Sesuatu hal yang benar-benar tidak bisa Alfa percayai kini berada di atas meja. Surat tentang pengajuan perceraian hingga membuat Alfa semakin menggila.
"Bagaimana mungkin kau mengajukan perceraian seperti ini? Kau kembali, bukan kah artinya kita akan memperbaiki rumah tangga kita bersama?"
"Maafkan aku, tapi keputusanku kembali bukan seperti itu. Aku hanya ingin memperjelas semuanya karena aku ingin kita berpisah."
Alfa menggeleng hebat. Air mata itu juga ikut turun. Ia masih tidak percaya Anne bisa melakukan hal semacam ini.
"Tapi kenapa Ann? Aku sudah menjelaskan semuanya. Aku sudah mengatakan padamu kalau tidak terjadi apa-apa di antara aku dan Luna."
"Aku paham ..."
"Tapi apa? Sampai sekarang pun, kau masih ingin memisahkan aku dengan anakku sendiri?"
"Kalau aku mempunyai niatan untuk memisahkanmu dengan Aatreya. Mana mungkin aku selalu memberi tahunya bahwa kau adalah ayahnya setiap wajahmu muncul di media."
"Lalu? Ini apa ...?" Alfa meremas kertas itu lalu membuangnya ke tempat sampah.
"Aku janji, aku akan membebaskanmu jika kau datang ke rumahku untuk bertemu dengan Aatreya. Aku juga akan mengizinkanmu membawa Aatreya selama beberapa waktu jika kau merindukannya. Jadi tidak ada alasan kau bisa menuduhku seperti itu."
"Jangan seperti ini. Aku mohon jangan bercanda."
"Aku tidak bercanda. Maaf."
"Anne, aku bisa gila kalau kau terus menerus berbicara ngawur seperti itu."
"Kalau pun kau masih merindukan Aatreya. Aku izinkan Aatreya menginap di tempatmu selama beberapa waktu. Aku juga tahu, Aatreya sangat membutuhkan figur seorang ayah."
Alfa sudah tidak bisa lagi membendung air matanya. Ia menangis terisak-isak. Ia tertunduk, ia tidak sanggup lagi jika mendengar Anne berbicara ngawur seperti itu. Bahkan belum ada beberapa jam dia kembali tapi Anne mampu mengatakan bahwa dia ingin pisah. Apa Anne tidak tahu seberapa besar ia merindukannya selama ini.
"Aku memberimu waktu agar kau bisa tenang. Kau bisa beristirahat di kamar terpisah di rumah ini. Kita bisa mempunyai banyak waktu agar kita bisa berbicara baik-baik. Aku mohon, aku mampu mendengar apa pun tapi tidak dengan perceraian. Karena sampai kapan pun, aku tidak akan pernah mau menceraikanmu atau pun berpisah denganmu."
"Alfa ..."
"Istirahat lah. Pikiranmu sedang kacau."
"Tapi mengerti lah juga. Pikiranku tidak pernah sejernih seperti sekarang ini."
"ANNE!"
Teriakan itu nyatanya mampu membuat Aatreya menangis, cepat-cepat Anne mengambil anaknya kemudian memeluk anaknya itu yang masih tidak tahu apa-apa.
"Keputusanku sudah bulat. Aku ingin kita mengakhiri semuanya."
Alfa semakin frustrasi dengan semua keadaan ini. Ocehan Anne semakin membuatnya gila. Ia meremas kepalanya, menangis terisak sambil menatap ke arah Anne tidak percaya.
"Anne ... aku ... kenapa ...?" Bahkan Alfa sudah tidak bisa berkata apa pun lagi. Kata-katanya terputus. Ia gelagapan setengah mati.
"Aku harus menenangkan Aatreya terlebih dulu." Kemudian Anne pergi, menimang Aatreya dan meninggalkan Alfa berada di ujung balkon yang kini sudah tertunduk, menangis, dan putus asa.
***
Lima belas menit berlalu dengan sangat menyiksa. Baru kali ini Alfa merasakan detikan waktu yang sangat singkat tapi terasa sangat lama. Setiap detik waktu bergulir, hatinya seperti terasa tercabik-cabik.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAVING HIS BABY
RomanceKedatangannya ke ibu kota ternyata telah membuat masa depannya hancur berkeping-keping. Bagimana mungkin ia bisa mengandung tanpa tahu sosok Ayah dari bayi yang ia kandung. Anne mencari, dan ketika Anne menemukan sosok itu, mungkin kah sosok itu mau...