Primum iudicium

1.8K 230 34
                                    

Primum iudicium
[ the first judgement ]

______________ 


Seberusaha apapun Jeno untuk kembali mendapati simpati Karina, selalu berakhir gagal. Kali ini Karina benar benar mengabaikannya bahkan membuat mereka seakan tak saling kenal walau tinggal serumah. Sejak malam itu juga Karina selalu mengunci pintu kamar tak membiarkan Jeno untuk terlelap seranjang dengannya. Iya, hingga persidangan pertama ini mereka akhirnya pisah ranjang. Jeno tidur di kamar Leon sedangkan Karina tidur di kamar utama dengan Gabby.

"Ayah boleh tidur di sini lagi kan, kak?" tanya Jeno memunculkan kepalanya di sela sela terbuka pintu kamar Leon malam itu.

Sulung Wijaya yang sedari tadi sibuk mengerjakan prnya membalikkan kepalanya, dia mengangguk tanpa berkata apapun pada Jeno. Jeno tau, kalau sulungnya itu tau soal hubungannya dengan Karina, dan Jeno tau kalau Leon juga marah pada dirinya. Lihat, dia memilih pilihan yang salah dengan mengorbankan kehangatan keluarganya.

Jeno naik atas tempat tidur Leon, duduk dan menyandarkan punggung pada softboard tempat tidur bernuansa biru milik Leon. "Kak" panggil Jeno memerhatikan Leon yang begitu serius dengan kegiatannya dibawah lampu kekuningan meja belajarnya.

"iya ayah?" Leon menoleh pada Jeno, dua pasang mata yang mirip itu saling berpandangan.

"ayah minta maaf ya" ucap Jeno.

Leon mengangguk dan tersenyum kecil "tapi kakak boleh minta satu permintaan tidak ayah?"

"boleh, boleh banget. Minta 1000 permintaan juga boleh kakak" jawab Jeno dengan hiperbolanya. Walau hiperbola, dia serius dengan perkataannya. Dia akan berdiri dibarisan paling depan untuk mewujudkan permintaan anak anaknya. Bagaimanapun kondisinya saat itu, entah miskin, entah sakit, Jeno akan selalu berjuang sekeras mungkin untuk mengabulkan permintaan sulung dan bungsunya.

"besok, ayah berjuang ya selamatin kita" ungkap Leon yang berhasil membuat hati Jeno tersentuh. Dia kira anak sulungnya itu akan membencinya, Jeno kira Leon akan berdiri disisi Karina mendukung semua yang Karina lakukan.

Jeno tersenyum lebar menggeser tubuhnya ke sisi ranjang yang satunya, sisi yang berdekatan dengan meja belajar Leon. "ayah boleh peluk kakak ga?" tanya Jeno menatap manik manik mata Leon.

Leon mengangguk. Satu lingkaran tangan memeluk tubuh kecil itu, tubuh anak kecil yang dipaksa dewasa karena keadaan. Leon tersenyum lebar saat merasakan kehangatan dan kedamaian dari dalam dekapan Jeno. Sulung Wijaya itu percaya kalau Jeno tidak seperti yang Karina bilang, tidak mungkin Jeno melakukan semua itu. Leon mengeratkan pelukannya saat mengingat besok akan ada persidangan pertama kedua orang tuanya, dia tidak ingin kehilangan pelukan Ayahnya, dia tidak ingin merasa tidak lengkap di lingkaran orang orang kesayangannya.

"ayah, kakak percaya sama kakak" ungkap Leon masih dalam pelukan Jeno.

Jeno menganggukkan kepalanya dibalik kepala mungil itu, dia tersenyum dan berterima kasih pada anak sulungnya. Rasanya dia ingin menangis sekarang "makasih ya kakak, Ayah coba sebisa ayah"


_____________ 


Karina merapikan rambutnya sebelum turun dari mobil untuk ke ruang pengadilan, dia juga memoleskan pelembab pada bibirnya. Disisi pengemudi, Jaemin memerhatikan wanita itu dengan seksama "nih, air" sebuah botol minum terulurkan di depan wanita tersebut.

"thank you, Jaem" ujar Karina menerima botol minum itu dan menegaknya sedikit berharap tegakan air itu bisa menghapus rasa grogi yang menghampirinya.

faded and brokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang