menahan napas. "Hari ini aku libur. Jangan terlalu baik padaku, aku takut aku tidak bisa membalasnya."

Anne kemudian mengambilkan makanan untuk Alfa. Memberikan nasi dan juga lauk yang sudah ia buat kemudian ia sodorkan di depannya.

"Lagi pula, kau sudah berjanji kan akan setia padaku. Anggap saja itu bayaran atas kebaikanku."

Gigi Alfa gemeletuk ketika mendengarnya. Tiba-tiba tubuhnya membeku kemudian melirik ke arah Anne. Sedangkan Anne hanya bisa menunduk, ia kemudian mengambilkan makanan untuk dirinya sendiri.

"Kenapa, Al? Kenapa tiba-tiba kau diam seperti itu?"

Buru-buru Alfa menggelengkan kepala.
"Ah, tidak."

Anne tersenyum kecut. Bayangan tentang lipstik yang ada di kemeja Alfa, apakah harus sekarang juga ia meminta penjelasan?

"Al?"

"Ann?"

Ucap mereka hampir bersamaan hingga membuat mereka tercekat satu sama lain.

"Kau dulu saja," ucap Anne.

"Bagaimana bayinya? Dua bulan aku pergi, perutmu sudah terlihat berubah."

Anne mengangguk sambil mengelus perutnya.

"Ya, kata dokter Jessica, bayinya sehat. Aku harus rajin minum vitamin, dan bayinya laki-laki."

"Laki-laki?"

"Iya."

"Syukur lah." Tiba-tiba kali ini Alfa yang menyunggingkan senyuman lebar. "Aku juga menginginkan bayi laki-laki. Maksudku, apa pun aku mau. Entah laki-laki atau perempuan sama saja. Tapi kalau diberi sedikit pilihan, aku memang menginginkan anak laki-laki."

"Permintaanmu sepertinya dikabulkan."

Alfa mengangguk kemudian menyentuh perut Anne. Perut Anne yang terlihat membuncit seperti itu entah kenapa terlihat menggemaskan.

Anne tersentak akan perlakuan Alfa. Ketika Alfa menyentuh perutnya, ada rasa hangat yang menyelimuti hatinya. Tapi ketika ia teringat lagi, kemeja yang baru saja ia cuci, kenapa itu terasa menyakitkan?

HAVING HIS BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang