Omnis volutpat vestibulum

1.6K 199 54
                                    

Omnis volutpat vestibulum
[ every weekend ]

___________________

Pagi hari ini Karina sibuk merapikan penampilan Gabby, sementara Sus Siti mengatur tas khusus barang barang Gabby yang wajib dibawa setiap keluar. Seperti susu, termos isi air panas, beberapa pasang pakaian, juga botol dot cadangan. Wanita itu tersenyum lebar melihat Gabby yang begitu gembira karena akan diajak ke wahana permainan bersama Jeno weekend ini. "ikatan rambutnya jangan dilepas ya dek, bunda ga ikut loh" ucap Karina kini memasangkan jepitan berbentuk pita disudut dahi Gabby.

Wajah cemberut Gabby munculkan, "kenapa?"

Huh, masih pagi harus bohong batin Karina. "bunda ada kerja sayaaang" jawab Karina sambil mengelus puncak kepala bungsu kesayangannya.

"bunda beneran gak ikut?" Leon muncul dari ruang seberang dengan penampilan yang sudah rapih, benar benar seperti melihat Jeno kecil.

Karina menggeleng menyayangkan hal tersebut. Sebenarnya Karina sudah diajak Jeno, bahkan pria itu berkali kali menanyakan kepastian Karina yang tidak ingin ikut. Dan Karina pun masih berteguh pendirian bahwa dia tidak akan ikut, karena itu agenda khusus Jeno dan dua malaikat kecil mereka. "beneran bunda?" Leon kembali bertanya memastikan.

"iya sayang, nanti kapan kapan kita jalan bertiga deh, atau sama oma" ucap Karina berbisik sambil menatap sekilas Irene yang kini begitu sibuk menikmati tontonan pagi di couch ruang tengah.

Tak hanya Gabby yang cemberut, tapi Leon juga. Sulung keluarga Wijaya itu bahkan mendengus kesal sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Melihat hal tersebut, Karina terkekeh merasa gemas pada sulungnya yang sudah begitu handal mengekspresikan dirinya. "padahal kakak kangen jalan berempat sama bunda ayah"

Mendengar ucapan Leon, senyum Karina memudar perlahan, kerutan didahinya muncul. "nanti ya kapan kapan kalau Bunda gak ada kerja" bohong Karina lagi. Hal paling aman sekarang tentu berbohong, padahal tanpa mereka sadari berbohong pada anak juga membawa dampak buruk bagi anak anak itu.

"janji ya, bunda?" Leon mengulurkan kelingkingnya, meminta perjanjian fisik diantara dia dan Karina.

Karina mengangguk pelan sambil mengaitkan jemari kelingkingnya pada jemari kecil Leon. Tepat saat itu, tiba tiba bunyi klakson terdengar dari luar. Disusul dengan suara Pak Amad yang berseru menyapa Jeno. "ayah udah datang kayaknya" ucap Karina berdiri dari jongkoknya.

Wujud Jeno muncul di daun pintu ruang tamu. Penampilan simple yang masih tetap menampakkan aura kuatnya. Apollo tshirt hitam dengan celana selutut serta arloji silver melingkar ditangannya, rambutnya pun ditata dengan begitu rapih. Ya, seperti Jeno biasanya. "boleh masuk tidak?" tanya Jeno pada Karina yang terpaku melihat Jeno.

"oh, masuk aja. Ini juga rumah kamu" jawab Karina lalu pergi ke ruang tengah menghampiri Leon dan Gabby yang menunggu disana.

Jeno pun mengekori Karina, senyumnya mengembang saat melihat dua malaikat kecilnya tengah duduk manis disamping Irene yang juga ikut menonton acara gosip pagi itu. "halo anak ayaaah" sahut Jeno.

Gabby dengan cepat turun dari sofa lalu berlari menuju Jeno, Jeno pun berjongkok agar Gabby bisa memeluk lehernya lalu mengangkat si bungsu dalam gendongannya. "pagi anaknya ayaaah"

"pagii ayah" seru Gabby agak sedikit kaget karena tiba tiba Jeno mengangkat tubuhnya.

Kini Jeno menatap jagoannya yang sudah berdiri di depannya sambil mendongak menatap Gabby yang digendong. Tangan Jeno secara otomatis mengacak pelan rambut Leon, membuat Leon protes "kata bunda rambut kakak jangan diacak acak ayah, nanti gak ganteng lagi!"

faded and brokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang