Hidup ini terdiri dari kejadian demi kejadian dalam waktu yang terus melaju. Seharusnya manfaatkan waktu yang saat ini sedang dijalani, alih-alih masih terjebak di masa lalu. Masa lalu dijadikan sebagai cara untuk berproses.
Alisha menatap memo card di genggamannya. Semua momen terindah ketika ia jalani bersama Reyhan masih tersimpan di sana. Mau berapa kalipun Alisha mengganti ponselnya, ia pasti masih mengikut sertakan folder khusus di mana ketika Alisha dan Reyhan masih pacaran. Alisha tidak pernah menyesali bahwa ia pernah merajut cinta bersama Reyhan selama hampir tujuh tahun. Ia sangat bahagia mengenal lelaki itu. Namun, semua perlakuan manis, cinta, dan kasih sayangnya yang tulus seolah-olah terlihat seperti benar-benar beruntung memiliki Alisha, seketika Reyhan menjadi sangat jahat di mata Alisha ketika pria itu menolak kehamilannya.
"Aku hamil, Rey."
Reyhan saat itu tidak langsung marah. Justru tertawa sembari mengacak-acak rambut kekasihnya.
"Lucu kamu Ca ngepranknya. Aku lagi gak ada waktu becanda, Ca. Aku balik ngantor ya." Jika Alisha tengah fokus pada tesis, lantas Reyhan sendiri sudah bekerja di perusahaan digital marketing. Mulai persiapan menabung untuk tes pilot. Reyhan merantau dari Bandung ke Jakarta untuk cari kerjaan. Masa itu cari kerja bagi anak lulusan SMA memang sedang sulit-sulitnya.
"Aku gak becanda, Rean. Ini kamu lihat sendiri testpacknya. Positif, ada garis dua," jelas Alisha seraya menunjukkan sebuah alat tes kehamilan pada pria di depannya.
Lantas pria yang Alisha akrab panggil Rean itu pun mengambil benda pipih yang disodorkan kepadanya. Reyhan tidak mengerti benda itu namanya apa, dan fungsinya sebagai apa, ia secepat kilat langsung mengembalikan pada sang puan.
"Apa sih ini? Aku gak ngerti. Udah ah aku mau lanjut gawe nih," kata pria itu.
"Itu garis dua, Rean. Positif hamil artinya ada bayi di dalem perut aku sekarang," jelas Alisha lagi.
"Gak waras kamu, Ca. Sakit," cerca kekasihnya.
Alis Alisha naik sebelah, "Kok aku yang gak waras? Kamulah, kamu yang udah minta buat aku kasih yang seharusnya gak aku kasih, yang seharusnya aku jaga sampai aku menikah, aku rela ngasih semuanya termasuk keperawananku buat kamu Rean! Aku cinta sama kamu!"
Gesit Reyhan menutup mulut Alisha dengan telapak tangannya sebab wanita itu barusan berteriak.
"Oke aku percaya bahwa kamu hamil! Kita obrolin nanti lagi! Nanti sore aku ke rumah kamu," ujar Reyhan lalu ia melenggang pergi dari depan Alisha tanpa ada kata menenangkan sedikitpun.
Alisha tidak senang bila maksud tujuan Reyhan ke rumahnya jika bukan bermaksud untuk memberi pertanggung jawaban, justru pria itu akan bicara ke orang tuanya untuk mengakhiri hubungan mereka.
Meninggalkan Alisha sendirian, sampai di kantornya lantas Reyhan kembali berkutat pada komputer. Namun, bukan untuk melanjutkan pekerjaan, melainkan ia mencari obat penggugur kandungan. Pergerakannya sangat gelisah menggeser kursor. Bahkan pelipisnya pun berkeringat. Tidak, ia tidak bisa menjadi seorang ayah di umur semuda ini, disaat ia masih ingin menikmati masa mudanya, disaat ia ingin menggapai cita-citanya. Impian terbesarnya tak boleh hancur hanya dengan seorang bayi yang tak diinginkan.
Reyhan menemukan satu toko penjual pil penggugur kandungan di toko online, langsung menghubungi pembeli bahkan mentransfer uang segera, rela merogoh kocek hampir satu juta demi obat tersebut.
Sekitar pukul enam sore Reyhan ke rumah Alisha. Kosong bagai tak berpenghuni. Orang tua Alisha selalu sibuk bekerja dan seringkali ke luar kota. Mendukung Alisha dan Reyhan untuk sering bertemu di rumah gadis itu.
"Ica." Reyhan mengetuk-ngetuk pintu kamar Alisha dan tidak beberapa lama dibuka.
Pria itu memeluk pacarnya. Erat. Seolah takut kehilangannya. Namun, melihat masalah besar yang tengah menimpa mereka, Reyhan pun tak kuasa untuk menanganinya. Ia tanpa pikir panjang menyerah. Ia tanpa pikir panjang langsung ingin melenyapkan bayi hasil cinta mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ideal Papa✔️ [END]
Romance[SUDAH TAMAT] PLAGIAT DILARANG MENDEKAT!!! Judul sebelumnya "So, Let's Love!" Di umurnya yang masih muda, Dika sudah dibebankan oleh tanggung jawab besar. Yakni, seorang anak. Sekalipun Ara bukanlah anak kandungnya, tapi Dika sangat menyayanginya...