Acerbissima die

1.8K 226 43
                                    

Acerbissima die
[ the most painful day ]

___________

Karina berjalan dengan langkah lebar menghampiri resepsionis kantor Jeno. Mukanya sangat ditekuk membuat karyawan karyawan disana yang mengenalinya takut untuk menyapa atau bahkan sekadar mendekati Karina.

"Pak Jenonya ada?" tanya Karina tanpa basa basi pada resepsionis wanita berambut panjang disana.

"eh, iya ada bu" jawab wanita itu melihat kertas yang berisikan jadwal jadwal petinggi di kantor tersebut.

"mau saya telponkan?" tanya karyawan yang juga ada di resepsionis.

"gak usah, biar saya saja yang kesana" respon Karina tanpa menoleh ke dua resepsionis. Ia melanjutan perjalanannya melalui lift ke lantai 8 tempat ruangan Jeno terletak. Saat sampai disana, beberapa karyawan menyapanya, tapi beberapa juga memberikan gestur untuk kode kodean satu sama lain saat melihat Karina.

"sore bu" sapa Eka muncul berdiri dari kubikel kerjanya.

Tak ada jawaban, Karina menatap semuanya datar sambil melangkah lebar ke ruangan di pojok lantai itu. Ruangan dengan papan nama Jeno serta nama jabatan head office analysis and auditor PT. Kwangya diatasnya. Karina yakin, karyawan auditor dan manajemen disana sudah saling berbisik bisik melihat Karina yang tidak seramah biasanya pada mereka, apalagi setelah berita tentang percerain Jeno dan Karina. Sudah pasti dia dan Jeno----juga keluarganya----jadi buah bibir.

"Kar?" Jeno tersentak kaget melihat wanitanya muncul disana.

Karina mendengus kesal dan melemparkan remasan foto yang sedari tadi dia pegang. Remasan itu mengenai wajah Jeno, membuat si pemilik wajah benar benar kaget dan tak menyangka atas apa yang Karina lakukan.

"kamu kenapa?"

"lihat" ucap Karina menunjuk remasan foto yang terjatuh di lantai dan beberapa yang ada diatas meja kerja Jeno.

Tanpa membantah, Jeno meraih remasan remasan itu. Membuka satu persatu tiap remasan foto tersebut. Mulutnya menganga melihat semua yang ditampilkan di foto foto tersebut. Dengan cepat, dia menoleh pada Karina "dari mana ini?"

"Luna gave me those photos"

"duduk dulu rin" Jeno beranjak lalu mencoba menarik pelan wanitanya untuk duduk di sofa ruangan, mencoba menetralkan emosi Karina yang pasti sedang meluap luap.

Karina menghempaskan tangan Jeno yang menahannya, dia menolak tawaran Jeno untuk mendudukkan dirinya disana. Dia sama sekali tidak ingin berlama lama diruangan itu, malah akan membuatnya semakin muak.

"Rin, duduk dulu coba. Kita bicarain baik baik"

"apanya yang dibicarain baik baik? Kalau kamu ngelakuin semuanya sampai sejahat ini" ungkap Karina mengeluarkan kekesalannya selama di perjalanan.

"gimana? makan siangnya enak ga sama cewek kamu itu?" sinis Karina mengingat apa yang Luna katakan padanya tadi siang.

"astaga, Karina aku sama sekali ga makan siang sama dia. Aku aja belum makan siang sampai sekarang" sanggah Jeno.

"sumpah, kamu bisa tanya sama Dinar atau Eka atau anak anak di luar" Jeno menunjuk dinding kaca yang agak buram itu menyuruh Karina menanyakan semuanya langsung pada karyawan karyawan Jeno diluar sana.

"Keren Jen, kamu keren banget bisa dapatin lonte yang bahkan kayaknya susah di dapatin di klub malam" sarkas Karina mendongak menatap berani mata kecil Jeno.

Jeno kaget dengan ucapan Karina. "Rin, mulut kamu kasar banget"

Karina terkekeh, dia memutar matanya "wajar dong aku bilang gitu, dia tidur sama suami aku dibelakang aku, dibelakang anak anak aku. Bahkan dia dengan bangganya bilang badan kamu enak"

faded and brokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang