luna

1.9K 226 60
                                    

Luna
[ luna ]

______________

Sepulang dari Bandung, Karina kaget ada lebam di wajah Jeno. Maka itu sekarang mereka berdua duduk hadap hadapan di sofa kamar mereka. Dengan Karina mengompres lebam berwarna merah keunguan itu. Untung saja lebamnya tidak terlalu besar, jadi kalau ditutupi dengan concealer masih bisa dan tidak memakan banyak concelear.

"Kamu abis diapain sih?" Tanya Karina sambil sesekali membalut lebam itu dengan es yang dibungkus oleh tas kecil.

Bukannya menjawab, mata Jeno malah memerhatikan secara dekat wajah Karina. Dari bagaimana dia mengobati Jeno, bagaimana mata indah itu mengedip, serta guratan khawatir masih muncul disana. Jeno senang karena she still loves him. Masih ada harapan untuk mereka mediasi. Iyakan?

"Jen, aku nanya" Karina menyadarkan Jeno dari lamunannya.

"Aku? Aku abis dipukul papa" jawab Jeno terperanjat.

"Karena?"

"Kamu" jawab Jeno singkat.

Karina mengangguk sambil meneruskan mengompres luka Jeno secara perlahan. Kedua alis Jeno terangkat, kenapa Karina sama sekali tidak merespon kata katanya, padahal dia begini karena wanita itu.

"Kok diam aja?" Tanya Jeno.

"Kamu pantes dapetinnya. Jadi aku harus ngomong apa lagi?" Komen Karina sambil sesekali memerhatikan lebam disisi kanan wajah Jeno. Ah, itu sisi yang dapat tamparan paling kuat, wajar saja sampai lebam segitunya. Padahal sisi lainnya baik baik saja, walau agak perih sih.

"Rin, maaf ya"

"Ngomongnya depan hakim aja atau sana ngomong depan kakak dan adek" Karina mana mau terima permintaan maaf seseorang yang menyelingkuhinya. Maaf dia terlalu mahal buat kesalahan seperti itu. Kesalahan yang mungkin saja bisa terulang kembali.

Jeno menghembuskan nafas panjangnya. Kalau seperti ini dia lebih baik diam daripada meladeni Karina. Karena ingin lebih banyak menghabiskan waktu dengan wanitanya, Jeno memilih membangun topik.

"Rin"

"Hm"

"Mau ciuman" ungkap Jeno. Itu mah sebenarnya bukan nyari topik, nyari kesempatan.

Karina memutar matanya kesal, tapi mengecup singkat bibir pria dihadapannya. Saat sadar Karina hanya mengecupnya singkat dan ingin segera beranjak, Jeno menarik tangan Karina membuat wanita itu terduduk dipangkuannya.

"Masa bentar banget?" Tanya Jeno tak terima.

"Jen, nanti Adek kebangun" keluh Karina menunjuk Gabby yang begitu pulas tertidur di tempat tidur mereka.

Jeno menggeleng pelan, ia semakin menarik Karina dipangkuannya untuk mendekati tubuhnya. "Bentar ajaaaa" harap Jeno memeluk pinggang ramping Karina.

Karina pasrah, dia membiarkan Jeno untuk menikmati tubuhnya sebentar. Saat sadar sebentarnya Jeno sama sekali tidak bisa dikategorikan SEBENTAR, akhirnya Karina menarik paksa dirinya dari kegiatan ciuman mereka. "Udah, capek. Mau tidur" ungkap Karina.

Jeno tersenyum dan mengangguk. "Peluk dulu bentar ya" izin pria itu membawa Karina ke pelukannya. Merasakan wangi Karina yang sejak dulu dia sukai, wangi Karina yang selalu menempel di beberapa sisi tubuh anak anaknya. Dia suka wanita itu.

Lucu juga ya, mau cerai tapi masih sayang gini hhh....

______________

Pria itu menghembuskan nafasnya saat melihat ada wanita lain kini duduk dikursi samping pengemudi. Wanita berambut pendek dengan penampilan glamour yang kalau dari atas sampai bawah dihitung mungkin bisa menghabiskan sebulan gaji Jeno. Wanita itu kini sedang meminjam handphone Jeno karena handphonenya yang lowbatt.

faded and brokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang