bene sumus

1.7K 189 21
                                    

Bene sumus
[ are we okay? ]

____________________

Pagi itu, keluarga Jarrel dan keluarga Karina sudah bersiap siap untuk meninggalkan villa. Sedangkan Calvin sudah berangkat sejak subuh karena dia ada perjalanan dinas keluar kota. Sehingga mau tak mau Karina pulang dengan Jeno. "lo mau sampai kapan disini kak?" tanya Karina pada Tyo.

Tyo melihat sekilas pada Jisu yang kini sibuk bermain dengan Jia dan Gabby, "sampai ngidamnya selesai"

Karina terkekeh, ternyata alasan Tyo memperpanjang cuti dan memilih stay disini karena Jisu yang ngidam toh. Kirain emang karena mau liburan lebih lama. "good for you then. Gue balik duluan ya, Jeno mau masuk kantor katanya" kata Karina.

Kini Tyo yang terkekeh, dia paham bagaimana kehidupan karyawan swasta yang begitu ketat. Bahkan disaat tanggal merah pun, karyawan swasta pun bisa masuk dan bekerja. Berbeda dengan kantor dibawah naungan pemerintah atau kantor kantor umumnya. Apalagi kantor multinasional yang ditempati Jeno.

"jangan lama lama main mainnya, Rin" bisik Tyo dengan mata yang sekilas melirik pada Jeno yang berjalan kembali setelah menemani Leon ke sudut pantai. Karina hanya mengangguk pelan.

"yuk Rin, aku mau absen abis makan siang nanti" ajak Jeno.

Karina kembali mengangguk lalu pamit pada saudara saudara juga ipar iparnya disana. Begitu pula dengan Jeno serta dua malaikat kecil mereka. Selama di perjalanan pulang, keadaan mobil hanya didominasi oleh suara kartun yang tayang di iPad Jeno yang dimainkan oleh Leon. Sedangkan Gabby sibuk melihat pemnadangan dari balik jendela.

Sesekali Jeno menoleh pada Karina, tersenyum setiap mengingat malam kemarin yang benar benar berhasil menyapu semua kecemasan dan ketakutannya tentang mereka. Entahlah, sejak semalam Jeno jadi yakin kalau kemungkinan mereka untuk rujuk semakin besar. Dia semakin percaya diri.

"Jen" panggil Karina. Jeno berdeham.

"boleh singgah di indomaret ga? aku mau pembalut" ucap Karina setelah sadar mobil mereka sudah melewati beberapa indomaret dan kembarannya.

"boleh" jawab Jeno yakin.

Mendengar indomaret keluar dari mulut Karina, Leon dan Gabby sontak menoleh pada wanita itu. Seakan tau apa yang akan mereka minta Karina langsung bersuara "gak ada. Gak ada jajan. Jajan kemarin udah banyak banget"

Lantas raut wajah Leon juga Gabby yang tadinya tersenyum langsung kembali bertekuk. Gabby melipat kedua tangannya lalu bersandar pada jok mobil kemudian menoleh ke jendela. Dia merajuk. Sedangkan Leon seakan tau apa yang harus dia lakukan langsung menoleh pada Jeno. Si penyelamat yang akan selalu siap memanjakan mereka.

"ayah" panggil Leon.

"iya, nanti kalau udah sampai di depan indomaret, ayah kasih uang" ucap Jeno.

Mendengar itu jelas mau Leon mau Gabby langsung berseru. Bahkan mereka langsung menyebutkan apa saja yang akan mereka beli. Sedangkan Karina langsung menatap tak terima pada Jeno yang selalu dan selalu memanjakan mereka, selalu mengiyakan semua yang mereka mau tanpa mempertimbangkan apa itu mereka butuhkan atau tidak.

"Gapapa Rin, lagipula masih sejam lagi kita sampai ke Jakarta. Bahkan ke rumahmu masih sejam lebih, itung itung snack buat mereka" jelas Jeno.

"tapi Jen, jangan dibi----"

"they use my money, Rin. Not yours"

"this isn't always about money, Jeno Wijaya. It's about habit" ucap Karina.

faded and brokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang