Infernum et caelum

1.7K 199 57
                                    

Infernum et caelum
[ the hell and the heaven ]

_______________

"bawa kacamata ga?" tanya Jaemin ketika berhasil memarkirkan mobilnya di parkiran pengadilan negeri Jakarta selatan. Hm, kalau kalian tanya kenapa mereka tidak berurusan dengan pengadilan agama? Jawabannya adalah kalau perceraian nonislam dilakukan di pengadilan negeri, sedangkan perceraian orang islam dilakukan di pengadilan agama.

"ngapain?" tanya Karina dengan kedua alis yang terangkat bingung.

Merasa Karina tak membawa kacamata hitam dari responnya, Jaemin membuka dashboard mobil yang tepat berda dihadapan wanita tersebut. "pakai gih, pasti diluar sana banyak wartawan" respon Jaemin mengulurkan sekotak kacamata hitam branded yang selalu dia bawa di mobil.

"thank you" balas Karina kini memperhatikan pantulan dirinya di cermin kecil mobil Jaemin.

"lo nonton?" sambung Karini kini mengalihkan pandangannya pada dokter muda di sebelah.

Jaemin hanya mengangguk lalu melepaskan jas rumah sakitnya yang ternyata masih dia gunakan. "I'm on your side anyway" ungkap Jaemin lalu tersenyum menampilkan barisan gigi rapi miliknya.

Karina terkekeh dan berterima kasih, karena Karina sadar keluarganya sebenarnya berada di sisi Jeno----ah kecuali Calvin. Sejak awal dia sudah berdiri mendukung apapun keputusan Karina. Mungkin itu karena mereka ga ngerasain jadi gue kali ya gumam Karina mengingat kata kata Yocelyn, Jarrel, Tyo, bahkan Irene untuk kembali memikirkan matang matang gugatan ini.

"yaudah, ayo turun. Kita cari Kak Dim dulu" ajak Jaemin.

_________________ 

Kursi kursi penonton di ruang sidang sudah penuh, diisi dengan teman teman Jeno----yang sebenarnya juga teman teman Karina----keluarga Karina pun lengkap duduk disana. Seorang Suhoerdja yang begitu sibuk ikut duduk di kursi paling depan melemparkan senyum simpulnya pada Karina. Ada beberapa wartawan yang duduk di barisan paling belakang dengan buku kecil di tangan mereka.

Kalau kalian tanya dimana keberadaan Leon dan Gabby, jawabannya mereka menghabiskan hari di tempat mainan anak anak bersama sus Siti dan Pak Amad. Harusnya ditemani sama Jeno dan Karina. Cuman bagaimana bisa kalau keadaan Jeno dan Karina seperti sekarang?

Saat Karina duduk disamping Dimas yang sedang membaca berkas berkas, mata Karina bertemu dengan mata sayu Jeno yang duduk di seberang sana. Dia terlihat begitu lelah dengan kantung mata yang menggelap dan sedikit pucat. Pasti jarang makan lagi gumam Karina memerhatikan dari ujung kepala hingga ujung kaki Jeno yang duduk disana.

Maaf Jen, tapi lo beneran udah keterlaluan gumam Karina.

Senyumnya merekah saat melihat Luna memasuki ruang sidang dengan raut wajah bahagia. Jelas dia bahagia, sebentar lagi dia tidak perlu diam diam menghabiskan waktu bersama Jeno kan? Mereka bisa kemanapun tanpa takut ketahuan sama Karina. Tak hanya Karina, tapi berpasang pasang mata lainnya melihat pada gadis itu, menatap dengan rasa penasaran. Gadis pirang berambut pendek tersebut mengambil duduk disamping Haikal----teman akrab Jeno----yang kaget dengan keberadaannya tiba tiba.

"dia beneran sama kita kan, kak?" bisik Karina pada Dimas.

"I hope so, Rin" jawab Dimas menatap lekat gadis pirang yang kini sibuk memainkan handphonenya tanpa memedulikan pandangan pandangan orang padanya.

Persidangan dimulai, Persidangan kedua ini dibuka dengan pembacaan gugatan yang diberikan Karina oleh Jeno. Lalu Jeno memberi bantahan atas semua yang Karina gugat padanya. Dia menjelaskan alasannya dibalik semua itu, semua perlakuan dibalik tangkapan gambar yang diambil secara diam diam di Jepang. Bahkan kuasa hukum Jeno ikut menjelaskan apa yang terjadi.

faded and brokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang