bene erimus

2.6K 210 15
                                    

Bene erimus
[ we will be fine ]

____________________

Hari sudah berganti, ini sudah terhitung hari kedua Jeno di rumah sakit. Tetapi Jeno masih saja tidur. Bahkan makan siang dari rumah sakit tak juga tersentuh. "bodoh. Kamu ngapain sih" sungut Karina menenggelamkan kepalanya di tangan kanan Jeno, lalu menggenggam tangan itu dengan kuat.

"emang kamu gak lapar apa?" sungut nya lagi.

Makanan yang kemarin dia beli pun tak tersentuh dan berakhir di tempat sampah luar karena Jeno yang tak kunjung bangun. Begitu pula batagor yang Pak Amad beli semalam harus ia buang pagi tadi karena berjamur.

"kamu tuh lagi latihan jadi sleeping beauty apa gimana sih" keluh Karina menyisir pelan rambut rambut Jeno yang jatuh halus di dahi pria itu.

___________________

Pukul 21 malam, Karina mengangkat kepalanya ketika dia merasakan ada tangan yang mengusap kepalanya. Matanya melebar saat melihat Jeno yang kini terjaga "rin, aku lapar..." lirih Jeno.

Mata Karina melebar dalam waktu singkat kesadarannya langsung terkumpul saat melihat pria itu akhirnya siuman setelah tidur panjangnya. Bukannya memberi Jeno makan, Karina malah memukul mukul lengan kanan pria itu dan terus memarahinya. "kamu tuh bangun pas udah lapar ya?"

"kamu gak tau aku khawatir banget"

Jeno mengaduh, tapi Karina masih meneruskan apa yang dia lakukan. "kamu tuh gila ya?"

"ngapain sih minum minum obat tidur gitu?" kesal Karina lalu tangisnya pecah di depan Jeno. Iya, dia sekhawatir itu pada pria dihadapannya.

"kalau ada apa apa tuh ngomong ke Tuhan, bukan mau cari mati gitu" geram Karina tak ada hentinya.

Sedangkan pria itu menghembuskan nafasnya, dia mengusap usap lengan yang sedari tadi Karina pukul. Lalu meraih tangan wanita dihadapannya "yang penting aku kan udah gapapa"

"gapapa apanya sih Jen. Kalau kenapa kenapa, terus aku sama siapa nanti?" seru Karina di sela sela sedunya.

"udahan ya nangisnya? Aku kan udah bangun sekarang" ucap Jeno menggenggam erat tangan wanita tersebut. Lalu membelai pelan telapak tangan beraroma strawberry itu. Sebenarnya dia ingin mendudukkan dirinya dan mengusap air mata Karina yang tak kunjung berhenti, tapi tulangnya terasa remuk dan sakit. Sendi sendinya sakit dan belum pulih sepenuhnya kayaknya.

Karina terus tersedu, dia menutup matanya yang tak henti hentinya menangis sejak semalam. "aku takut kamu tinggalin aku" ucapnya.

"aku takut kamu ninggalin aku, kakak, dan adek" sambungnya.

"aku takut sendirian"

Jeno diam, dia membiarkan Karina terus menangis membeberkan semua isi hati dan kekhawatirannya. Namun, tangannya masih menggenggam erat tangan kiri wanita tersebut, masih mengelus elusnya menandakan kalau dia masih disini, masih bersama dengan wanita tersebut. Hingga 5 menit kemudian, isakan Karina mereda. Secara perlahan dia mengatur deru nafasnya, lalu membersihkan jejak jejak air mata dipipinya.

"udah nangisnya?" tanya Jeno dengan mata sayu itu.

Karina mengangguk pelan. "sekarang kamu mau makan?" tanyanya.

Jeno mengangguk dan tersenyum kecil melihat Karina yang kini begitu lega setelah melontarkan semua keresahan dan perasaanya. "yaudah, tunggu ya aku siapin makananannya dulu" Karina pun menarik tangannya dari genggaman Jeno lalu beranjak mengambil beberapa kotak makanan dari coffee table lalu menyediakan meja lipat khusus pasien buat Jeno. Dia juga memposisikan ranjang Jeno sedikit menduduk.

faded and brokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang