Aku langsung update chapter 1 aja kali ya sapa tau kan udah mulai tertarik wkwk.
Enjoy!!!
Happy reading ❤️
/Sabtu, 25 Juni 2022.
So, Let's Love! ganti judul menjadi Ideal Papa (part sudah completed alias sudah tamat)/Dari umur sembilan belas tahun Dika sudah belajar mandiri. Dika berikrar dalam hati bahwa ia harus membantu kedua orang tuanya untuk meringankan beban mereka selama dirinya berkuliah. Mengingat cicilan uang kuliahnya tidak sedikit.
Karena universitasnya menyediakan kelas karyawan, alias mahasiswa boleh berkuliah sambil bekerja, maka ini termasuk memudahkan jalan Dika.
Sebelum sore hari nanti Dika harus pergi kuliah, paginya Dika akan sibuk bekerja di sebuah cafe yang memang tersedia jam part time. Cukup banyak dari teman-temannya yang termotivasi akan citra Dika yang pekerja keras.
Pun jika diingat, pekerjaan pertamanya inilah yang menjembatani hidup Dika sampai menemukan hal yang tak terduga dan beresiko.
"Bang, gue pergi ngampus ya." Dika menghadap Joseph, manager cafe yang sedang sibuk di depan laptopnya. Bukan Dika bersikap kurang ajar karena bicara dengan bahasa informal seperti itu pada atasannya. Namun, itu karena dia sudah terlalu akrab dengan Joseph. Lagipula Joseph tak pernah mempermasalahkannya.
"Oh iya Dik, pergi deh sono. Belajar yang bener," kata Joseph saat itu.
Dika mengangguk.
Lalu, saat Dika hendak berlalu dari hadapan cowok yang umurnya satu tahun di atasnya itu, tiba-tiba langkah Dika ditahan. Alhasil, Dika menghadapnya lagi.
"Kenapa, Bang?" tanyanya.
"Ini sekalian lo bawa sampah ini sama yang di belakang itu ya. Udah numpuk banget gitu." Joseph menyodorkan cup bekas minumannya yang beralih fungsi manjadi asbak rokok kepada Dika. Tak cuma itu, Dika juga harus membuang kantung sampah yang ada di dapur cafe atas perintah dari Joseph yang terkadang cukup bikin jengkel kalau sudah menyuruh-nyuruh pegawai cafe seperti itu.
Dulu, Dika pun pernah disuruh-suruh Joseph yang Dika sempat ogah untuk menyanggupinya. Joseph minta dibelikan seblak padahal itu tugas di luar pekerjaan. Katanya, lagi BM seblak banget. Ampun, deh.
Dika menghela nafas gusar. Lagi-lagi jawabannya sekedar menganggukkan kepala sebelum benar-benar pergi dari hadapannya.
Lantas Dika menuju dapur cafe sambil menaruh apron yang masih menempel di badannya di loker miliknya.
"Buset, lumayan berat juga ya."
Satu kantung plastik sampah yang ukurannya besar dan berat ketika Dika angkat ternyata ia agak mengalami kesulitan.
Maka Dika membawanya keluar dengan cara diseret. Untung cafe lagi dalam kondisi tidak ramai di sore hari ini.
Untuk sesaat Dika sempat dibikin bingung. Entah ini telinganya yang salah dengar atau tidak, tetapi dia mendengar suara tangisan bayi.
Semakin langkahnya akan mendekati tempat pembuangan sampah yang terletak di samping cafe maka suara itu makin kencang dan Dika pun deg-degan entah kenapa.
Di samping cafe ada lorong yang biasa digunakan untuk mengasingkan sampah-sampah yang sudah disortir sesuai jenisnya sebelum nanti akan diangkut oleh petugas kebersihan yang rutin datang dua kali sehari.
"Astaghfirullahaladzim." Hampir sampai berteriak saking kagetnya. Jantung Dika berdebar bersama dengan seluruh tubuh yang rasanya sulit untuk bergerak.
Ia cuma bisa memandangi apa yang dilihatnya itu sampai beberapa menit. Betul-betul tidak ingin salah lihat kalau yang di depannya ini adalah seorang bayi.
Padahal lokasinya terbuka dan mendapat akses orang berlalu lalang cukup banyak, tetapi tidak ada yang mengetahuinya. Baru Dika yang menyadari.
"Bang Joseph!! Bang, keluar buru!!!" Dika memanggil manajer cafenya bahkan meminta tolong juga pada siapapun yang mendengar suaranya.
"Apaan sih Dik! Ya Tuhan Yesus ini bayi siapa Dika!!!" Nah, kan, Joseph ikut-ikutan berteriak.
Kalau Joseph bertanya pada Dika seperti itu lantas Dika harus nanya kesiapa?
"Ya mana gue tau! Gue nemuin ini bayi udah ngejogrog di sini!" panik Dika.
Joseph mencolek-colek pundak Dika.
"Itu, coba lo gendong dulu deh, kasian nangis terus."
"Bang, gue takut. Mana ngerti gue soal ginian. Belom pernah punya bayi," kata Dika.
"Ya menurut lo gue berpengalaman?! Bikinnya baru ahlih." Anehnya masih sempat bercanda.
"Lagian kenapa enggak lo aja yang gendong? Napa harus gue? Lo kan lebih tua dari gue, Bang."
Setelahnya Dika ditempeleng oleh Joseph.
"Gak ada hubungannya sama umur gue lebih tua setahun dari elu, bangsat! Udah buruan ah. Kasian banget dia minta nenen pasti tuh," cerocos Joseph.
Lagi-lagi Dika dibuat tercengang akan omongan Joseph yang frontal.
"Kan gue gak punya ASI Bang mana bisa gue ngasih susu buat nih bayi. Ada-ada aja lo ya kalo ngomong, bule."
Joseph berdecak.
"Sekali lagi lo ngebantah omongan gue, siap-siap potong gaji deh lo, Dika Fathailah."
Langsung takut Dika akan ancamannya.
Dika berjongkok.
Bayi perempuan yang agaknya baru lahir ini cantik sekali. Miris, ia malah dibuang oleh orang tuanya yang tidak bertanggung jawab.
Lalu, Dika menolehkan pandangan ke arah Joseph.
"Trus kita apain nih bayi, Bang?" tanyanya.
"Kita buang Dik, ya dibawa ke polisilah!" Joseph ngegas.
Dika menggendong bayi itu, mendekapnya erat.
"Kasian banget, Bang. Orang tua gak beradab yang sampe buang bayi selucu dia," ucapnya.
"Iya, gak ada bersyukurnya jadi manusia. Udah dikasih anak malah disia-siakan seperti ini," balas Joseph. "Btw kok lo cocok Dik gendong bayi??"
Berakhir kaki Joseph yang diinjak oleh Dika karena cowok itu lagi-lagi mengucapkan dalih yang buat darah tingginya bisa kambuh.
TBC
Chapter 1 gimana sejauh ini???
Jangan lupa untuk vote dan comment ya!!
Untuk cast nanti aku publish juga kok jadi ikutin aja terus^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Ideal Papa✔️ [END]
Romance[SUDAH TAMAT] PLAGIAT DILARANG MENDEKAT!!! Judul sebelumnya "So, Let's Love!" Di umurnya yang masih muda, Dika sudah dibebankan oleh tanggung jawab besar. Yakni, seorang anak. Sekalipun Ara bukanlah anak kandungnya, tapi Dika sangat menyayanginya...