quid inanis

1.6K 192 14
                                    

Quid inanis
[ something empty ]

______________________ 


Kini Karina baru saja selesai melakukan pemotretan dengan salah satu majalah internasional untuk edisi bulan depan. Ia menghembuskan nafas panjangnya melihat jendela luar, matahari mulai tergelincir di barat sana. Wanita berumur 32 tahun itu sudah menghabiskan satu harinya pada studio dingin dengan crew crew lainnya. Walaupun studio itu bisa dibilang cukup rame, entah mengapa Karina merasa ada yang kurang. Seperti ada seseorang yang absen dari lokasi pemotretan, entahlah itu siapa.

"bundaaaa!" suara nyaring terdengar tepat pintu ruangannya terbuka kecil, menampilkan seorang anak perempuan yang cantik.

Karina membalikkan kursinya kemudian mengirimkan senyum pada si bungsu kesayangannya, Gabby berlari kecil kearahnya membuat Karina merentangkan tangan karena tau si Bungsu Gabriella ingin memeluknya. "sama siapa kesini dek?" tanya Karina.

"sama Pak Amad sama sus" seru Gabby girang.

"kangen bundaaaa" ucap Gabby dengan mengerucutkan bibirnya meminta Karina agar bisa mengendong tubuhnya. Wajar saja Gabby kangen, setelah perceraian dia dan Jeno, Leon dan Gabby lebih sering menghabiskan waktu mereka di rumah Irene. Itu juga atas permintaan Irene karena mengingat Karina dan Jeno yang baru saja bercerai.

Karina menoleh pada managernya----Cia----yang juga menatap sendu pada gadis berambut agak ikal yang ada digendongan Karina. "jadwalnya udah selesai kan, Ci?" tanya Karina. Kalau jadwalnya sudah selesai, dia ingin membawa Gabby dan Leon untuk makan mcd, makanan kesukaan mereka. Pasti dua orang itu belum makan.

Cia hanya menganggu, gadis dengan rambut yang diikat satu itu mengulurkan tangannya agar bisa menggendong Gabby lalu Karina mengganti pakaiannya. "adek sama kakak Cia dulu ya sayang" ucap Karina lembut.

Wanita berambut panjang itu bersyukur karena pakaian yang dia gunakan di sesi terakhir pemotretan tidak cukup ribet untuk ditanggalkan, hingga dia lebih cepat megganti pakaiannya dibanding waktu waktu biasanya. Setelah melihat penampilannya sudah cukup oke dengan denim dress sepanjang lutut juga sandal modern dengan hak 3 cm. "lo bisa, udah seminggu kan? Udah harus selesai sedih sedihannya" kata Karina menatap dirinya di fitting room.

Setelah pamit dan berterima kasih pada crew di studio, akhirnya Karina sudah duduk nyaman di kursi mobil dengan Gabby di pangkuannya, serta Leon disebelahnya sibuk memainkan game di iPad. "kita singgah makan ya pak" pinta Karina pada pak Amad yang hanya diangguki oleh pria paruh bayah tersebut.

Leon tersenyum, dia mendongak dan menatap Karina "makan dimana bunda?"

"mcd yuk" ucap Karina sambil mengelus puncak kepala Gabby.

Namun, alih alih mendapat seruan girang dari si sulung, Karina malah melihat wajah cemberut Leon. Kemudian disusul dengan gelengan menolak, kedua alis Karina terangkat bingung pada Leon. Biasanya kalau makan mcd, Leon akan lebih senang dibanding Gabby, tapi sekarang dia malah terlihat biasa saja.

"gamau mcd" tolak Leon.

"kenapa sayang?" tanya Karina.

"soalnya karena pas kakak makan itu, pas itu juga bunda bilang mau pisah sama ayah" jelas Leon yang berhasil membuat aura di mobil berubah sedikit canggung. Mendengar apa yang Leon katakan, Karina seperti ditampar dengan rasa bersalah. Padahal itu makanan kesukaan Leon setiap bosan makan makanan rumah.

Hening, tak ada suara sama sekali. Hingga Pak Amad yang sedari tadi mencuri curi pandang pada Karina melalui kaca diatas menghilangkan bungkam diantara mereka. "jadi makan dimana ya, bu?"

faded and brokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang