Ipset est terqum

4K 381 12
                                    

Ipset est terqum
[ he is back ]

_____________________


Seminggu kemudian, Karina pulang dari salon dengan dua kotak dunkin donuts kesukaan Jeno. Yap, hari ini Jeno pulang setelah sebulan berjarak Jepang---Jakarta, akhirnya dia bisa ketemu lagi dengan pria itu. Setelah meletakkan dua kotak donut tersebut, Karina melangkahkan kakinya lebar menuju dapur bermaksud untuk turut membantu Mbak Rika, ART mereka yang sekarang sedang memasak makan malam untuk keluarga kecil itu sekalian menyambut kepulangan Jeno.

"Gabby mana sus?" tanya Karina melihat sus Siti yang keluar dari kamarnya.

"udah ketiduran Gabbynya bu. Tadi dia kecapekan karena main sama bonekanya" lapor sus Siti sambil membantu menata meja.

"yaampun" kekeh Karina yang sekarang mengambil alih tumisan sayur Mbak Rika.

"bundaaaa" panggil Leon dari ujung pintu dapur.

"kenapa sayang?" sahut Karina tanpa menolehkan pandangannya pada si sulung. Dia sibuk berkutat dengan bumbu bumbu dapur untuk masakannya.

"donut didepan buat siapa? Kakak boleh ambil ga?" tanya Leon dengan nada memelasnya, tak lupa mata penuh harap yang begitu mirip Jeno.

Karina tersenyum, walau dia tau anaknya itu tidak bisa melihat senyuman itu. "ambil aja Leon, sus bantuin Leonnya ya. Jangan kasih yang saus durian, anaknya alergi" ungkap Karina dengan tangan yang memasukkan beberapa sendok teh garam ke sayurnya.

___________________

Jeno menyandarkan tubuhnya ketika sudah duduk di mobil. Langit Jakarta baru menyapa malamnya, masih ada sisa sisa langit sore diujung cakrawala yang tertangkap mata. 45 Menit yang lalu dia baru saja landing di bandara Soetta, balik dari Jepang. Walaupun hanya duduk dalam pesawat, tapi dirinya merasa begitu capek. Untung saja, dia dijemput supirnya, jadi selama perjalanan---yang mungkin saja macet---dia bisa beristirahat. "bapak mau saya singgah beli minum dulu?" tawar Pak Amad, supir mereka.

"kenapa emang pak?" respon Jeno dengan mata yang terpejam dan tubuh yang bersandar di kursi posisi terlentang. Huh, dia butuh tidur sebenarnya.

"macet, Pak." Jawab Pak Amad singkat sambil melihat ke spion tengah agar bisa memerhatikan respon majikannya.

Huh, kapan sih Jakarta ga macet? Malah memperlambat dia ketemu Karina saja keluh Jeno dalam hati. Yang lebih mengesalkannya lagi, macet Jakarta itu malah mebuat orang lelah dan emosi. Bagaimana tidak, sekalipun ada polisi yang mengatur ada saja pengendara yang melanggar, dan lagi alur bergeraknya mobil lamaaaaaaa sekali. Yang tadinya bisa sampai ke kantor 30 menit, karena macet malah 4 jam. Melelahkan.

"boleh, pak." Jawab Jeno.

"mau minum apa pak?" tanya Pak Amad sambil melihat gerai gerai toko yang ada di sekitarnya.

"point coffee yang kayak biasa aja pak. Gausah aneh aneh, ini uangnya ya" Jeno membuka matanya kemudian meraih satu lembar uang merah dari dompetnya. Kemudian mengulurkan lembaran merah itu pada Pak Amad.

"bapak pesan juga ya. Biar kita sama sama ga stress di jalan" kata Jeno lalu kembali terlelap.

Mobil Alphard itu pun menepi ke salah satu indomaret yang memiliki point coffee didalamnya. Bunyi pintu terbuka terdengar, menandakan Pak Amad yang keluar dari mobil untuk memesan pesanan Jeno. Tak butuh waktu yang terlalu lama, dua gelas kopi plastik sudah di dalam mobil. mobil itu kembali masuk jajaran kendaraan yang terjebak macet.

Jeno beranjak dan menaikkan sedikit posisi kursinya agar bisa minum dengan nyaman. Ia menatap jendela luar dan terkekeh. 15 menit Pak Amad membeli kopi, mobil yang tadinya ada di samping mobil Jeno sebelum singgah ke Indomaret masih bisa ditemukan di depan sana. Badan mobil itu masih terlihat jelas dan cukup dekat. Yeah, semacet itu memang ibukota Indonesia ini.

faded and brokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang