BAB 39 - JALAN BUNTU

6.4K 432 9
                                    

Senyum tipis tersirat di kedua ujung bibir Anne ketika melihat acara televisi yang membahas kesuksesan Alfa mengenai filmnya yang berada di puncak kesuksesan tertinggi. Nyatanya, Alfa telah kembali lagi.

Di sebuah rumah kecil Anne mengistirahatkan tubuhnya. Napasnya terdengar agak sesak karena perutnya sudah sangat membuncit. Gerak bayinya juga semakin terasa seperti meminta untuk segera dilahirkan. Hari ini, seharusnya sudah memasuki masa hari perkiraan lahir, itu lah hal yang membuat Anne harus bersiap.

Anne kemudian bangkit dari ranjang. Dia berjalan pelan kemudian menengok pada jendela kaca. Suara-suara anak kecil terdengar sangat keras dari sini karena letak panti asuhan yang memang hanya terpisahkan oleh sawah yang hanya berjarak sepuluh meter saja.

Anne tersenyum getir, pada akhirnya ia kembali ke sini lagi.

Suara ketokan pintu mengagetkan lamunan Anne. Suara bunda Airin terdengar seirama dengan suara pintu yang terbuka.

"Anne,"

"Bunda?"

Masih sama seperti dulu, bunda Airin memang selalu sayang pada Anne. Tidak pernah berubah sampai kapan pun.

"Bunda bawakan roti selai kesukaanmu, coba lah."

"Tidak usah repot-repot, bunda. Aku sudah memasak dan aku sudah berjanji kalau tidak akan merepotkan bunda setelah aku datang ke sini lagi, kan? Diberi tempat tinggal lagi saja sudah lebih dari cukup."

Tapi Bunda Airin menggeleng. Dia kemudian menatap Anne nanar sambil sesekali mengedarkan pandangan ke sekitar.

"Seharusnya bunda yang harus menyesal karena membiarkanmu tinggal di gudang seperti ini alih-alih memberikanmu tempat yang layak."

Tapi Anne menggeleng. "Ini sudah sangat cukup."

Anne berusaha menenangkan bundanya itu. Anne ingat waktu pertama kali Anne menelefon bunda Airin, bunda Airin langsung membereskan tempat ini dengan cepat. Memberikan beberapa perlengkapan seperti meja, kursi, ranjang agar Anne bisa tidur dengan layak.

Bunda Airin sudah tahu bagaimana semua cerita Anne, tentang kisah antara dirinya dan juga Alfa yang memang sangat menyakitkan.

"Bunda, apa Alfa menelefon bunda lagi?"

Airin mengangguk. Dia menarik napas berat kemudian mengembuskannya lagi.

"Ya, dan mungkin tiga kali setiap hari. Dia selalu bertanya apa kau berada di sini atau tidak. Dari nada suaranya dia sangat mengkhawatirkanmu, Anne."

Tapi Anne menggeleng. "Dia selalu pintar bersandiwara, masih sama seperti dulu."

"Istirahat lah, kau harus tenang."

Anne mengangguk, tapi baru saja Anne akan berjalan ke arah ranjang tiba-tiba Anne merasakan mulas yang luar biasa.

"Anne?"

Mata Airin melebar ketika melihat Anne kesakitan seperti itu.

"Astaga, kau ingin melahirkan?"

***

Di tempat lain, Alfa benar-benar tidak fokus dalam pekerjaannya. Mereka berkumpul di sebuah kafe tidak jauh dari kampus milik Sofia.

Mereka sengaja bertemu dan tujuannya masih tetap sama. Mereka masih berusaha ingin menemukan di mana keberadaan Anne.

"Seharusnya Anne sudah melahirkan. Seharusnya aku berada di sampingnya."

Dan lagi-lagi, Alfa berada di titik kefrustasiannya. Bawah matanya menghitam, tubuhnya jauh lebih kurus dibanding biasanya hingga membuat Maxime dan Sofia saling menatap tanda menyesal.

HAVING HIS BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang