curiositas est respondit

1.9K 232 45
                                    

Curiositas est respondit
[ the curiosity has been answered ]

_________________

Jeno menghembuskan nafas panjangnya. Dia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi sambil memijat pelipisnya. Mencoba membuang kegelisahan yang sejak semalam mendatanginya, bahkan ikut menganggu fokusnya untuk memulai kerja hari ini. Apalagi soal pengakuan Karina yang mengangkat telpon dari unknown number semalam saat Jeno terlelap bersama Leon semalam.

"Ugh, Lunaaa kenapa nelpon lagi sih" keluh Jeno. Rasanya Pria itu ingin berteriak sekarang, tapi suasananya sedang tidak memungkinkan. Apalagi tok-tok-tok suara pintu membuat Jeno segera menegakkan punggungnya.

Tiara masuk dengan satu map biru ditangannya, tak lupa pena bertinta hitam tebal dalam genggaman tangan kanannya. "pagi pak" sapanya.

Jeno tersenyum "Pagi, Ra. Jadi gimana soal proyek kredit nasabah mobil X?" tanya Jeno pada penanggung jawab salah satu nasabah baru di kantor mereka.

"nah, itu yang mau saya omongin pak" ucap Tiara memberikan map ditangannya diatas meja Jeno. Tiara lalu mulai menjelaskan hambatan proyek kredit nasabah yang sempat macet karena beberapa hal, bahkan kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi akibat macetnya kredit nasabah tersebut.

Saat Jeno sibuk memahami penguraian proyek Tiara, tiba tiba fokusnya dan Tiara terpecah karena nada dering handphone Jeno. "ck, lanjut aja Ra. Saya denger kok" ucap Jeno berdecak kesal meraih handphonenya lalu me-reject panggilan tersebut. Karena takut mengganggu, Jeno pun menonaktifkan suara handphonenya. Jadi entah itu notifikasi pesan atau telpon tak akan terdengar menyela pekerjaannya.

Penjelasan Tiara selesai, Jeno pun memberikan analisis serta saran untuk pegawainya terkait permasalahan itu. Setelah itu, Tiara berterima kasih sambil menyelipkan beberapa kata yang membuat Jeno sadar "Pak, mau saya suruh OB buat bikinin kopi? Atau beli kopi di sbux? Muka bapak ditekuk banget" tawar Tiara.

Huh batin Jeno. Jeno menggeleng dan menolak tawaran Tiara. "gak usah, gapapa Ra"

Saat Tiara keluar, Jeno melemparkan tubuhnya pada kursi putarnya. Kenapa ending nya malah seperti ini? Padahal semua yang dia lakukan tidak punya maksud yang lain, tak ada maksud buruk sekalipun.

Please, be nice to me batin Jeno.

__________________ 

Karina menikmati angin sore yang menerpa kulitnya sambil membaca buku yang baru saja dia beli siang tadi. Sore ini dia habiskan di teras belakang rumah Irene---mama Karina---bersama Gabby yang tadi dia jemput dengan Sus Siti. "tumben banget mau kesini" satu suara berat muncul dari pintu geser penghubung ruang tengah denga kolam renang keluarga Karina.

Karina berbalik dan menemukan Calvin berdiri disana. "loh, udah balik kerja lo?" tanya Karina menepuk kursi disampingnya. Buku bersampul kuning di tangan pun Karina letakkan di meja.

Itu Calvin, adik pertama Karina yang masih tinggal bersama Irene, disaat Tyo---Kakak Karina---dan juga Jarrel---kembaran Calvin---sudah menikah. "pasti ada yang bikin lo kesini" sahut Calvin duduk di kursi yang tadi Karina tepuk untuknya.

Karina tertawa. "sok tau lo" ucap Karina.

Calvin ikut tertawa "gak mungkin lo kesini without any context, right?" tebak Calvin.

"Gabby kangen neneknya" alasan Karina.

"alah, spik lo doang itu kak. Selalu jadiin Kakak atau Adek jadi tameng lo dari sesuatu yang terjadi itu" ucap Calvin memerhatikan Gabby di kursi seberang yang kini disuapi Sus Siti pudding buatan Irene.

faded and brokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang