et primogenitus fillius eorum

2.7K 277 10
                                    

et primogenitus fillius eorum
[ the eldest son and them ]

____________________



Jeno melihat ke arloji yang melingkar indah di tangan kirinya, sudah jam pulang Leon. Hari ini dia memutuskan untuk menjemput Leon. Mumpung weekend---sebenarnya bukan weekend, cuz its Friday---walau belum hari sabtu atau minggu. Hanya saja, hari Jum'at kan tanda tanda kebahagiaan weekend datang. Ah lupakan pembahasan soal weekend, mari kita kembali ke dunia keluarga hangat ini.

Jeno dengan cepat meraih kunci mobil yang tergeletak di atas meja kerjanya, lalu mengambil pula dompet yang tersimpan di saku jas yang tergantung di satu gantungan kayu dipojok ruangan. Saat keluar ruangan salah satu karyawan bersuara "mau kemana pak?" tanya Dinar.

"biasa, mau jemput si kakak" jawab Jeno. Satu kantor ini sudah tau siapa kakak yang dimaksud Jeno. Tak jarang Leon atau Gabby mampir ke kantor Jeno bila lewat di depan kantornya, begitu pula dengan Karina. Makanya mereka semua mengenal keluarga kecil Jeno.

"wah, udah lama gak lihat kakak sama adek, pak" sahut Tiara yang keluar dari ruang fotocopy-an.

Jeno terkekeh, ia menompa tubuhnya di dinding kubikel Dinar sambil memerhatikan apa yang Dinar lakukan. "soalnya sebulan kan saya di Jepang, mereka mana mau kesini ga ada saya" jawab Jeno yang sontak dibenarkan oleh beberapa karyawan disana.

"kapan kapan ajak kesini lagi pak, saya kangen jajan es krim sama kakak dan adek di cafetaria bawa" timpal Eka setelah menyesap kopi---pasti sebentar dia akan lembur---di tangannya.

"iya, nanti ya" jawab Jeno lalu pamit pergi sebentar untuk memenuhi janjinya pada si sulung Wijaya.



______________



Mata Jeno mencari keberadaan si sulung diantara anak anak kecil yang berlarian di lapangan. Sekolahnya masih cukup rame, padahal jam pulang sudah berlalu 15 menit yang lalu. Mata kecil dibalik kacamata hitam itu sibuk menganalisis muka sulungnya disana, siapa tau Leon ikut main bola di lapangan. Namun, nihil. Jeno tak mendapatkan keberadaan putranya.

"AYAH!" baru saja Jeno ingin melapor pada satpam, teriakan Leon melewati gendang telinga Jeno. Sontak senyum Jeno merekah melihat Leon yang berlari kecil menghampiri tubuh Jeno.

"kirain Pak Amad yang jemput kakak" seru Leon memeluk Jeno.

Tangan Jeno meraih tas Leon dan mengangkatnya, sedangkan tangan kanannya bergandengan dengan tangan kecil Leon menuju mobil yang terparkir tak jauh dari sana. "kan ayah udah janji mau jemput kakak"

Leon mengangguk "keren, ayah nepatin janji ayah" ucap Leon.

"nanti kakak juga harus gitu ya, kalau kakak bikin janji, kakak juga harus nepatin janjinya" titah Jeno. Leon mengangguk dan menyetujui ucapan Jeno.

"mau singgah bunda dulu ga?" tanya Jeno mulai menyalakan mobil dan memperbaiki posisi pendingin udara mobil agar tak sepenuhnya mengarah pada Leon---takut si sulung malah sakit.

"boleh boleh" seru Leon setuju.

"tapi kita mampir beli kopi ama mam dulu ya. Kakak belum makan kan?" tanya Jeno mulai menaruh fokus pada mobil yang dia kemudikan sambil sesekali melihat ke spion mobil.

"kakak udah makan ayah. Tadi kakak makan..." dan selama perjalanan Leon menceritakan secara rinci pada Jeno tentang apa yang dia makan juga apa yang dia beli untuk menyelingi bekal Karina. Bahkan, Leon juga sesekali menimpali dengan menu menu bekal yang teman temannya bawa dan sempat ia cicipi.

faded and brokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang