spatio propinquitatis
[ long distance relationship ]___________________
Karina tersenyum ketika FaceTime nya berhasil terhubung dengan pria yang sekarang ada di negeri sakura itu. Anak sulungnya yang berumur 7 tahun itu mendekat ketika dipanggil karina. "siapa bun?" tanya Leon.
"ayah, yon. Mau ngomong kan" ucap Karina mendudukkan sulungnya di samping tubuhnya kemudian memangku Gabby si bungsu manisnya.
Tak butuh lama, layar yang tadinya hitam itu kini menunjukkan wajah Jeno dengan kacamata disana. Dilihat dari latar Jeno, dia pasti di hotel. "haloo kesayangannya Ayah, gimana kabarnya?" sapa Jeno dengan senyum dan mata segarisnya itu.
"ayaaaah" seru Leon kegirangan melihat wujud Jeno disana. Karina tertawa dengan respon Leon yang egitu bahagia. Ya gimana ga bahagia, Jeno di Jepang selama satu bulan tanpa pulang sama sekali, ada urusan bisnis yang harus dia lakukan disana. Kalaupun dia paksakan pulang diakhir minggu, pria dua anak itu hanya akan mendapatkan lelah dan membuang buang tunjangan kantor saja.
"itu ayah, Gabby" tunjuk Karina pada Gabby. Gabby baru saja bangun, jadi dia belum sepenuhnya sadar.
"bungsunya ayah gimana kabarnya?" tanya Jeno.
"bayiiiik ay-ah" balas Gabby. Wajar, si cantik manis itu masih paud, dia belum terlalu lancar berbicara jika dibandingkan dengan Leon.
"ayah, ayaaaah, nanti kalau ayah pulang bawa oleh oleh ya" seru si sulung.
Jeno lagi lagi tersenyum dan mengangguk. Begitulah dia, dengan kehadiran dan kehebohan dua malaikatnya juga Karina sudah behasil mengangkat lelah yang dia rasakan. Suatu healing yang tak perlu mengeluarkan biaya, hanya mengajak mereka ngobrol atau sekadar melihat senyum yang terukir saja sudah cukup bagi Jeno.
"ayah tau ga, masa ya tadi temen leon ada yang dihukum" curhat Leon. Ya, mari kita mulai sesi Leon yang akan menceritakan daily life nya dengan Jeno. Sedangkan Jeno merespon semuanya dengan excited tanpa ekspresi buruk sama sekali. Mau berapa kali Leon bercerita kisah yang saman, Jeno selalu membalas semuanya dengan antusias, sehingga sulungnya itu tidak merasa sakit hati.
"kalau adek, maunya dibawain apa?" tanya Jeno setelah Leon selesai dengan kisahnya. Gabby tidak menjawab, ia malah sibuk bermain dengan boneka kecilnya dipangkuan Karina.
"adek bawain boneka aja, yah" usul Leon.
"boneka apa ya kak?" tanya Jeno pura pura tidak tau. Ia sengaja seperti itu agar bisa mengulur waktu menelponnya.
"adek sukanya kan teddy bear. Kayak boneka bunda di tempat tidur ayah" mendengar fakta yang dibeberkan anaknya, Jeno dan Karina tertawa, apa yang Leon ungkapkan itu 100% benar, diumurnya yang 30 tahun, Karina masih belum bisa lepas dari boneka teddy bear yang diberikan Jeno di 3rd anniversary pacaran mereka.
"wah, jago anak ayah. Perhatian banget sama adek" puji Jeno, begitu pula Karina yang mengelus puncak kepala anak laki lakinya.
Selama setengah jam seterusnya, Leon yang mengambil alih FaceTime itu, ia benar benar menceritakan apa yang dia lalui hari ini secara detail, tanpa terlewatkan sama sekali. Bahkan dia bercerita tentang temannya yang menangis karena terjatuh dari ayunan. Tak lama kemudian, dia jatuh tertidur di sofa.
"Jen, aku pindahin Leon dulu ya" ujar Karina.
"gausah, suruh susnya aja rin. Aku pengen ngobrol sama kamu" jawab Jeno cemberut.
"susnya lagi boboin Gabby. Aku bawa Leon ke kamar dulu ya"
"emang bisa gendongnya?" tanya Jeno.

KAMU SEDANG MEMBACA
faded and broken
Fiksi PenggemarDimana sang tuan ternyata memiliki prioritas yang berbeda. Lantas menggoyahkan kapal yang mereka tumpangi. Beberapa dinding kapal pecah, menghilang, dan sulit untuk diperbaiki. Mengharuskan kapal itu menepi pada sebuah dermaga yang bukan tujuan utam...